Part 003

502 66 26
                                    

Menatap khawatir pintu yang telah tertutup semenjak beberapa jam yang lalu, Maria mengerutkan kening cemas seraya berdoa agar sesuatu yang buruk tak terjadi pada Nonanya.

"Bagaimana?" tanya Maria pada Jongki yang mencoba membuka kamar Melisma menggunakan kunci cadangan.

Menggeleng. "Tidak bisa."

"Jongki, bagaimana ini? Ini sudah tiga jam! Dan yang terdengar dari kamar Nona hanya suara gaduh!"

"Maria! Tenanglah!"

Menatap Jongki. "Bagaimana aku bisa tenang, Jongki?! Nona pasti sedang menyakiti dirinya!" seru Maria. "Kita bahkan tak memiliki cara yang dapat menghentikan Nona!"

"Tenangkan dirimu Maria! Ada satu cara yang dapat kita lakukan untuk mengehentikan Nona!"

"Hanya orang itu yang bisa menolong kita saat ini," lanjut Jongki, ketika Maria menatap dirinya.

"Nona Alexa," kata Jongki. "Dia satu-satunya harapan kita."

❣❣❣

Alexa yang saat itu sedang bersantai di cafe bersama kedua sahabatnya, bergegas menuju rumah Melisma setelah mendapatkan telepon dari Bibi Maria, dan di percakapan mereka, Bibi Maria menceritakan kejadian yang dialami Melisma.

Melangkahkan kaki menuju kamar Melisma, Alexa menyuruh Steva dan Lea -yang ikut pergi dengannya- menunggu di ruang tamu.

Paham akan situasi mengapa Alexa menyuruh mereka menunggu di ruang tamu, Steva serta Lea membiarkan Alexa pergi ke kamar Melisma sendirian.

"Tuan Jongki! Bagaimana? Apa pintunya masih tidak bisa terbuka?" tanya Alexa.

Mendapati keberadaan Alexa, Tuan Jongki pun bernafas lega. "Nona Alexa!"

"Kami sudah menggunakan kunci cadangan kamar Nona, tapi pintunya tetap tidak terbuka."

Menggertakkan gigi, Alexa mengetuk-ngetuk pintu kamar Melisma seraya memanggil-manggil namanya.

"Mel! Meli! Ini gue, Alexa! Buka pintunya Mel!" teriak Alexa, namun yang di dapatinya hanya keheningan.

Dan karena hal itulah, Alexa memutuskan untuk mendobrak pintu kamar Melisma dengan bantuan beberapa pelayan.

'Brakk!'

Pintu terbuka, dan Alexa tanpa basa-basi segera masuk ke kamar Melisma, yang seketika membuatnya membulatkan mata terkejut melihat keadaan ruangan yang sangat berantakan serta penampilan Melisma sekarang.

Terduduk di sebelah ranjang dengan tubuh bersender pada ranjang, Melisma menolehkan wajah pucatnya pada Alexa. Iris mata birunya, yang biasanya terdapat sedikit emosi, kini tampak kosong. Melangkah ke samping Melisma, Alexa merebut serta melemparkan belati kecil yang ada di genggaman tangan Melisma.

"Meli! Lo kenapa gini lagi, sih?!" panik Alexa, memegangi pergelangan tangan Melisma yang penuh dengan luka sayatan.

Bahkan, beberapa luka sayatan itu masih mengeluarkan darah segar, yang menjadi bukti jika luka itu baru saja ditorehkan.

Terkekeh kecil. "Al ... coba liat tangan ku ... anehnya, walau sakit ... tapi aku merasa tenang ...."

"Sudah Mel! Jangan nyakitin diri lo lagi!" seru Alexa, menggunakan selimut yang diambilnya dari kasur untuk menutupi tubuh Melisma.

The Cold PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang