Part 2

11 2 0
                                    

'Kita akan selalu dipaksa menerima suatu keadaan tanpa diminta persetujuan.'

-Afraid-


Pagi hari yang cerah. Langit biru mewarnai alam semesta, di tambah dengan suara merdu burung yang berkicau diudara, menyambut hari yang sangat berarti.

Tampak seorang gadis yang sedang  mengendarai sepeda berwarna perak bergradasi merah muda. Gadis itu adalah Keizia putri. Ia mengayuh sepedanya sambil beberapa kali memejamkan mata dan menghirup udara segar di pagi hari.

Ckittt!

Keizia menghentikan laju sepedanya ketika ia berhenti di sebuah kedai kopi yang sudah berdiri sejak tahun sembilan puluhan. Kedai kopi itu milik Bu Sum, Keizia sering mampir kesana hanya untuk menitipkan sepedanya.

"Bu, saya nitip sepeda disini lagi yah," teriak Keizia dari luar.

"Iya, simpan saja disitu" ujar Bu Sum yang sedang sibuk melayani pembeli.

Setelah menaruh sepedanya dengan baik, Keizia melangkahkan kakinya menyusuri jalan menuju sekolah. Ini adalah jalan pintas dari kedai Bu Sum menuju sekolahnya, Keizia selalu melewatinya setiap hari.

Keizia sudah memasuki gedung sekolah Bhintaraja, ia terus berjalan di sepanjang koridor. Sesekali ia tersenyum menyapa semua orang yang berjalan melintasinya. Langkah kakinya berhenti tepat di depan kelas sebelas satu ipa.

Yah, itu adalah kelasnya. Keizia langsung masuk ke dalam ruangan itu tanpa ragu. Matanya melihat seluruh ruangan dan berhenti di sebuah bangku paling pojok yang jauh dari papan tulis.

Keizia berjalan mendekati bangku itu, dan duduk disana. Ia memang sengaja memilih bangku tersebut karena terdapat rasa nyaman pada dirinya.

Selama sekolah, Keizia memang tidak mempunyai teman sebangku. Ia sengaja melakukan itu untuk menghindari suatu hal yang buruk menimpanya. Entah apa yang ada di pikirannya, sampai ia tidak mau berteman dengan siapapun.

Seorang guru masuk kedalam kelas menarik perhatian semua murid yang ada didalam. Termasuk Keizia, ia langsung memfokuskan mata dan tubuhnya untuk menghadap ke depan.

"Pagi anak-anak," sapa guru itu. Ia adalah Bu Sinta selaku guru pelajaran fisika.

"Pagi Bu" jawab murid serempak.

"Baiklah, sekarang kita mempelajari soal fisika. Ibu akan menjelaskan materinya, nanti diakhir ibu kasih soal latihan yah, mengerti?" tanya Bu Sinta.

"Siap mengerti" ucap murid serempak lagi.

Setelah itu, Bu Sinta menjelaskan semua materi fisika dengan rinci dan dapat dipahami dengan baik.

"Materinya sudah selesai ibu jelaskan, sekarang ibu kasih soal untuk kalian kerjakan" ucap Bu Sinta.

Bu Sinta langsung menulis soal dipapan tulis untuk dijawab oleh muridnya.

"Siapa yang bisa menjawab soal ini?" tanya Bu Sinta.

Hening, tidak ada yang menjawab pertanyaan Bu Sinta. Namun, keheningan itu musnah oleh seorang gadis yang dengan berani mengangkat tangannya.

"Silahkan ke depan Keizia" ucap Nu Sinta mempersilahkan Keizia untuk mengerjakan soal itu.

Keizia mengangguk. Ia berjalan menuju papan tulis itu, lalu dengan cepat Keizia mengerjakan soal yang ada di papan tulis. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mengerjakan soal itu.

Ia langsung menutup spidol di tangannya dan meletakkan benda itu dihadapan Bu Sinta. Lalu, ia kembali duduk di bangkunya.

Bu Sinta yang melihat Keizia terkagum-kagum dengan apa yang Keizia lakukan. Ia melihat jawaban itu dengan teliti dan semua jawaban itu benar. Padahal Keizia menjawabnya dengan waktu yang sangat sedikit.

AfraidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang