Delusion Effect 11- Baby Laskar

23.2K 2K 20
                                    

-Pencet tombol bintang dulu! Terus komen-

H A P P Y R E A D I N G

Tata berlari di koridor rumah sakit yang ramai. Langkah gadis itu menghasilkan bunyi yang cukup bising hingga beberapa kali mendapat teguran. Namun prioritasnya kini adalah Laskar yang sedang berada di ruang perawatan. Oh, ayolah, anaknya sedang sakit, ibu mana yang tidak panik?

Nafas gadis itu sudah tidak beraturan. Ia sudah sampai di lantai khusus anak. Dengan sedikit tidak sabaran, Tata membuka pintu ruang rawat Laskar, membuat Papi dan Mami nya yang sedang menjaga bayi itu terkejut.

"A-Assalamualaikum Mi, Laskar nggak apa-apa kan?" tanya nya cepat.

"Wa'alaikumsallam, minum dulu Ta. Laskar nggak apa-apa kok, cuma tadi demamnya sempet tinggi."

Tata meneguk air yang di sondorkan Rosi. "Kok bisa demam sih, padahal tadi pagi masih baik-baik aja," ucap gadis itu.

"Sakit mana ada yang tau," sahut Reka.

Tata melangkah mendekati Laskar, bayi kecil yang biasanya tersenyum lebar itu kini terbaring lemah di atas branka. Tangannya tergerak mengelus surai hitam Laskar, mengecup kening bayi itu yang terasa hangat.

"Ini sendok buat apa Mi?" tanya Tata.

"Tadi Laskar sempet step, gara-gara panasnya terlalu tinggi," jawab Rosi.

"Astagfirullah"

"Alan mana Ta? Kalian kesini nggak bareng?" tanya Reka. Pria paruh baya itu berjalan mendekat menuju sang cucu, membenarkan letak selimut yang membaluti tubuh Laskar.

Ah, Tata melupakan Alan. Gadis itu mengeluarkan handphonenya lalu menghubungi lelaki itu. Panggilan pertama tidak terjawab. Tata mencoba sekali lagi. Alan memang agak susah di telfon bila lelaki itu sedang berada di jalan.

"Kenapa Ta?" Saat telfon di angkat, lelaki itu langsung menyerobot.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsallam. Kenapa?"

"Laskar sakit, sekarang aku lagi di rumah sakit," ucapnya.

"Kenapa baru kasih tau aku?!" nadanya sedikit meninggi.

"Beberapa menit setelah kamu pergi Mami telfon, aku kalang-"

"Stop, aku kesana sekarang."

Bip

Panggilan telfon di matikan oleh Alan. Sebelum menyimpan ponselnya, Tata menyempatkan diri untuk mengirimkan lelaki itu pesan singkat.

'jangan ngebut Lan, Laskar baik-baik aja.'

'kamar Laskar ada di lantai 2, kamar no 17.'

---

"Laskar?" Begitu pintu terbuka, Alan langsung berjalan menuju branka Laskar. Lelaki itu mengecupi kening sang anak. Menggenggam tangan kecil yang biasa digunakan untuk menabok dirinya.

"Hello baby, wake up. Daddy here," bisik nya. Ini pertama kalinya Laskar sakit hingga harus di bawa kerumah sakit. Yang paling parah dulu adalah saat bayi mungil itu mengalami panas di malam hari, itupun karena giginya yang mau tumbuh.

"Laskar nggak apa-apa." Reka menepuk bahu Alan.

"Kenapa bisa begini Pi?" tanya Alan parau.

"Kata dokter kekebalan tubuh Laskar menurun, kurang minum air putih," jelas Rosi, "ditambah giginya mau tumbuh lagi, pasti Laskar nggak nyaman dan jadi sering rewel," lanjutnya.

Delusion Effect (Terbit Di Glorious Publisher) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang