4

7 6 2
                                    

Jihan Anindita namanya, murid baru yang di hari pertamanya masuk sekolah sudah bikin heboh seantero sekolah karena sikapnya yang angkuh-itu tengah berjalan lurus melewati beberapa koridor sekolah dengan langkah cepat, memasang wajah dingin tanpa mempedulikan orang di sekitarnya. Cewek itu memasukkan tangannya pada jaket berwarna moca  miliknya, seperti biasa rambutnya selalu ia ikat dan terlihat sangat rapi.

Di sepanjang perjalanan banyak cowok yang diam-diam memperhatikan Jihan, mengagumi kecantikannya, tanpa berani mendekatinya. Tidak bisa dipungkiri kalau Jihan memang cantik, ia memiliki kulit berwarna kuning langsat, bibir yang tipis berwarna merah muda cerah, alis mata yang tebal, dan hidungnya yang melengkung sempurna. Ditambah lagi, postur tubuhnya yang tinggi membuat ia terlihat semakin cantik seperti seorang model, walaupun ia memiliki tatapan tajam yang menusuk dan ditakuti banyak orang. Namun, itu tidak membuat kecantikan Jihan hilang.

Sesampainya di kelas, Jihan langsung duduk di bangkunya, tanpa menyapa teman-temannya yang lain.

Jika kebanyakan cewek saat datang ke sekolah hal pertama yang dilakukannya adalah berkumpul, tertawa dan berbagi cerita bersama teman-temannya yang lain, beda halnya dengan Jihan, ia lebih memilih tidur dengan earphone yang menutupi telinganya.

Sampai bel masuk terdengar begitu nyaring di lingkungan sekolah, dan tidak lama setelah itu guru masuk ke dalam kelas.

"Pagi anak-anak," sapa Bu Dina.

"Pagi Bu," jawab siswa sebagian.

Suasana kelas-pun berubah menjadi hening, ada yang mengeluarkan buku, ada yang mematikan hp-nya, lalu menyimpannya ke dalam tas, dan ada juga yang duduk diam menghadap ke depan.

Sedangkan Jihan, ia masih tertidur pulas tidak ada yang berani membangunkannya, sampai akhirnya Bu Dina menghampiri Jihan, dan melepas earphone yang menempel di telinganya, buat gadis itu refleks terbangun.

"Jihan kenapa kamu tidur di kelas? apa kamu sakit?" tanya Bu Dina.

Jihan menggeleng.

"Buka jaketnya, kenapa masih pakai jaket di dalam kelas."

"Iya Bu," kata Jihan

Setelah Bu Dina pergi, dengan berat hati Jihan membuka jaketnya.

"Sudah, diam semuanya. Sekarang kita mulai belajar, buka halaman 20."

Pelajaran pun berlangsung. Sampai bel istirahat berbunyi, membuat semua murid bersorak bahagia merayakan kebebasannya dari pelajaran-pelajaran yang memusingkan.

Satu-persatu siswa-siswi pergi berhamburan meninggalkan kelas, menyerbu kantin untuk mengisi kekosongan perutnya, sebelum memulai pelajaran berikutnya.

Setelah kelas mulai tampak kosong, Jihan langsung mengenakan jaketnya dengan cepat, merapikan alat tulis dan bergegas pergi ke kantin.

Namun, saat ia sampai di ambang pintu hendak berbelok, seseorang menahan pergelangan tangannya dari belakang, buat Jihan refleks berhenti dan membalikkan badannya, menatap tajam ke arah gadis yang baru saja menghentikan langkahnya.

Gadis itu terlihat kikuk, seperti ingin bicara. Namun tidak tahu harus dari mana memulainya, membuat suasana hening beberapa saat.

"Ha-hai Jihan. Apa kabar?" tanya Gadis itu akhirnya buka suara, yang tidak lain adalah Zahra Liora teman sekelasnya.

Namun Jihan hanya diam, tidak menjawab pertanyaan dari Zahra, buat gadis itu menghela napas panjang, sebelum akhirnya ia kembali bertanya. "Jihan are you ok? Lo kemana aja selama ini?"

Hening.

"Bukan urusan lo," jawab Jihan akhirnya dengan ekspresi dan suara yang datar, lalu pergi begitu saja meninggalkan Zahra. Namun baru beberapa langkah Jihan berjalan, Zahra kembali menghalanginya, buat Jihan mau tak mau kembali berhenti, dan memanglingkan wajahnya ke arah lain.

"Ji lo kenapa?" tanya Zahra menatap lekat Jihan yang tidak lain adalah sahabatnya dulu di SMP sebelum akhirnya menjadi seperti sekarang ini.

Hening tak ada jawaban dari Jihan.

"Lo berubah Ji," kata Zahra.

".... "

"Ji, kenapa lo menjadi seperti ini? Gue ada salah sama lo Ji?" Zahra mencoba meraih tangan Jihan. Namun belum sempat itu terjadi, refleksi Jihan mendorong Zahra kasar buat Zahra tersentak ke belakang.

"Jangan ganggu gue!" tegas Jihan, lalu segera pergi ke kantin meninggal Zahra sendirian yang masih diam mematung, memandang ke arah Jihan dengan tatapan tidak percaya.

Cerita tentang Jihan si murid baru yang angkuh ternyata sudah sampai ke semua telinga murid di sekolah ini, sehingga ketika Jihan sampai di kantin banyak orang yang menatapnya sinis, dan ada juga yang berbisik-bisik membicarakannya. Namun, Jihan nampak tidak peduli, setelah membeli makanan ia berjalan cepat dan duduk di kursi belakang paling pojok.

"Ka Jihan," panggil seseorang membuat Jihan mendongak melihat ke sumber suara.

Ia adalah Intan, adik tiri Jihan.

"Boleh aku duduk di sini?" tanya Intan.

"Nggak," jawab Jihan ketus.

"Ini ada makanan buat Ka Jihan dari mama," Intan membuka kotak makan berwarna pink.

"Kita makan bareng ya," kata Intan, dan duduk di kursi yang posisinya berhadapan dengan Jihan.

"Nggak mau," tegas Jihan, buat Intan diam sesaat dan menghela napas panjang.

"Kenapa Ka? Makanannya enak loh," ucap Intan lagi. Namun tidak mendapat jawaban dari Jihan.

"Cobain dulu Ka, pasti kakak suka."

".... "

"Sedikit aja ka," Intan berusaha membujuk Jihan. Namun, Jihan tampak tidak peduli ia lebih memilih memakan roti yang ia beli di kantin.

"Ka, cobain dulu ya," Intan menyodorkan sesendok nasi goreng ke hadapan Jihan, buat Jihan mendongak, dan...

Brak.

"LO NGGAK DENGAR YA, GUE BILANG NGGAK, YA NGGAK," bentak Jihan seraya menggebrak meja, buat beberapa orang menoleh ke arahnya.

"Ta-tapi Ka."

Karena sudah kesal, Jihan merebut kotak makan yang ada di tangan Intan, lalu dengan tega ia menumpahkan makanan yang ada di dalam kotak makan itu ke atas kepala Intan.

Semua pasang mata tentu saja langsung tertuju pada Jihan dan Intan-yang sudah kotor terkena tumpahan makanan.

Merasa dirinya menjadi pusat perhatian, Jihan langsung pergi meninggalkan semua orang tanpa perasaan bersalah sedikitpun.

Semua orang yang melihat kejadian itu semakin yakin dan percaya terhadap gosip yang mengatakan kalau Jihan emang sombong dan angkuh, mereka semua membenci Jihan, mereka tidak habis pikir kenapa Jihan melakukan semua itu, dan tanpa mengetahui alasannya mereka semua langsung menyimpulkan bahwa Jihan orang jahat.

"Gila ya tuh cewek, tidak punya perasaan sama sekali."

"Tau nih, kalau gue jadi si Intan, udah gue jambak-jambak ya itu muka sombongnya."

"So cantik banget emang itu cewek."

"Dasar cewek nggak waras."

Banyak orang yang membicarakan Jihan dari belakang, tapi sedikitpun Jihan tidak peduli. Apa yang orang lain katakan tentang dirinya itu bukan urusan yang penting. Selama mereka tidak melewati batas-mengusik kehidupannya. Maka, Jihan akan biarkan.

~Bersambung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang