Part 4

19 1 1
                                    

Hidup memang tentang perjuangan. Sekali saja kita menyerah, maka kita akan tertinggal jauh. Dari sanalah kita belajar untuk lebih berusaha lagi dalam menjalani hidup, dan menggapai suatu tujuan.

Begitupun dengan kehidupan seorang Keizia. Ia sedang berusaha untuk tetap semangat dalam menjalani hidupnya. Seperti saat ini, Keizia sudah berada tepat didepan sebuah panti asuhan.

"Jl. Kencana No. Empat ratus lima puluh tiga. Harapan bunda" ucapnya membaca selembar kertas berisikan alamat.

Bibirnya terangkat membuat sebuah lengkungan. Keizia tersenyum, karena sudah menemukan tempat panti asuhan itu sesuai dengan alamat yang tertulis. Keizia segera masuk kedalam gerbang dengan menteng-teng beberapa nasi kotak.

Setelah Keizia masuk kedalam, ia melihat banyak sekali anak-anak di sana yang sedang bermain. Namun, fokusnya teralihkan ketika melihat seorang paruh baya yang sedang menjemur pakaian.

"Permisi Bu, mau tanya. Kalo yang punya panti asuhan ini siapa ya? Saya ada perlu sebentar" ucap Keizia bertanya dengan sopan.

Ibu itu menoleh kesamping, melihat Keizia sebentar lalu tersenyum kearahnya. Ibu itu langsung menaruh kembali pakaian basah ke dalam ember.

"Saya sendiri, ada perlu apa ya?" tanya Ibu itu. Ia adalah Bu Fatima, selaku pemilik panti asuhan.

"Oh Ibu rupanya, maaf saya tidak tahu," ucap Keizia canggung.

"Perkenalkan, nama saya Keizia putri. Saya kesini hanya untuk mengantar kan pesanan Ibu" lanjutnya sambil memperlihatkan beberapa nasi kotak ke hadapan Bu Fatima.

"Iya gapapa. Yasudah, tolong masukkan ke dalam yah" timpal Bu Fatima.

Keizia menggangguk, ia segera memasukan semua nasi kotak itu ke dalam. Setelah itu, Keizia duduk di atas kursi yang menghadap langsung ke sebuah taman, memperlihatkan beberapa anak yang sedang bermain di sana.

"Senang bisa melihat mereka tertawa bebas seperti itu" ucap Bu Fatima yang tiba-tiba datang dari arah belakang dan duduk di samping Keizia.

Keizia menoleh kearah suara itu dan tersenyum setelahnya, lalu ia menatap kembali taman itu.

Terkadang kita harus melupakan masalah dengan membuat diri kita bahagia sebahagia mungkin. Namun, Keizia tidak bisa melakukan itu. Sungguh, Keizia tidak bisa.

Anak-anak itu sangat ahli dalam menyembunyikan kesedihannya. Hanya dengan bermain, tertawa, mereka bisa menipu semua orang bahwa mereka baik-baik saja. Namun ternyata tidak, secara batin mereka tersakiti oleh prilaku orang tuanya yang tidak bertanggung jawab dan menelantarkanya di panti asuhan tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

"Apakah orang tua mereka sering mampir kesini?" tanya Keizia.

"Tidak sama sekali." jawab Bu Fatima.

Keizia mengangguk setelah mendengar jawaban Bu Fatima. Ia bingung harus menjawab seperti apalagi, karena ia sendiri merasakan sakit nya ditinggalkan oleh kedua orang tua.

Keizia manatap seorang anak kecil yang sedang duduk diatas kursi roda sambil menonton teman-temannya yang asik bermain namun, dia berbeda dengan yang lain. Anak itu, sama sekali tidak mempunyai rambut.

"Anak itu kenapa Bu?" tanya Keizia menunjuknya.

"Dia sakit"

"Sakit apa?"

"Kanker darah stadium empat. Dia sering mengalami pingsan dan mimisan kalo kecapean" lirih Bu Fatima.

Keizia dapat melihat kesedihan dari sorot mata Bu Fatima ketika menjawab pertanyaanya. Ia langsung merangkul pundak Bu Fatima dan memberi kekuatan di sana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AfraidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang