Disclaimer : Masashi Kishimoto
.
.
Story au by : Aizuhime
.
.
15+
.
.
Mulmed : Inochi no namae (The name of life) - Cover by Cereus
.
.
Ikiru
02 : Gadis Yang Tak Punya Masa Depan
.
.NHL
❄️❄️❄️❄️❄️
Dua kelopak mata pucat itu terpejam tenang, merasakan sapuan lembut pada permukaannya. Aroma kosmetik tercium samar ketika sentuhan terampil sang perias menjamah wajah kecil itu, menyihirnya menjadi berkali-kali lebih jelita menggunakan riasan tipis. Di tengah ruangan yang diliputi banyak suara nan bercampur menjadi satu, ia diam seribu bahasa. Membiarkan orang-orang mendandaninya bak boneka. Jangankan mengomentari soal riasan pada wajah, memilih pakaian yang menempel di tubuhnya pun dilakukan orang lain. Seorang pemeran utama yang tidak memiliki dialog, begitulah hari Hyuuga Hinata selalu dimulai. Dia mungkin menjadi alasan utama semua orang berkumpul disini, tetapi argumennya bukanlah suatu prioritas. Di atas panggung, dialah bintang yang bersinar paling terang hingga menyilaukan banyak mata. Dan dibalik semua itu, atensinya sama seperti udara, dibutuhkan, namun tak pernah bisa dilihat.
"Aku tidak menyangka Hinata-chan bisa debut secepat ini. NK bukan agensi sembarangan, standarnya sangat tinggi. Ku dengar, Ino-chan yang sudah lama menjadi trainee saja masih belum mendapat kesempatan debut. Kau memang sangat hebat, tidak semua orang bisa sepertimu." Hinata diam menyimak tiap kata yang penata riasnya— Konan utarakan. Mencernanya satu persatu sampai sebuah pertanyaan tidak penting melintasi pikirannya.
Sejak kapan ya, sebuah pujian di anggap lebih meyakinkan jika diikuti oleh suatu perbandingan?
Entah siapa yang memulai, dan entah bagaimana semua berawal, memuji seseorang dengan menjatuhkan orang lain sudah menjadi suatu budaya umum dalam kehidupan. Hari ini Hinata menerima pujian, bisa jadi besok giliranya menerima hardikan ketika orang yang lebih bersinar darinya tiba-tiba muncul.
Manusia diberkahi dengan banyak sifat alami, salah satunya adalah ambisi. Mungkin karena itu, insting menuntun mereka untuk selalu berlomba-lomba menuju titik paling atas. Tanpa ragu menginjak yang di bawah, mendorong yang di atas, tiap detik merasa terancam oleh orang yang berdiri sejajar dengannya. Rela bersaing hingga hancur demi memenuhi 'standar orang lain', sampai lupa pada keinginan dan kemampuan diri sendiri. Begitulah tangga perbandingan yang menentukan nilai seseorang hanya dari beberapa aspek tertentu pun mulai tercipta. Kini, pendapat orang menjadi lebih penting dari pada fakta. Cukup dengan satu kalimat dari orang lain, kau bisa merasa terbang sampai ke ujung langit, atau merasa tak pantas untuk lahir ke dunia.
Padahal, tidak semua perkataan orang lain itu benar. Apa yang kita dengar, dan apa yang kita lihat, bisa saja baru seperempat dari kenyataan sesungguhnya.
"Benarkah, kak Konan? Apa aku sehebat itu?"
"Tentu saja, kau yang terbaik! Penyanyi wanita nomor satunya NK Entertainment!"
Hinata tersenyum. Tentu saja Konan mengatakan itu bukan karena dia memang yang terbaik, tapi karena Hinata lah yang paling memenuhi ekspektasi orang-orang. Saat ini, membuat relasi dengan bintang sepertinya akan jauh lebih menguntungkan bagi Konan sebagai seorang make up artis. Ketimbang memuji Ino yang hanya trainee, menyenangkan hati seorang Hinata jelas lebih bermanfaat bagi karier Konan. Ceritanya akan berbeda jika Ino sudah berhasil debut nanti. Pada akhirnya, kualitas seseorang akan dinilai dari seberapa menguntungkan dirinya bagi orang lain. Kau akan menjadi hebat jika berguna, dan menjadi bagai sampah di mata orang-orang yang tidak membutuhkanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikiru
Fiksi PenggemarUzumaki Naruto, seorang pria usia tiga puluhan yang terus terperangkap dalam impian konyol masa lalu. Disaat teman-teman seusianya sudah berkeluarga dan mulai menyusun kesuksesan dalam berbagai bidang, Naruto justru merasa terbuang bagai seonggok sa...