Chap 33

5.5K 386 0
                                    

Jimin menutup panggilan itu dan menghela nafas gusar, dirinya harus berjaga-jaga mulai hari ini. Dirinya akan membicarakan soal Jungmin nanti dengan Jungkook saat Jungkook sudah pulang saja. Dirinya tak akan membiarkan Jungmin terluka kembali, tak apa jika dirinya yang terluka namun Jungmin? Dirinya tak akan membiarkan nya.

Setelah Jimin bertelepon dengan seseorang itu membuatnya makin tak tenang, cuci baju saja dirinya tak melanjutkan karena khawatir. Jika menelfon Jungkook sekarang, bagaimana ya?

Jimin terus mondar mandir sambil menggigit kukunya. Dirinya ingin menelfon Jungkook tapi ragu. Jimin berjalan kearah sofa dan mencoba duduk tenang sambil menghela nafas lalu menekan panggilan keluar pada Jungkook. Walaupun Jimin masih ragu karena tau jika Jungkook sedang sibuk tapi Jimin tak akan tenang jika tak menelfon Jungkook.

"Hallo sayang."suara Jungkook terdengar.

"Jungkook-ah."panggil Jimin.

"Ada apa sayang?"tanya Jungkook.

"Eum, bisakah kau mengirim anak buahmu untuk memantau Jungmin di sekolah? Entah kenapa aku mempunyai firasat tak mengenakkan."pekik Jimin kembali khawatir.

"Hey tenang oke, Jungmin baik-baik saja. Aku akan mengirim anak buahku untuk menjaga Jungmin. Jangan khawatir."

"Bagaimana ini aku sangat khawatir Jungkook hiks a-aku.."Jimin tak bisa melanjutkan bicaranya karena suaranya tercekat.

Jungkook di sebrang sana menjadi khawatir karena mendengar Jimin yang menangis sesenggukan. Jungkook berdiri dari duduknya dan pergi dari ruangannya walaupun di meja nya ada laporan penting tapi Jimin yang paling penting, dirinya harus menenangkan istrinya itu. Saat di depan Jungkook menemui Mingyu yang sedang mengetik sesuatu.

"Mingyu aku pulang dulu, kau kirim saja file penting ke email ku atau kirim ke rumahku."ucap Jungkook.

"Jam makan siang pun belum kenapa harus pulang?"tanya Mingyu.

"Jimin menangis, dirinya bilang ada perasaan yang tak nyaman jadi aku harus pulang untuk menenangkan nya."ucap Jungkook.

"Oh begitu, baiklah."

"Baiklah, aku pergi duluan."

Jungkook pergi dari kantor dan masuk ke dalam mobilnya, dirinya belum mematikan telfon dengan Jimin dan masih terdengar suara isakan Jimin disana. Entah kenapa Jungkook ikut tak tenang, sebelum pulang dirinya harus menjemput Jungmin terlebih dahulu tak apa jika izin pulang terlebih dahulu.

Jungkook menuntun Jungmin kearah mobilnya. Saat Daddy nya menjemput Jungmin belum bicara apapun.

"Daddy kenapa kita pulang sekarang? Belum jam makan siang tau."ucap Jungmin.

"Momma menangis Jungmin, katanya khawatir dengan Jungmin."ucap Jungkook.

"Hah Momma menangis? Tak biasanya Momma menangis hanya khawatir dengan Jungmin. Apakah ada masalah Dad?"

"Entahlah makanya Daddy pun pulang duluan dan menjemput Jungmin."ucap Jungkook.

Dan setelahnya hening, Jungmin diam memandang kearah luar jendela dan Jungkook fokus menyetir. Btw itu panggilan dari Jimin belum di matiin ya.

Baru saja masuk ke dalam gerbang perumahan terdengar suara benda yang jatuh dan pecah. Jungkook dan Jungmin tersentak dan tak lama dari itu suara teriakan Jimin membuat Jungkook menancapkan gas mobil. Di sisi lain sebuah mobil hitam meluncur keluar dari perumahan elit itu.

"Daddy kenapa Momma berteriak, ada apa?"pekik Jungmin.

"Daddy tak tau sayang."ucap Jungkook khawatir.

"Semoga Momma baik-baik saja."

Jungkook dan Jungmin langsung terburu membuka sealbeat dan membuka pintu mobil dan berlari dengan kencang ke dalam rumah. Jungkook bisa melihat pecahan kaca berserakan di lantai dan Jimin yang duduk lesu sambil memegang sesuatu.

