Flashback on

58 23 58
                                    

"Kamu kan yang waktu itu tabrakan sama kakak ku?"

Gadis cantik itu bertanya, matanya masih ia biarkan menatap lawan bicaranya.

"Yes, kenapa?" Lelaki itu menaikan satu alisnya.

"Aku mau minta maaf, atas kelalaian kakak ku" Sontak laki-laki yang diketahui bernama Jeffrey itu menggelengkan kepalanya.

"Jangan, disini yang salah aku kok. Waktu itu aku buru-buru, jadi gak liat kanan kiri"
Jelas nya.

Mereka berdua sangat dekat, bahkan Cahaya tak segan-segan untuk memegang tangan Jeffrey.
Kini mereka tengah duduk di bangku kafe dekat jalan Garuda.

Kedua nya setuju dengan pertemuan ini.

Cahaya tak henti-hentinya mengulas senyum bahagia, yang tentunya bukan ia dapatkan dari seorang Langit, melainkan dari seorang Jeffrey. Teman baik nya.

Sementara itu.

Dua orang lelaki tampan sedang berhadapan.

Vano, Langit.

"Gue minta maaf" Ucap Vano.

"Telat, Cahaya udah terlanjur benci sama gue" Balas Langit yang tatapan mata nya sangat tajam.

Kemudian Vano membalas, "Ini semua juga salah lo. Putusin aja pacar lo, Jadian sama adek gue. apa susah?"

Langit menyilangkan kedua tangannya, menatap mata Vano malas.

"Brengsek, dari dulu sampai sekarang lo emang gak pernah berubah, sama-sama menghalalkan segala cara" Balas Langit.

"Kita damai, Ibu gue tau semuanya. Gue gamau nambah beban orang tua"

Vano menjulurkan tangannya, berniat untuk berdamai.

"Ibu?, Oke. Kita damai"

"Gausah sok merasa spesial" Kata Vano.

Lalu ia meneruskan kembali, "Lo bukan martabak".

Langit tersenyum kecil, memperlihatkan sedikit gigi putihnya.

"Kurang ajar, kenapa gak dari dulu damai?"

"Kurang ajar, kenapa gak dari dulu damai?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cahaya Langit [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang