4. Ramen

19.3K 2.3K 116
                                    

Leon bilang, ia akan pulang saat jam makan malam. Pria itu juga mengatakan Liam bebas melakukan apa saja di dalam apartemen miliknya itu.

Jadi, maksudnya Liam harus membersihkan seluruh bagian tempat itu, kan?

Atas pemikiran itu, Liam membersihkan tempat itu dengan begitu telaten. Ia membersihkan lantai, meja dan perabot pecah belah dengan berhati-hati. Barang-barang di apartemen Leon tidaklah terlalu banyak, namun Liam pikir semuanya memiliki harga yang tidak main-main.

Liam mulai bertanya-tanya seberapa kaya Leon sebenarnya.

Liam melakukan apapun yang bisa ia kerjakan untuk membuat dirinya sibuk. Karena jika tidak, ia terus teringat tentang Leon yang mencium dahinya. Itu adalah pertama kali seseorang menciumnya. Meskipun hanya di dahi, Liam tetap menganggap hal itu sesuatu yang besar.

"AAAAAKKKK" Liam berteriak, mengelap meja di ruang tengah dengan brutal. "Kenapa dia menciumku?!?" Pekiknya tak habis pikir.

"Apa dia menganggapku anaknya? Apa aku akan diadopsi?" Anak itu menggeleng keras.

Liam mencari alasan yang masuk akal, dan hanya bisa memikirkan bahwa Leon menyukainya.

"Apa dia meyukaiku?"

Astaga ini sudah seperti dongeng.

"Tidak mungkin Leon menyukaimu!" Liam menunjuk bayangannya yang terpantul di layar televisi besar yang ada.

Liam membenturkan kepalanya pada meja. Itu sebenarnya membuat kepalanya sedikit sakit, dan berhasil menghilangkan pikiran anehnya. Ia  mulai membersihkan tempat lain dan menyadari sesuatu.

Tidak ada satupun foto yang terpajang di tempat besar ini.

Padahal Liam yakin. Pria kaya itu pasti memiliki keluarga besar yang juga banyak uang. Itu yang biasa terjadi dalam drama.

Selain itu, kenapa Leon tinggal seorang diri? Liam pikir, pria itu bahkan sudah cukup umur untuk menikah. Apakah dia belum menikah? Atau istrinya sedang pergi? Apakah istrinya cantik? Apa dia baik? Leon pasti menyayangi istrinya.

Entah kenapa Liam kesal dengan pikirannya sendiri. Hatinya terasa aneh dan terganggu. Merasakan dadanya berdenyut aneh, Liam mulai berpikir untuk mengambil asuransi kesehatan, berjaga-jaga karena sepertinya jantungnya tidak terlalu sehat.

Membersihkan apartemen Leon cukup melelahkan. Bukan karena itu kotor, tapi karena ukuran tempat itu luar biasa besar. Bahkan Liam pikir tempat ini cukup luas baginya untuk bermain skateboard. Tapi itu tidak akan terjadi, Liam ingat kaki kirinya yang pernah retak karena skateboard dan ia tidak ingin itu terjadi lagi.

Liam duduk di sofa panjang ruang tengah, menyalakan televisi di sana. Pekerjaannya sudah selesai dan ia bosan. Apartemen Leon begitu besar, Liam tentu saja merasa kesepian. Ia ngin menemui teman-temannya di cafe, namun Leon tidak memperbolehkannya keluar.

Bicara tentang teman-temannya, Jackson dan Alea sempat menghubunginya. Mereka histeris tentu saja, bahkan berencana melakukan mogok kerja agar Liam dapat kembali bekerja di cafe.

Setelah Liam menjelaskan bahwa ia baik-baik saja dan telah menemukan pekerjaan lain, barulah teman-temannya tenang. Lagian bagaimana ia bisa bekerja di sana kembali jika yang memecatnya adalah pemilik tempat itu sendiri.

Liam mengerti bahwa mereka sangat peduli padanya dan selalu bersedia membantu saat ia kesusahan.

Pernah satu kali Liam terpaksa dirawat di rumah sakit karena pingsan setelah terjatuh dari tangga saat membawa beberapa barang ke gudang cafe, teman-temannya yang menanggung biayanya dan meminta Liam untuk tidak memikirkannya. Meski begitu, Liam tetap mentraktir mereka sebagai rasa terimakasih.

Smith (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang