Semenjak sedikit mengenalmu, rasanya masalah datang bertubi-tubi entah untuk menguji atau Tuhan memang ingin membuat kita saling betah.
# ----- #
Pukul tiga sore menjadi waktu dimana anak SMA JAYA SAKTI berseri-seri. Tak ada yang menyambutnya tanpa rasa girang. Tentu saja, jam pulang sekolah selalu menjadi waktu yang dinantikan bagi mereka semua.
Melepas penat dari pengerjaan tugas, penjelasan guru, dan bersiap-siap untuk nongkrong di luar. Siapa yang bisa berpaling dari kenikmatan itu? Pelajar tentu paham bagaimana rasanya. Termasuk Biru.
Cowok itu menggandeng tasnya dan berjalan keluar dari kantin setelah memberi bayaran pesanan. Sekarang, ia akan berjalan menuju kelas Mars. Namun, setibanya di sana sosok tersebut tak ada. Hanya sebuah tas yang tersimpan di bangkunya. Entah ke mana perginya cowok itu di jam pulang seperti ini.
Alhasil, Biru langsung menyambar saja meja di sana untuk ia duduki. Tak peduli atas tatapan risih dan tatapan terkagum-kagum para siswi terhadapnya.
Norak banget.
Sekitar lima menit ia menunggu, hingga ekor matanya berhasil menangkap kehadiran Mars.
"Udah lama?" tanya Mars tenang lalu menyampirkan tasnya di lengan kanan.
"Dari mana, sih?"
"Ada perlu," Tangan Mars terayun menepuk bahu Biru. "Ayo."
Cowok itu berlalu lebih dulu meninggalkannya. Biru merasa aneh saja, seperti ada yang ganjil dari tingkah dan penampilan Mars.
Biru menggeleng lalu mengerutkan dahi.
Peduli amat gue sama style dia.
"Lo pengen ikut les tambahan?" Ucapan Mars yang berdiri di ambang pintu membuatnya buru-buru turun dari meja.
"Najis."
Mars terkekeh pelan dan menunjuk sisi luar kelas menggunakan arahan dagu. "Makanya, ayo."
Biru memperbaiki posisi tasnya di lengan kanan dan berlalu dari sana dengan santai. Namun, decakan kagum yang mengiringinya sepanjang menuju ambang pintu tak dapat diabaikan. Kaum hawa lagi-lagi berulah bahkan ada yang dengan sengaja mengangkat ponsel dan menyorotinya.
"Gue nggak suka difoto," Biru menghentikan langkah dengan malas di depan salah satu siswi. Kepalanya dibawa menoleh dengan ekspresi datar. "Hapus sekarang juga."
Seketika siswi tersebut mati kutu, ia menunduk tanda merasa bersalah sambil meminta maaf. Mars yang menyaksikan sampai-sampai berdecak karena tahu Biru kembali mengulur waktu.
"Biru..." panggil Mars mengingatkan.
Sementara yang dipanggil hanya membalas dengan mengangkat tangan kanan. Alhasil, helaan napas menjadi respon berikutnya yang Mars berikan.
"Lo udah hapus foto gue, belum?" tanya Biru mengintimidasi. Sekitar lima detik ia menunggu percakapan terjeda itu kembali berlanjut. Namun, lagi-lagi harus ia yang bersuara.
"Woi, budek ya lo?" Tautan alis cowok itu terlanjur tercetak dengan jelas di bagian dahi. Siapa pun kini tahu, bahwa Biru mulai menaikkan sedikit emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY TO MEET YOU AZURA
Misterio / SuspensoLife must go on. Tentang cerita kemarin, biarlah menjadi bekas pikulan. Semua orang adalah pemilik masa depan, mereka berhak bahagia dan dapat terluka.