Entry #10

74 6 0
                                    

20 September

Aku bertemu dengan orangtua Andreas hari ini. Mereka adalah orang yang lembut dan santai. 

Aku sangat menyukai mereka. Ibunya bercerita bagaimana Andreas langsung setuju untuk pergi kencan buta saat dia menyebutkan namaku. Dia bilang biasanya sangat sulit untuk membujuk Andreas untuk mengikuti kencan yang sudah direncanakan olehnya. 

Aku hanya tertawa mendengarnya, tapi di dalam hati aku merasa terkejut dan senang. 

Kami mengobrol cukup lama, sebelum sudah waktunya aku pergi kencan. Nyonya Felix tersenyum dan mengucapkan 'semoga berhasil'. 

Aku tidak pernah merasa segugup ini seumur hidupku. 

Ketika aku masuk ke dalam kafe tersebut, Andreas sudah menungguku sambil meminum kopinya. Jantungku berdebar-debar dengan keras di dadaku. Aku mengambil nafas dalam-dalam, menenangkan diri, dan berjalan menujunya. 

"Halo." aku menyapa sambil mengambil kursi seberangnya. "Lama tak bertemu. Aku ingat waktu itu kamu satu departemen denganku."

Dia tersenyum kembali. "Halo, Grace. Senang bertemu denganmu. Ya, aku mengingatmu."

Entah bagaimana, kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar 10 kali lebih baik daripada yang kukira. Aku sangat bersyukur orang tuaku tidak memberikanku nama yang rumit.

Kami mulai berbicara tentang pekerjaan, kesukaan, hobi, dan lain-lain. Untungnya aku datang dengan persiapan. Saat aku di kuliah, aku sering mencari tahu apa yang Andreas sukai dan tidak sukai. 

Ada suatu hari dimana aku tak sengaja menguping percakapan Andreas dengan teman baiknya. Mereka sedang membicarakan wanita seperti apa yang Andreas sukai. Aku tahu menguping itu tidak baik, namun aku tidak bisa menahan rasa penasaranku dan melakukannya. 

Aku sangat senang hari ini. Andreas mengatakan bahwa dia masih mengingatku karena aku adalah orang yang sangat pandai, kompeten dan murah hati dan aku adalah tipe idealnya.

Kata-katanya membuatku terus tersenyum sepanjang hari. 

Cyclamen [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang