Masa Lalu

208 1 0
                                        

"Cella aku tahu ini terlalu cepat untukmu, tapi bisakah kamu mendengarkan penjelasan ku sekarang? Aku mohon diam dan resapi semua kata-kataku jangan menyela dan jangan menjerit ataupun berteriak! Sebenarnya aku lebih memilih mengajakmu bicara seperti ini di tempat dengan temaram lampu lilin, tapi kamu memaksaku mengatakannya disini," lirih Patra membuat Cella menyerah seketika.

Untuk saat ini hati Cella terbuai akan pesona seorang Patra. Laki-laki asing yang dia sendiri tidak tahu bagaimana sifat asli dan gaya hidupannya.

"Katakan," ucap Cella lembut.

Dengan bodohnya, dada Patra merasa berdebar hanya dengan mendengar suara lembut Cella. Mungkin karena laki-laki itu terbiasa mendengar Cella marah atau berteriak. Tidak lembut seperti malam ini.

"Dengar, kamu boleh bertenya setelah aku mengatakan semuanya," pinta Patra.

"Baiklah," jawab Cella.

"Pertama aku bukanlah laki-laki tampan, kaya dan sombong seperti yang kamu bayangkan," ucap Patra.

"Sial! Apa dia adalah peramal?," pikir Cella.

"Lalu kamu siapa?," ujar Cella tidak bisa menahan rasa penasarannya.

"Ssttt sudah ku katakan bertanyalah setelah aku selesai bicara," ucap Patra dengan menempelkan jari telunjuknya di bibir Cella.

Cella kemudian mengangguk. Dia merutuki kebodohannya yang tidak bisa menghentikan rasa ingin tahunya.

"Aku laki-laki yang tiga tahun ini mengikutimu kemana-mana..," ucap Patra yang mendadak disela Cella.

"Sstt tunggu aku selesai bicara Cella," lirih Patra kembali menempelkan jari telunjuknya ke bibir Cella.

"Maaf," sesal Cella menundukkan wajahnya.

Wanita itu tidak berani lagi menatap Patra. Terlebih karena merasa jika apa yang akan dikatakan Patra bisa membuatnya malu.

"Tiga tahun lalu bukankah kamu masih duduk di bangku sekolah? Tepat sehari setelah kamu selesai ujian aku tidak sengaja melihatmu berjalan seorang diri menuju taman tempat kita duduk tadi! Aku bingung mengapa kamu tidak bersama temanmu, aku ingin sekali tidak memperdulikanmu namun hatiku berkata lain. Saat itu aku tidak tahu siapa kamu dan dimana rumahmu, lalu aku pergi menuju sekolahmu menanyakan semua tentangmu. Saat itulah aku menyadari jika beban yang kamu rasakan sungguh berat," Patra menjeda ucapannya.

Sementara Cella kembali mengingat masa-masa sekolahnya yang sangat memprihatikan. Juga tidak menyangka jika sebenarnya ada laki-laki yang sungguh memperhatikan dirinya.

Meskipun Patra tahu jika saat ini Cella sedang memikirkan masa lalunya, dia tidak peduli. Patra hanya ingin Cella menyadari jika tidak semua laki-laki sama seperti yang dipikirkan.

"Setelah lulus kamu diterima kerja sebagai pelayan di sebuah restoran, aku senang mendengarnya. Namun ketika aku mengikutimu pulang kamu justru menuju bar yang sangat ramai. Aku sempat berpikir kamu wanita malam simpanan hidung belang, tapi aku tetap mengikutimu. Mencari tahu apa yang sebenarnya kamu lakukan di dalam kenapa selalu keluar larut malam. Aku tidak suka dunia malam terlebih untuk menghabiskan malam bersama wanita penggoda, namun karena rasa penasaran akhirnya aku sering masuk ke bar itu. Memastikan apa yang kamu lakukan dan ternyata benar kamu adalah barista part time disana. Tiga tahun waktu luangku selalu ku gunakan untuk mencari tahu tentangmu," lanjut Patra.

"Apa aku sudah boleh bertanya?," lirih Krisna seraya mengangkat wajahnya melihat pemilik wajah tampan di hadapannya.

"Boleh," ucap Patra.

"Untuk apa kamu mencari tahu tentangku? Apa kamu seorang pengangguran?," tanya Cella.