Jungkook dan Jungmin menghampiri Jimin yang terduduk di antara pecahan kaca, Jungkook dan Jungmin terkejut karena di depan Jimin terdapat bangkai kucing dengan leher yang penuh darah dan di tangan Jimin ada sebuah batu dan juga kertas dengan tinta merah.

"Jimin sayang."panggil Jungkook.

"Momma."panggil Jungmin.

Jimin tak merespon, dirinya masih menunduk melihat kertas yang bertinta merah itu.

"Sayang."panggil Jungkook sekali lagi sambil menepuk pundak Jimin.

Jimin mengangkat kepalanya dan melihat Jungkook dan Jungmin di depannya dengan ekspresi khawatir.

"Jungkook, Jungmin."

Setelah mengucapkan nama suami dan anaknya, Jimin tak sadarkan diri. Untung saja Jungkook sigap menangkap tubuh Jimin karena di belakang tubuh Jimin terdapat pecahan kaca dan jika Jimin sampai menyentuh lantai mungkin kaca tersebut akan menancap pada tubuh Jimin atau yang lebih mengerikan nya jika kaca nya masuk sangat dalam.

"Daddy, kita bawa Momma ke rumah Halmeoni saja. Jungmin yakin, disini tak lagi aman."ucap Jungmin dan diangguki Jungkook.

Jungkook berjalan menuju mobil dengan Jimin yang berada di gendongan nya, sedangkan Jungmin berjalan mengikuti Jungkook di belakang dan tak lupa membawa kertas yang bertinta merah itu. Siapa tau ada informasi lanjut akan teror yang  menimpa Momma nya.

Jungkook menidurkan Jimin di jok belakang dan Jungmin duduk di sebelah Jungkook, Jungkook langsung duduk dan meninggalkan halaman rumah nya. Dan saat di gerbang dirinya menyuruh satpam untuk melihat keadaan rumahnya dan mengamankan rumahnya.

Satpam terkejut karena mereka tak melihat hal yang mencurigakan tadi namun bagaimana bisa salah satu rumah disana terkena teror. Satpam langsung meluncur ke rumah Jungkook untuk melihat keadaan rumah Jeon dan menatap jijik bangkai kucing itu.

Di dalam mobil, Jungmin terus menatap Jimin yang masih tak sadarkan diri. Jimin juga bisa melihat bahwa kaki Jimin terluka dan masih mengeluarkan darah. Jungmin sangat khawatir pada keadaan Momma nya.

Ya Tuhan, semoga Momma tidak apa-apa dan semoga lukanya tidak parah, batin Jungmin.

Mereka sampai di rumah sakit, Jungkook bergegas turun dan membuka pintu lalu menggendong Jimin bridal style dan Jungmin mengikuti Daddy nya di belakang. Beberapa suster mengarahkan Jungkook pada ranjang yang di gunakan untuk keadaan darurat dan Jimin di baringkan disana.

Jungmin memegang tangan Daddy nya dan Jungkook menatap Jungmin yang terlihat sangat khawatir, Jungkook menggendong Jungmin dan Jungmin memeluk leher Jungkook dan terus menghela nafas kasar. Jungkook tau jika Jungmin menangis maka dari itu Jungkook terus mengusap punggung Jungmin supaya tenang.

"Momma akan baik-baik saja jagoan, jangan menangis lagi oke."bisik Jungkook.

Jungmin mengangguk dan makin memeluk leher Jungkook. Jungkook menatap suster yang sedang membersihkan kaki Jimin dari pecahan kaca, untungnya tak dalam dan setelah nya kaki Jimin di perban.

"Bagaimana keadaan istri saya dok?"tanya Jungkook.

"Istri Anda baik-baik saja Tuan, beliau hanya shook saja, tak ada luka parah hanya kaki nya yang terkena pecahan kaca namun tak dalam, beberapa hari saja lukanya akan menghilang. Diharapkan supaya istri Anda tak mengalami shook yang berat lagi Tuan."jelas dokter.

"Baik dok, terimakasih."

"Iya sama-sama, setelah infus nya habis istri anda sudah boleh pulang dan nanti suster akan memberikan resep obat untuk di minum istri Anda."ucap dokter.

"Iya baik, sekali lagi terimakasih."

"Sama-sama, ini memang tugas kami."ucap dokter sambil tersenyum lalu pergi.

























TBC
Awalnya konfliknya bukan ini tapi biarlah
Makin tegang gk sih ceritanya?
Aku update sekarang karena aku tau kalian udah gk sabar

[END] AKU PERGI || KOOKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang