7. The Sofa

16.7K 1.9K 47
                                    

Mobil yang Liam tumpangi terasa nyaman sekali, ia berpikir mobil Leon ini pasti mobil yang sangat mahal, sama seperti mobil satunya lagi yang pernah ia tumpangi dulu, entah berapa bayak mobil yang Leon miliki. Ia duduk di kursi penumpang belakang dengan Leon di sampingnya. Pria itu sedang membicarakan sesuatu di telepon dengan entah siapa. Tapi kalau Liam tidak salah, itu adalah suara perempuan. Dan Liam akui dia agak penasaran siapa perempuan itu.

"Apa rumahmu ini sangat jauh, Leon?" Liam bertanya setelah pria itu menutup panggilannya.

Leon menoleh, lalu melihat ke luar jendela sesaat "Hutan ini sudah masuk di area rumah kita"

Liam tak bisa tidak kagum. "Wow" gumamnya "Kau sepertinya benar-benar sangat kaya"

Jika orang kaya memiliki halaman rumah luas, Leon memiliki hutan.

Leon mengulas senyum miring, dengan pongah menjawab "Ya"

Pria itu mengakui dengan percaya diri. Bukannya terdengar memalukan seperti orang kaya baru yang pamer, Liam justru merinding mendengar pengakuannya. Sepertinya Leon memang benar-benar sangat kaya.

Mobil hitam mewah itu melesat melalui sebuah gerbang, memasuki area hutan yang lain, namun lebih rindang dari sebelumnya.

"Leon kenapa kau tinggal di hutan?" Liam bertanya dengan polos.

"Alasan itu adalah, sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu" ujar Leon

"Oh iya? Apa itu?" Tanya Liam

"Akan kubicarakan denganmu di rumah nanti" Leon menjawab dan Liam hanya mengangguk untuk menanggapinya.

Apa yang ingin Leon bicarakan?

Ketika Liam memikirkan itu, mobil mereka sampai di sebuah pekarangan rumah yang begitu besar. Liam begitu terperangah "Leon, gedung apa ini?"

Leon terkekeh melihat bocah manisnya keheranan "Ini mansion utama milikku"

"Kau tinggal di gedung!" Pekik Liam

Mereka keluar dari mobil dan mata Liam masih belum berkedip. Di depannya adalah sebuah rumah besar berlantai dua. Jika apartemen Leon sudah sangat besar baginya, maka bagi Liam rumah pria itu terlihat seperti istana.

"A-aku tidak ingin tinggal di sini" Ujar Liam

Leon menoleh dan mengangkat alisnya heran "Ada apa? Apa kau ingin rumah yang lebih bagus?"

Wajah Liam memerah dan anak itu menunduk "Aku selalu kesepian karena kau pergi, pasti akan menakutkan jika tinggal di tempat besar ini sendirian"

Anak itu takut.

Leon mendekat dan mengangkat wajah Liam yang menunduk sedih. Mata bening itupun memandang mata tajamnya. "Kau tidak akan kesepian lagi" Ujar Leon, jarinya mengelus pipi gembil Liam yang masih memerah. Dan kini pipi itu makin memerah.

Leon terkekeh "Baik mari kita masuk"

Tidak baik membuat jantung anak orang berdebar-debar terlalu lama.

Pintu utama rumah itu begitu tinggi. Dua pengawal membuka pintu tersebut, lalu Leon dengan percaya diri melangkah masuk. Tangannya menggandeng tangan yang lebih mungil. Liam sempat berbisik pada pengawal yang membukakan pintu untuk mereka "Terimakasih paman"

Sepertinya Leon harus menjelaskan pada Liam tentang posisinya di rumah ini. Tidak seharusnya anak itu tunduk dan segan pada siapapun.

Begitu mereka masuk, puluhan pelayan wanita serta para pengawal yang belum pernah Liam lihat telah berbaris menyambut mereka. Seorang wanita yang anggun berada paling depan dan melangkah menghampiri Leon.

Smith (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang