3

9 7 2
                                    

"HUAHAHAHAHAHAHA," terdengar suara tawa begitu nyaring memenuhi kantin sekolah, membuat beberapa orang yang ada di sana menoleh kompak ke arah pemuda yang kini berada di meja pojok sebelah kiri.

"Njirr, diam nggak lo," ucap Danil emosi, melihat kelakuan sahabatnya yang sedang tertawa begitu puas.

"LO DI TOLAK LAGI?  HUAHAHAHA," Haikal nama pemuda itu kembali tertawa puas, buat Danil ngelengos kesal dan ngumpat kasar.

Sumpah. Rasanya ingin sekali Danil jejelin cabe yang ada di hadapannya ke mulut Haikal yang sedang tertawa tanpa dosa itu.

Haikal Razqa Devara namanya. Pemuda berperawakan tinggi, putih, dan punya karisma yang tidak bisa ditolak. Idolanya para dede gemes, dan juga kapten basket yang terkenal dengan image kapten keren dengan senyum manis dan ramah.

Tapi apa?


Nyatanya Haikal itu kerennya hanya di lapangan saja, kalau di luar? Ya begini bentuknya.

"Weiss-weiss, ada apa ni rame-rame," terdengar suara seseorang dari belakang buat mereka menoleh, melihat dua cowok jangkung Edwin dan Alan mendekat setelah memesan makanan dari meja order.

"Napa lo Nil, di tolak lagi?" tanya Alan seraya mendudukkan diri sebelah Haikal.

"Heem, di koridor depan banyak orang lagi. Njirr nggak kebayang gue malunya, HUAHAHAHA," kata Haikal, dan lagi-lagi pemuda itu tertawa dengan kerasnya.

"Nggak usah diperjelas juga nyet," geram Danil melempar botol minuman ke arah Haikal.

"Lah, beneran?" tanya Alan membelalak memasang wajah so kaget berlebihan.

"APA?" Danil sewot, yang kemudian meraih minuman Edwin dan langsung meneguknya.

Edwin yang sedari tadi diam saja, hanya menghela napas, lalu menghembuskannya secara perlahan, memandang miris pemuda yang ada di sampingnya.
"Makanya, lo itu jadi manusia tahu diri dikit. Udah tahu di tolak masih aja ngegas," ucapnya pedas buat Alan dan Haikal bersorak kompak.

"Nah, benar banget tuh. Udahlah cari yang lain saja, cewek cakep masih banyak kali," kata Alan.

"Tau nih, malu-maluin aja lo," sambung Haikal.

"Nggak segampang itu anjirr. Yang ini itu beda, bikin jantung gue dag-dig-dug nggak karuan," jelas Danil.

"Dih, gue jadi penasaran yang mana sih ceweknya."

"Yang itu tuh, yang tinggi-tinggi, agak tomboy. Anak IPS-3," kata Haikal seraya mencomot ayam Edwin yang baru datang, dan langsung kena jitakan.

"Minta dikit njirr," ucap Haikal kesal karena nggak berhasil mencomot ayamnya.

"Beli sana lo."

"Yang tinggi-tinggi, tomboy," Alan diam sejenak seperti mengingat-ngingat sesuatu, "Siapa sih, Salsa ya? Tapi itu cewek kaya nggak tomboy deh."

"Salsa? Salsa siapa? Bukan, namanya Ja... Ja duh Ja siapa ya, nggak tahu gue lupa namanya, Janda Kali," kata Haikal dan lagi-lagi berusaha ingin menyomot ayam Edwin namun kembali gagal.

"Ih Anjiirr Edwin lo jadi orang pelit banget ya."

"Bodoamat," respon Edwin seraya memakan Ayamnya dengan santai, buat Haikal yang melihat itu menggerutu seraya mengumpat kasar.

My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang