Part 3

8 1 0
                                    

Keizia turun dari sepedanya, ia baru saja sampai di rumah, lalu ia menggiring sepeda untuk di masukkan ketempat biasa.

Setelah memasukan sepedanya, Keizia langsung masuk ke dalam rumah. Dengan perlahan ia membuka pintu kamar nenek nya namun, tidak ada seorangpun di dalam kamar itu.

Semenjak kejadian sepuluh tahun yang lalu, Keizia memang tinggal bersama Neneknya. Akan tetapi, ia harus menerima keadaan yang menuntutnya untuk hidup sederhana dan berhemat.

"Nenek?" panggil Keizia.

"Nenek, dimana?" teriak Keizia memanggil Neneknya yang tak kunjung ia temui.

Keizia semakin khawatir, ia mencari Neneknya ke semua sudut ruangan yang ada dirumah. Namun, ia tidak menemukannya.

"Nek ... Nenek dimana?" lirih Keizia yang sudah menangis sambil memeluk lututnya. Ia menundukkan kepalanya dengan air mata yang terus mengalir.

"Kenapa kamu menangis?" tanya seorang wanita paruh baya sambil mengelus lembut rambut Keizia. Ia adalah Rini, Neneknya Keizia.

Keizia mendongak, menatap orang yang sudah mengelus rambutnya. Ia langsung memeluk orang itu dengan tangisan yang semakin menjadi-jadi.

"Nenek kemana aja,?" tanya Keizia mencoba menahan isakanya.

"Keizia khawatir sama Nenek" lanjutnya.

"Nenek habis keluar sebentar, kamu tidak perlu begitu mengkhawatirkan Nenekmu ini" ucap Rini.

"Engga bisa, sekarang Kei tidak punya siapapun lagi selain Nenek. Jadi wajar kalo Keizia khawatir" ujar Keizia miris.

"Khawatir boleh, tapi jangan sampai menangis seperti ini lagi yah"

Keizia mengangguk. "Iya, Nek."

"Kamu sudah makan?" tanya Rini

"Belum Nek, baru pulang sekolah" jawab Keizia.

"Yasudah. Kamu ganti baju dulu, habis itu kita makan"

Keizia mengangguk, ia langsung pergi ke kamarnya untuk mengganti baju. Tidak butuh waktu lama, Keizia sudah mengganti baju nya dengan kaos dan celana training. Lalu ia berjalan menuju dapur yang sudah ada Neneknya disana.

Keizia duduk disamping Neneknya lalu ia mengambil piring dan mengisinya dengan nasi. Tidak ada menu spesial yang dihidangkan Rini, hanya ada tahu dan tempe sebagai lauk pauknya.

"Bagaimana sekolahmu?" tanya Rini.

"Seperti biasa Nek, tidak ada perubahan" ujar Keizia.

Rini menghela nafas pelan. "Kamu harus belajar menerima orang lain dalam hidup mu"

"Engga bisa Nek, Keizia takut"

"Rasa takut itu akan semakin membesar, jika kamu tidak berusaha melawannya"

"Tapi Keizia masih belum bisa. Keizia takut, takut terjadi suatu hal yang buruk Nek"

"Yasudah, terserah. Tapi perlahan kamu harus melawan rasa takut itu" ucap Rini mengalah, ia sudah sering bertanya seperti itu pada Keizia. Namun, jawabannya tidak berubah dari dulu.

"Iya, Keizia akan mencobanya"

Entah kenapa hidupnya menjadi berubah seratus delapan puluh drajat, di bandingkan dengan kehidupannya yang dulu.

Dulu kehidupan Keizia tidak terlepas dari kata bahagia. Namun sekarang, kebahagiaan itu seolah menjadi musuhnya yang harus ia jauhi.

Kenapa kehidupannya harus seperti ini? Keizia ingin sekali merasakan kebahagiaan di sepanjang usianya. Apakah mungkin, Tuhan sudah tidak menyayanginya? Jika iya, lebih baik ia mati saja sekarang juga.

AfraidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang