Tanggal terakhir yang tertulis di diari ini adalah kemarin, hari peringatan pernikahan mereka. Hari dimana mereka bertengkar kemudian membahas cerai.
Hari kematiannya Grace.
Andreas mengangkat tangannya dan menutup matanya sambil menghela nafas dengan frustrasi.
Ternyata tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.
Selama ini, ia selalu merasa beruntung menemukan seorang istri yang memenuhi kriteria pasangannya dalam segala aspek.
Tetapi semua kebetulan ini ternyata karena perencanaann istrinya yang telaten dan ceramt.
Dialah yang tak pernah memperhatikan istrinya, sehingga ia tak pernah menyadarinya.
Grace pasti sangat lelah, karena dia telah berubah sangat banyak untuk dirinya. Dia bahkan tidak memiliki hobi dan tidak pernah melakukan sesuatu untuk diri sendiri tapi apa yang dia dapatkan hanyalah kesalahpahaman dan banyak keluhan.
Jadi dia semakin menjadi pendiam. Pada akhirnya, tidak ada yang bisa dikatakan.
Dia merasalan penyesalan tanpa akhir.
Jika saja... ia dapat mengerti istri aslinya yang tidak pernah dia kenal sebelumnya.
Dia sangat ingin Tuhan untuk mengembalikan istrinya.
Bahkan jika istrinya tidak mencintainya lagi. Bahkan jika istrinya ingin menceraikannya.
Dia sangat ingin memberi tahu istrinya kalimat cinta yang belum pernah dia ungkapkan.
Dia ingin memberi tahu istrinya bahwa menjadi dirinya sendiri itu baik. Dialah yang harus berubah.
Dia.. benar-benar merindukannya.
Alasan pertengkaran mereka sebenarnya karena dirinya terlalu berlebihan. Hari itu adalah peringatan pernikahan mereka dan Andreas telah menyiapkan kejutan liburan. Tetapi Grace tidak kembali ke rumah sampai pukul sebelas.
Ketika ia memikirkan tindakannya, Andreas merasa dirinya sangatlah bodoh.
Dia tidak bisa menahan amarahnya dan langsung melampiaskannya ke Grace.
Andreas adalah seorang pengacara. Dia tidak perlu mengatakan banyak, tapi setiap kalimta yang dia keluarkan bagaikan sebuah pisau yang lembut, dan didedikasikan untuk tempat-tempat yang paling menyakiti hati orang.
Andreas hanya duduk terdiam, tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan jika dia akhirnya menyadari semua kesalahannya, istrinya sudah tiada. Dia tidak akan kembali lagi.
Jantungnya terasa sakit di dadanya. Saat itu Andreas sangat menginginkan semua ini untuk menjadi sebuah mimpi.
Sebuah mimpi buruk dimana ia bisa bangun dan melihat istrinya lagi. Bahkan jika saat dia bangun dia tetapi tidak bisa melihatnya, Andreas tidak peduli. Dia ingin pergi tidur dan melupakan semua kesedihan dan penyesalannya.
Dia menyeret kakinya menuju kamar tidurnya dan menjatuhkan dirinya di atas ranjang.
Dia menutup matanya, menarik selimutnya ke bagian bawah lehernya dan terus tidur.
Namun dalam beberapa detik, ia mengangkat selimut itu dengan cemas.
"Selimut harus menutupi dada dan di bawah leher, jadi jangan tidur menyamping," Grace pernah berkata, menasehatinya bahwa itu adalah posisi tidur yang paling sehat.
Sehat. Aku tidak butuh kesehatan.
Andreas mengacaukan rambutnya dengan frustrasi dan kembali duduk.
Tiba-tiba dia merasa sangat lapar. Kalau dipikir-pikir, dia memang belum makan sejak pagi.
Dia keluar dan melihat ke dapur. Biasanya Grace yang selalu menyiapkan sarapan untuknya. Grace sangat mementingkan sarapan dan selalu menghabiskan banyak waktu untuk menyiapkan sarapan setiap hari, untuk menyeimbangkan nutrisi.
Selain itu, Grace selalu makan dengan pelan, mengatakan bahwa ini membantu pencernaan, dan menyuruh Andreas untuk melakukan hal yang sama.
Andreas adalah orang yang tidak sabar, dan dia sering membuang banyak waktu untuk makan. Karena ini, dia sering memprotes berkali-kali, sehingga tiap kali mereka makan, meja makannya sangatlah sunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cyclamen [Completed]
Short StoryPenyesalan selalu datang belakangan. Andreas selalu berpikir bahwa dia sangatlah beruntung dapat bertemu dengan wanita yang memenuhi semua kriterianya. Setelah dia menemukan buku harian Grace, dia baru menyadari ternyata tidak ada yang namanya sebu...