Pagi yang cerah mengiringi hari, matahari masih nampak malu-malu menunjukkan dirinya. Suara tawa, dan obrolan di pagi hari terdengar riang di lingkungan sekolah SMA 1 HARAPAN.
Koridor sekolah, dipenuhi oleh siswa-siswi hilir mudik. Sapaan siswa maupun siswi untuk satu sama lain, beriringan ke kelas.
Seorang pemuda dengan postur tubuh tinggi berjalan santai menuju kelasnya, sepanjang perjalanan di koridor tak sedikit siswi-siswi yang memperhatikannya secara diam-diam. Suasana sekolah nampak ramai, hari pertama setelah kenaikan kelas banyak siswa-siswi yang masih berhamburan di luar.
Sampai pemuda itu berhenti, melihat sebuah keramaian di depan kelas yang menarik matanya untuk melihat kesana.
Di sana, di depan koridor kelas sebelas ips. Terdapat dua orang perempuan yang tengah berantem, saling menjambak satu sama lain, membuat Agas Raditya-nama pemuda itu, menghela napas seraya geleng kepala tidak mengerti kenapa di hari pertama masuk sekolah seperti ini sudah membuat kegaduhan.
Awalnya Agas ingin bersikap bodoamat, dia tidak ingin ikut campur dalam urusan seperti itu-perkelahian antara perempuan yang biasanya disebabkan oleh hal-hal sepele. Namun melihat orang-orang yang hanya menonton dan tidak ada yang bergerak untuk memisahkan perkelahian itu membuat Agas berdecak dan mau tak mau ia menghampiri keramaian itu.
"Ada apa ini?" suara Agas mampu menarik perhatian semua orang yang ada di sana. Lalu, ia menoleh ke arah orang-orang yang tengah menonton.
"Ada yang berantem bukannya bantu memisahkan, tapi kalian hanya diam dan menonton? Kalian pikir ini apaan? Sirkus? Sekarang lebih baik kalian semua bubar dan masuk kelas masing-masing," ucap Agas dengan nada suara tegasnya, buat sebagian orang bersorak kecewa dan pergi mengikuti perintah Agas. Namun, ada juga beberapa orang yang menatap kagum, melihat pesona Agas yang tegas seperti itu.Sedetik setelah bubarnya orang-orang yang ada di sana, Agas kembali menoleh ke arah dua orang yang membuat perkelahian.
Namun, tiba-tiba jantungnya berdetak begitu hebat saat tatapannya bertemu dengan seorang gadis dengan perawakan tinggi, yang kini ada di hadapannya. Walaupun gadis itu langsung memanglingkan wajahnya ke arah lain, tapi Agas tidak mungkin salah, ia tahu siapa dia, ia mengenali gadis itu, dari tatapannya yang tajam dengan bola mata yang indah dan jernih, rambutnya yang masih sama hitam dan sedikit bergelombang di ujung, walaupun sekarang rambut itu kini sedikit panjang, dan tidak lagi terurai melainkan terkuncir rapi yang meninggalkan kesan manis bagi si pemilik, tapi Agas sangat yakin kalau gadis yang ada di hadapannya saat ini adalah sahabatnya.
Sahabatnya yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar satu tahun yang lalu, sahabatnya yang selalu ia rindukan setiap saat karena sikapnya yang ceria, dan selalu tersenyum ramah kepada semua orang.
Tapi sekarang....
Seperti ada yang berbeda.
Kemana senyumannya itu?
Agas memandangi gadis itu yang sepertinya nggan menatap ke arahnya.
Ingin rasanya Agas menarik gadis itu ke dalam pelukannya untuk melepas semua rasa rindu yang ia rasakan, mengomelinya karena sudah pergi secara tiba-tiba dan menghilang tanpa kabar, atau mungkin hanya sekedar menyapa, berbicara sepatah kata menanyakan bagaimana kabarnya, tapi ntah kenapa rasanya ada yang aneh, dan mulut masih terbungkam tidak menyangka.
"Aw," ringis gadis yang satunya lagi berada di sebelah kiri Agas, buat Agas mengerjap dan menoleh ke arah gadis itu.
"Eh, elo nggak apa-apa?" tanya Agas kepada gadis itu yang sedang memegangi lengannya.
"Duh tangan gue sakit banget, ini semua pasti gara-gara cewek sialan itu nih," rengeknya dengan suara manja, buat Agas segera menyentuh lengan gadis itu untuk melihatnya. Namun sepertinya, lengannya tidak kenapa-napa, tidak ada luka goresan ataupun biru lembab di sana, lantas mengapa gadis ini bersikap seolah-olah kesakitan? Apa ia sedang mencari perhatian?
"Sepertinya lengan lo tidak apa-apa," kata Agas dan menjauhkan tangannya, lalu ia kembali menoleh ke depan. Namun sial, gadis itu sudah pergi meninggalkanya.
"Ih, masa sih? Tapi tangan gue sakit banget sumpah," rengek gadis itu lagi.
"Kalau lo beneran sakit, lebih baik ke UKS aja sana, gue nggak ngerti cara nyembuhin luka," ujar Agas yang masih pokus mencari ke arah mana gadis itu perginya.
"Sial," umpat Agas dalam hati.
"Lo kenapa sih Ji? Kemana aja lo selama ini?"
~Bersambung.
Gimana dengan Bab-1?
Semoga suka ya.Karena masih bab awal jadi partnya sediki-sedikit dulu ya.
Jangan lupa kasih vote dan komen. ☺
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sunshine
General FictionAwalnya Agas dan Jihan bersahabat. Persahabatan yang hampir membuat semua orang tidak percaya kalau mereka berdua hanya sebatas sahabat. Namun, keadaan membuat keduanya tiba-tiba berpisah dan putus komunikasi. Sampai takdir mempertemukan mereka ke...