Delusion Effect 30- Jalan-jalan

19.2K 2K 219
                                    

-vote dan komen nya jangan lupa-

H A P P Y R E A D I N G

Mentari menyambut pagi. Sinarnya yang terang berhasil mengusik tidur dua anak manusia yang masih bergelung di bawah selimut. Rengekan kecil terdengar dari bocah laki-laki yang mulai terganggu dengan sinar matahari yang masuk melalui celah jendela.

"Amma." Kata itu yang pertama keluar dari mulut mungilnya.

Gadis yang di panggil Amma itu melenguh. Mengerjap perlahan, menyesuaikan pandangannya. Sosok manis yang mengawali paginya berhasil membuat senyum manis tercetak di bibir ranum itu.

"Selamat pagi Laskar," sapanya sembari memberikan kecupan kecil di permukaan wajah Laskar.

Batita laki-laki itu tergelak, menghindari ciuman Arletta. "Eli," (Geli) katanya.

"Mandi yuk?" ajak Arletta. Tangannya terulur mengusap surai hitam Laskar.

Gelengan kecil menjawab ajakannya, tanda bahwa batita itu menolak. Enggan beranjak dari kasur.

"Mama mau ajak Laskar jalan-jalan," kata Arletta. Berharap Laskar tergoda.

"Temana?" (kemana) tanya nya.

"Kemana ya?" Tata tampak berfikir, "Laskar maunya kemana?"

"Iyat imau, Amma!"(lihat harimau, Mama!) serunya kencang. Senyum Laskar mengembang dan hal itu menular pada Arletta. Tanpa dapat di cegah, rasa bahagia menyeruak, menghangatkan relung hatinya.

"Zoo? Oke! Ayo siap-siap. Kita pergi ke Zoo!" Arletta berseru kencang, membawa tubuh mungil Laskar ke gendongannya. Memutarnya beberapa kali, menimbulkan pekikan juga tawa dari Laskar.

Arletta tersenyum, Laskar adalah sumber kebahagiannya. Apapun akan ia lakukan demi kebahagian Laskar. Laskar, pelita hatinya.

---

"Mau kemana?" tanya Rosi. Ia menatap bingung Arletta juga Laskar yang sudah berpakaian rapi pagi-pagi begini.

"Jalan-jalan," jawab Arletta. Dia menempatkan diri di samping Reka yang sedang menikmati kopi paginya.

"Kemana?" tanya Reka.

"Joo,"(Zoo) Laskar menjawab, nada antusias terselip di sana.

"Sama siapa?" Rosi bertanya. Tangannya bertumpu di atas meja bertopang dagu.

"Sama Alan," sahut Arletta, kalem.

"Alan lagi sibuk ya beberapa hari ini?" tanya wanita yang sudah memasuki kepala empat itu.

Arletta mengangguk. "Iya, cafe tempatnya kerja lagi rame-ramenya, Alan jadi sering pulang tengah malam. Makanya Laskar di titipin di sini."

Rosi mengangguk mengerti. Kerja keras Alanno patut di ancungi jempol. Sejujurnya suaminya pernah menawarkan lowongan kerja pada Alanno namun pemuda itu menolak dengan dalih ia tidak memiliki potensi di bidang tersebut.

"Laskar di sini aja sampai beberapa hari kedepan." Reka ikut masuk kedalam percakapan.

Arletta mengangguk. Gadis itu bangkit menuju dapur, mengambil sosis juga wortel rebus yang sudah Rosi siapkan.

"Setelah lulus mau lanjut kuliah, Ta?" tanya Reka sambil menyesap kopinya.

"Rencananya sihh gitu, Tata pengen ambil jurusan psikolog."

"Jangan, nanti kamu sekolah sambil mengobati diri," kelakar Reka.

Arletta tertawa mendengar guyonan Papinya. Ada-ada saja. Setelah mengambil sarapan Laskar, Arletta lantas menyuapi batita itu.

Delusion Effect (Terbit Di Glorious Publisher) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang