6. Apple

16.3K 1.9K 36
                                    

"Aku tidak ingin pulang" Gumam Liam dengan suara pelan. Ia memainkan air danau yang jernih di depannya. Jemari lentiknya membuat percikan-percikan air kecil.

Liam tidak ingat apapun, tiba-tiba saja dia terbangun dan berada di sebuah padang rumput yang luas. Meskipun begitu sepi, tapi tempat ini cukup menyenangkan.

Ia mengenakan baju putih yang sederhana dan nyaman. Kulit bersihnya bersinar karena sinar matahari yang hangat.

Langitnya biru dan bersih, anginnya sejuk, suasananya damai sekali. Ada sebuah pohon besar nan rindang dan ia melangkahkan kaki ke sana. Liam bisa tertidur dengan mudah di tempat ini.

"Apa aku tidur saja?" Gumam Liam, ia mengantuk. Ia menguap kecil dan matanya sayu.

"LIAM!!!"

Liam menoleh dan terkejut, ia seperti mendengar seseorang memanggilnya. Suara itu tidak asing.
"Leon?" Lirihnya

Namun beberapa saat kemudian ia kembali bergumam bingung.

"Siapa... Leon?"

.

.

.

.

Leon tidak datang sendiri, ia bersama tiga pengawal yang mengikutinya di belakang, termasuk Andrew. Pria itu masuk ke apartemennya dengan perasaan yang kacau. Ia meninggalkan semua pekerjaan kantornya, melupakan semua hal lain dan pikirannya hanya tertuju pada satu hal.

Jangan, kumohon jangan Liam.....

Ketika kaki Leon menginjak ruang tengah, ia merasakan dunianya runtuh. Nafasnya tercekat, mata tajamnya menatap kosong obyek di sana.

Di sana, ia melihat Liam tak sadarkan diri di atas lantai dengan pecahan gelas disampingnya.

"LIAM!!" Leon berteriak, ia berlari dan membawa anak itu ke pelukannya.

Mata Leon tak berkedip, dadanya terasa sakit. Tangannya mengelus wajah Liam yang memucat. "Liam"

Liam begitu pucat dan nafasnya samar. "Tidak, kau tidak boleh pergi" Lirih Leon dengan perih.

Tubuh ringan Liam segera ia angkat dalam lengannya yang kuat. Ia pun memberi perintah mutlak "Andrew, menyetirlah secepat yang kau bisa"

Leon tidak boleh sedetikpun terlambat menyelamatkan lelaki di rengkuhannya.

.

.

.

.

Malam mulai menjemput. Di luar sana, hari mulai gelap. Namun ruangan tempat Leon duduk saat ini tetap terang.

Itu adalah kamar pasien khusus yang luas dengan fasilitas lengkap, seperti rumah. Namun terdapat berbagai alat medis dan bau obat tidak dapat terabaikan di sana.

Leon duduk di kursi, menggenggam tangan Liam, pria manisnya itu masih belum sadarkan diri. Wajah tidurnya yang pucat terlihat lugu dan damai. Nafasnya teratur, Leon tersenyum melihatnya.

"Sedang apa kau di sana, hm?" Tanyanya lembut, seakan Liam bisa mendengarnya.

Leon membawa Liam ke salah satu rumah sakit miliknya. Petugas medis bertindak serapih yang mereka bisa ketika mengetahui bahwa yang mereka tangani adalah nyawa yang di bawa seorang Leon Smith.

Sebenarnya itu bukanlah pertama kalinya Leon membawa nyawa untuk diselamatkan ke tempat itu. Tim medis khusus telah menangani orang-orang terdekat Leon dan tentu saja mereka tak pernah main-main, walau beberapa nyawa tidak dapat mereka selamatkan.

Smith (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang