Merasa penasaran, Andreas duduk di dekat jendela, yang merupakan tempat duduk favoritnya Grace, dan membukanya.
Hal pertama yang dia lihat adalah gambar bunga-bunga Cyclamen. Andreas tidak pernah tahu Grace bisa menggambar begitu indah. Matanya terus memperhatikan gambar tersebut sebelum akhirnya berpindah ke tulisan tangan Grace.
Dia kemudian membacanya.
9 Juni
Hari ini merupakan hari yang buruk bagiku. Kakak selalu sibuk jadi tidak ada yang merayakan ulang tahunku. Aku mengerti itu. Bukan itu alasan aku sedih, tapi karena tadi aku dipermalukan oleh teman-temanku di depan umum. Pada waktu-waktu seperti ini aku berharap ibu masih ada. Dia akan memelukku dan mendengarkanku sampai aku tenang kembali. Sore ini setelah aku pergi menemui Ibu, aku tersesat. Aku tahu aku seharusnya tidak menangis hanya karena ini, namun aku yang sedang sendirian merasa kesepian.
Pada saat itulah, aku bertemu dengan dia. Dia berjongkok di sebelah aku yang sedang menangis dan bertanya, "Kenapa kamu duduk disini?". Aku mengangkat kepalaku dan melihat seorang anak laki-laki seumuranku yang berwajah tampan. Dia mengenakan pakaian berwarna hitam. Sepertinya dia adalah anggota keluarga dari orang yang sedang dikubur di pemakaman tadi.
Aku tidak tahu harus menjawab apa dan hanya terdiam. Dia pun bertanya lagi padaku, "Siapa namamu?"
"Grace."
"Nama yang cantik." Perkataannya membuatku merasa malu. Tidak ada yang pernah mengatakan itu padaku.
"Apakah tadi itu.. keluargamu...?" aku bertanya. Oops. Seharusnya aku tidak menanyakan itu.
"Aku tidak punya keluarga." dia bilang dengan kesal
Aku tidak mengerti apa maksud perkataannya, tapi aku diam saja.
"Namaku Andreas." dia bilang lalu mengeluarkan sebuah saputangan dan memberikannya padaku.
Aku menerimanya dan menggunakannya. Kami lalu mengobrol tentang berbagai hal. Andreas ternyata berasal dari keluarga kaya. Dia menceritakan bagaimana keluarganya tidak pernah menyayanginya dan selalu menyuruhnya untuk memenuhi ekspektasi mereka.
Kemudian aku menceritakan tentang diriku. Apa yang Andreas lakukan setelah mendengar keadaan keluargaku sangat menyentuh hatiku. Dia tiba-tiba mengeluarkan sebuah kartu dan beberapa kertas uang dan memberikannya padaku. Dia memaksaku untuk menerimanya dan berkata bahwa uang sebanyak ini bukan apa-apa dibandingkan dengan uang yang dia terima per bulan. Aku pun berjanji padanya akan mengembalikan semua uang ini suatu hari.
Andreas hanya tertawa dan hendak pergi. Ketika dia berdiri, sekuntum bunga berwarna ungu terjatuh dari tasnya.
Aku mengambilnya dan ingin mengembalikannya tapi Andreas tiba-tiba berkata, "Simpan saja bunga itu. Itu bunga kesukaan ibuku, tidak ada gunanya bagiku. Bunga Cyclamen namanya."
Cylamen. Bunga itu sangatlah cantik dan wangi. Sepertinya aku mengerti mengapa ibunya menyukai bunga ini.
Kemunculan Andreas hari ini bagaikan cahaya yang terang di hidupku.
Dengan uang yang dia berikan, semua masalahku dan kakakku terpecahkan begitu saja. Aku sangat ingin menemuinya lagi untuk membalas kebaikannya.
Setelah kupikir-pikir, hari ini bukanlah hari yang buruk, melainkan hari yang sangat indah bagiku.
Andreas terdiam karena kaget. Dia benar-benar tidak pernah mengingat bahwa ia dan Grace pernah bertemu sebelumnya. Setelah mengingat-ngingat lagi, memang benar ada kejadian seperti itu. Tapi ia sudah lama melupakannya.
Dari kecil, Andreas Felix tidak pernah mempedulikan orang lain dan suka menyendiri. Dia sangat sering bertemu dengan orang-orang yang berusaha mendapat perhatiannya karena menginginkan kekayaannya. Banyak juga perempuan yang ingin mendekatinya karena menyukai wajah tampannya.
Alasan mengapa dia mendekati Grace hari itu karena Andreas sedang ingin berbicara dengan seseorang. Alasan lain adalah karena ia merasa anak perempuan itu terlihat manis dan lucu. Dia juga merasa kasihan padanya, sehingga memutuskan untuk membantunya.
Hari itu adalah hari pemakaman ibunya. Ayah dan ibunya menikah karena kontrak kerjasama perusahaan, bukan karena cinta. Ayahnya adalah pebisnis yang ambisius dan hanya mencintai pekerjaannya. Andreas dibesarkan secara keras dan harus selalu memenuhi ekspektasinya. Dia harus selalu mendapat nilai sempurna, bisa memainkan berbagai instrumen musik, pintar bela diri, dan lainnya. Karena itu, dia tidak pernah dekat dengan keluarganya kecuali kakeknya.
Memikirkan itu membuat Andreas mengerut keningnya. Sambil mendesah, dia berhenti memikirkan itu dan membalik ke halaman selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cyclamen [Completed]
Short StoryPenyesalan selalu datang belakangan. Andreas selalu berpikir bahwa dia sangatlah beruntung dapat bertemu dengan wanita yang memenuhi semua kriterianya. Setelah dia menemukan buku harian Grace, dia baru menyadari ternyata tidak ada yang namanya sebu...