"Awalnya aku hanya kasihan karena beban hidupmu dan aku ingin membantumu, tapi lama-lama aku justru menyimpan perasaan untukmu! Aku bukan seorang pengangguran, aku seorang karyawan di perusahaan ayahku," jawab Patra.

"Oke, lanjutkan ceritamu," tukas Cella sembari mencerna setiap ucapan Patra.

"Hingga akhirnya tadi malam aku berhasil menampakkan diri dihadapanmu dan mengajakmu berkenalan, tapi terlalu sulit lalu malam ini aku berhasil mengajakmu kedalam mobil ini," ucap Patra dengan mengedipkan matanya.

"Hish, laki-laki penggoda," desis Cella.

Patra tersenyum mendengar ucapan Cella. Dia lelah menghadapi wanita penggoda maka malam itu Patra memberanikan diri menjadi laki-laki penggoda.

"Aku ingin berteman baik denganmu! Tidak memaksa untuk membalas perasaanku, aku yakin kamulah takdirku," gumam Patra.

"Menyebalkan! Sekarang antarkan aku pulang!," ujar Cella.

"Baiklah, tapi setelah menjawab pertanyaanku," tawar Patra.

Cella mengerutkan dahi bingung bagaimana mungkin laki-laki yang mengatakan telah mengenal dirinya sejak tiga tahun lalu akan bertanya.

"Silahkan," ucap Cella.

"Siapa laki-laki yang mengantarmu semalam?," tanya Patra seraya menghidupkan mobil dan melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.

"Oh itu temanku di bar, lambat laun kamu akan tahu sendiri," jawab Cella.

Dua puluh menit tibalah Patra dan Cella di depan rumah Cella. Menjadi pembicaraan jika dia adalah simpanan hidung belang hanya dianggap angin lalu oleh Cella. Termasuk ketika dia sering diantar pulang dengan mobil berganti-ganti. Namanya juga bekerja di bar, kebanyakan yang mengenal Cella adalah kelas atas.

"Tunggu! Berapa nomor ponselmu?," tanya Patra ketika melihat Cella akan turun.

Cella segera mengucapkan nomor ponselnya dan turun. Tidak lupa wanita itu mengucapkan terima kasih dan melambaikan tangan seperti yang biasa dilakukan ketika ada yang mengantarnya pulang.

Semenjak kejadian malam itu hubungan Cella dan Patra semakin membaik. Bahkan seminggu dua kali Patra pasti menunggu Cella di dalam bar. Tentu dengan memesan minuman seperti pelanggan lain.

Pemilik bar yang bernama Rangga juga sudah terbiasa atas kehadiran Patra. Laki-laki itu melakukan Patra dengan baik, seperti Cella melayaninya. Sempat mengira jika Patra adalah penghalangnya, tapi ketika menyadari bahwa Cella tidak menaruh perasaan untuk Rangga, Rangga memilih mundur.

Karena wanita baik hanya akan ditakdirkan bersama laki-laki yang baik. Tidak seperti Rangga yang sering berganti wanita sesuka jidatnya. Cella sering memberi tahu Rangga, tapi apalah daya jika dia juga sadar diri akan pembawaan bosnya.

Tentang kedua orang tua Cella, Cella memilih merahasiakan kedekatannya dengan Patra. Wanita itu mengatakan jika kebetulan barista yang baru satu arah dengan Cella sehingga dia sering mengantar Cell pulang.

Tidak mau terlalu cepat karena hingga saat ini mereka belum menjadi sepasang kekasih. Patra selalu memperlakukan Cella dengan sangat manis, tapi tidak menutup kemungkinan jika Patra tidak hanya seperti itu bersamanya.

Apalagi mengingat Patra adalah laki-laki kata pewaris tunggal tempatnya bekerja. Tentu banyak wanita yang mengaguminya. Yang pastinya lebih pantas untuk Patra daripada dengan Cella.

"Aku percaya jika Tuhan telah menyiapkan jodoh untukku, hanya saja saat ini dia belum bertemu denganku. Laki-laki yang masih menunggu waktu untuk menjemputku, aku yakin hadirmu bukan hanya pelipur lelahku. Namun sebagai penghapus masa tuaku agar kelak cintaku abadi bersamamu," gumam Cella ketika merasa hatinya sedikit menyimpan rasa untuk Patra.

Little Accident 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang