Part 002

721 73 11
                                    

Menatap bangunan rumah utama keluarga Min dihadapannya, yang memiliki interior bergaya Eropa dengan warna cat putih serta emas yang mendominasi dinding dan tiang, Melisma melangkah masuk ke dalam.

Mengabaikan segala macam sapaan sopan yang diterimanya dari para pelayan rumah, Melisma tersenyum tipis mendapati sesosok wanita cantik yang memiliki aksen wajah orang Jepang, dengan kulit seputih susu dan rambut panjang hitam legam sepinggul, yang sedang memberi makan ikan di aquarium.

"Mama," panggil Melisma, memeluk wanita itu dari belakang.

Kujyo Haruna Min, sosok wanita yang dipanggil Mama oleh Melisma itu membalikkan tubuhnya dan membalas pelukan satu-satunya anak perempuannya.

"Sayang, kapan kamu tiba?" tanyanya lembut, mengusap pelan pucuk kepala putrinya.

"Barusan Ma," jawab Melisma, melepaskan pelukan. "Gimana kabar mama?"

Tersenyum hangat. "Seperti yang kamu lihat, Mama baik-baik saja." menatap Melisma penuh rindu. "Melisma, sering-seringlah pulang ke rumah utama. Mama sangat merindukanmu."

"Akan Meli usahakan Ma." menggenggam tangan Haruna. "Ma, di mana nenek?"

"Nenek mu ada di kamar, beberapa hari ini keadaannya semakin memburuk. Dokter melarangnya keluar kamar," menjeda sejenak. "Sayang, apa kali ini kau juga tidak akan menginap?"

Menundukkan kepala. "Maaf ma, ada banyak hal yang perlu Meli urus di rumah."

Menghela nafas. "Tidak papa, jenguklah nenek mu. Dia sepertinya sangat merindukanmu," suruh Haruna.

Menganggukan kepala. "Mama, setelah ini Meli masih ada kelas siang, jadi Meli tidak bisa berlama-lama."

"Meli, apapun yang Nenek ku ucapkan nanti, jangan melawannya, ok?"

"Iya Ma."

❣❣❣

Masuk ke kamar sang nenek, Melisma memperhatikan sesosok wanita tua yang terbaring di atas kasur dengan selang infus yang menempel pada telapak tangannya dan masker pernapasan yang menutupi hidung juga mulutnya.

Duduk di kursi sebelah kasur, Melisma menggenggam tangan wanita tua itu.

"Nenek," panggilnya.

Clara Diana Orlando, sosok wanita tua yang merupakan nenek Melisma itu lantas membuka matanya saat mendengar suara satu-satunya cucu perempuannya.

"Meli ... kapan kamu datang ...?" tanya Diana pelan.

"Barusan Nek. Bagaimana kondisi nenek?"

Menggeleng. "Entahlah ... nenek tak ingin memikirkannya ...."

Menatap lekat Melisma. "Meli ... sesuatu yang merusak ... tidak ... terjadi padamu, 'kan ...?"

Terdiam sejenak. "Nenek tenang saja, Meli masih sempurna seperti yang nenek inginkan."

Memejamkan mata. "Bagus ... sangat bagus ...." menarik nafas dalam. "Meli ... ingatlah, kamu ... satu-satunya putri Dylan, pemimpin keluarga Min saat ini ... kamu harus sempurna seperti sebuah boneka ... pada dirimu ... tidak boleh ditemukan sedikit kecacatan sekalipun ... karena kamu adalah permata keluarga Min ... dirimu, juga melambangkan kehormatan keluarga kita ... karena itulah, jangan biarkan ... siapapun menemukan ketidaksempurnaan mu ... kamu, harus selalu sempurna ... dimanapun dirimu berada ...."

"Ya, Nek. Meli ... akan selalu mengingatnya ...."

Tersenyum. "Gadis pintar ...." menjeda sejenak. "Apa setelah ini ... kau akan pergi ...?"

The Cold PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang