Kabar Duka
"Posisiku semakin sulit, tapi rupanya takdir menginginkanku bermuara dalam rasa sakit."
Ezzah Kanza Labiba.Waktu terus membuka lembar baru, tak terasa setahun telah berlalu, banyak kisah yang telah diukir waktu, banyak juga sejarah yang telah dicatatnya.
Banyak hal yang telah terjadi. Sejak aku mengantar makan siang ke ruangan Pak Reyza setahun lalu. Hubunganku dan Kak Naveesha semakin membaik. Kak Naveesha? ya, kalian tidak salah dengar. Dia sendiri yang memintaku memanggilnya sebagai 'kakak'.
Posisiku semakin hari semakin sulit. Setiap Kak Naveesha ke kantor, selalu saja aku yang dipanggil untuk menemani istri CEO itu. Alasannya karena Kak Naveesha hanya nyaman dan akrab denganku. Padahal jika dilihat dari kepribadian Kak Naveesha dia jauh lebih ramah dan mudah bergaul daripada aku yang dicap sebagai gadis 'introvert'
Bahkan aku juga sering diajak ke rumah Kak Naveesha yang juga merupakan rumah Pak Reyza, mereka hanya tinggal berdua dan dua orang pekerja rumahnya, tapi sebentar lagi akan hadir anggota baru. Penerus Pak Reyza. Ya, Kak Naveesha hamil usia kandungannya sudah memasuki bulan ke sembilan. Menurut perhitungan dokter, Kak Naveesha akan melahirkan tiga hari lagi.
Aku melihat Pak Reyza sedang berjalan terburu-buru. Wajahnya terlihat sangat panik. Inginku mencengahnya dan menanyakan "Ada apa?" namun, jelas itu tidak mungkin.
"Sellia! Pak Reyza kenapa?" tanyaku menghampiri Sellia.
Sellia yang tak kunjung menjawab membuatku waswas. Bukannya menjawab dia justru tertunduk.
"Sellia!" seruku guna menyadarkan perempuan di hadapanku ini.
"Bu Neveesha dirawat di rumah sakit, kondisinya kritsis,"
Deg ...
"Kak Naveesha?!"
"Aku ke rumah sakit sekarang," ujarku kemudian berlalu dari hadapan Sellia. Aku tak lagi peduli dengan pekerjaanku yang menumpuk dan akan semakin menumpul nantinya.
***
Aku langsung membuka pintu ruangan, aku langsung mematung begitu menyadari di dalam ruangan ini terdapat banyak orang. Mereka adalah keluarga Pak Reyza dan Kak Naveesha."Kak--" ucapakanku tercekat. Aku hendak membalikkan badan dan pergi dari ruangan ini, tapi Pak Adi lebih dulu mengintrupsiku.
"Tunggu. Khanza," ucapnya.
"Mohon maaf saya mengganggu, lebih baik saya menunggu di luar saja," ucapku tak enak hati. Bagaimanapun juga aku hanyalah orang asing.
"Dek ... kemarilah," lirik Kak Naveesha sangat pelan namun, masih bisa kudengar dengan jelas.
Aku mendekat ke brankar, tepat di seberang Pak Reyza. Aku merasa kikuk di sini, raut wajah semua orang tampak berkaca-kaca. Bahkan ada beberapa orang yang telah terisak.
"Dek ... waktuku tidak banyak--" Ucapan Kak Naveesha terpotong oleh ucapan Pak Reyza.
"Hentikan Naveesh, kau tak boleh berkata seperti itu. Aku akan membawamu berobat, tapi aku mohon jangan berbicara seperti itu! kau tidak boleh meninggalkan aku dan Yumna," pinta Pak Reyza dengan penuh permohonan.
Baru kali ini aku melihat Pak Reyza sekacau ini, ia terlihat sangat frustasi. Aku bingung dengan semua ini. Aku tak tahu apa-apa. Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Jangan merasa bersalah, justru aku senang bisa memberikan kebahagian untuk orang yang aku cintai. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, sebagian dari diriku selalu ada di sampingmu dalam wujud Zehra Yumna, anak kita. Jaga dia--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Sepihak [Pindah ke Dreame]
Spiritual"Bukankah ini yang selama ini kuminta? bukankah ini yang selalu kulambungkan dalam doa? bisa bersatu dengannya dalam ikatan halal, namun, mengapa setelah takdir mengabulkan justru aku tak sanggup untuk bertahan." Monologku yang tak pernah terbalas s...