Kedua: Catatan

504 60 4
                                        

22 Juli 2007

Salah satu sekolah swasta di Jakarta Selatan
07.45 WIB

"Kayaknya yang itu, Peng."

Jumpol Adulkittiporn bersandar pada dinding pembatas, menunjuk ke arah kanan dengan dagunya. Di sana, tempat di depan pintu kelas, seorang anak laki-laki mungil tengah mengobrol dengan temannya yang lebih tinggi.

Awalnya obrolan mereka terlihat serius. Namun beberapa detik kemudian, kedunya sama-sama tertawa nyaring.

Tanpa sadar Jumpol ikut tersenyum ketika anak laki-laki itu menunjukkan lesung pipinya.

Manis.

"Atthaphan maksud lo? Yang kecil?"

Jumpol mengangguk sambil meringis, sebelum kemudian bertanya-tanya dalam hati. Hampir tiga tahun mereka berada di sekolah yang sama, tetapi kenapa Jumpol tak pernah menyadari kehadiran Atthaphan?

"Jangan sembarangan lo sama dia," ujar Tawan lagi.

Jumpol mendengus sambil tertawa. Selama beberapa tahun berteman setelah berada di klub basket yang sama, baru sekali ini Tawan Vihokratana menunjukkan penolakan tegas.

Sudah dipastikan juga Tawan tahu maksud Jumpol sejak awal. Jumpol selalu memiliki cara untuk menunjukkan ketertarikan dengan seseorang. Ia selalu memastikan Tawan adalah orang pertama yang tahu. Entah apa alasannya.

"Kenapa dih?"

"Lo yang kenapa?!"

Suara Tawan tiba-tiba meninggi. Jumpol mengerutkan dahi bingung sebelum menepuk pundak sahabatnya sambil tertawa.

"Gak jelas lo, Peng. Lo naksir sama dia kan?"

"Gak."

"Boong lo."

Tawan memutar kedua bola matanya, tak menunjukkan ketertarikan pada topik pembicaraan yang diangkat Jumpol. Lagipula dari sekian banyak orang, kenapa harus Atthaphan Punsawat?

"Ngapain boong?"

"Kok lo kenal dia?"

Kali ini Jumpol melipat kedua tangannya di depan dada, menanti penjelasan. Jika Tawan kenal, seharusnya Jumpol kenal. Kecuali jika Atthaphan adalah tipe murid yang jarang menghabiskan waktu di sekolah.

"Sekelas waktu kelas X."

Jumpol mengangguk-angguk. "Pantesan. Orangnya gimana?"

Tawan berdecak kesal. Rasanya ia ingin menyumpal mulut Jumpol, menutup kedua matanya agar tak menatap orang yang sama, orang yang selama ini sudah mencuri perhatian Tawan sejak sejak kelas X. Atau kalau bisa, ingin rasanya Tawan menjauhkan Atthaphan dari radar Jumpol.

"Gak pantes sama lo lah yang pasti."

"Babi."


***

Kelas XII IPS 2
08.00 WIB

"Wah Tawan, kita sekelas lagi!"

Tawan yang sedang sibuk menata alat tulis di atas meja mendongak, menemukan sosok Atthaphan  dan Thitipoom Techaapaikhun yang memilih tempat duduk tepat di depannya dan Jumpol.

Sial.

"Hai, Att."

Tawan memaksakan diri untuk tersenyum sebelum kemudian melirik Jumpol yang sudah menjulurkan tangan kanannya ke arah Atthaphan.

Sebuah Nama (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang