Jam Pasir

3.3K 288 10
                                    

"Sayang, tolong ambilkan berkas diatas meja kerja Dad dong. Map warna biru."

Suara perintah ayahnya membuat gadis yang sedang asyik membaca buku itu menghela napas kemudian beranjak dari ranjang.

Jeslyn membuka pintu ruang kerja ayahnya. Gelap. Tangannya meraba dinding, mencari saklar lampu. Pemandangan diruang kerja William membuat Jeslyn menghela napas panjang. Sangat sangat berantakan.

Pantas saja William lebih memilih menyelesaikan pekerjaannya di ruang tengah.

Kertas - kertas berserakan di meja kecil dekat sofa. Koran - koran Daily Prophet ditumpuk jadi satu disudut ruangan. Jubah, kemeja dan celana berserakan disofa.

Jeslyn melangkah hati - hati agar tidak menginjak kertas yang berserakan dilantai.

Potret William dan seorang wanita berambut pirang menarik atensinya. Foto itu bergerak, dengan latar sebuah taman. Mereka berdansa didekat air mancur.

Jeslyn mengulas senyum. Ibunya sangat cantik dengan rambut pirang dan mata berwarna kelabu.

Meja kerja William juga tak kalah berantakan. Mau tak mau ia harus membereskannya. 

Sebuah jam pasir menarik perhatiannya. Jam pasir itu sangat indah dengan ukiran emas dan pasir berwarna emas.

Tangan Jeslyn terulur untuk membalik benda itu. Butiran pasir mulai berjatuhan dengan tempo yang sangat lambat. Tak lama setelahnya, ia merasakan tubuhnya tertarik ke sebuah pusaran udara.

"Jessie!"sayup sayup ia mendengar suara Ayahnya yang memanggilnya.

*****

1976

1 September 1976, Peron 9 3/4.

Peron itu selalu ramai setiap tahunnya. Suara peluit terdengar menandankan kereta akan melaju.

Empat orang remaja tengah duduk, menempati salah satu kompartemen. Remaja berambut coklat dengan bekas luka diwajahnya membaca bukunya dengan tenang namun sesekali menimpali percakapan ketiga sahabatnya.

Seorang remaja dengan rambut hitam acak - acakan dan kacamata bulat menjelaskan rencana untuk keonarannya dengan antusias.

Keempatnya menoleh ketika pintu kompartemen mereka terbuka.

"A-anu.... Kompartemen yang lain penuh, boleh aku bergabung dengan kalian?"tanya gadis itu dengan malu - malu.

"Tentu."sahut mereka berempat membuat gadis itu tersenyum penuh terima kasih.

Dia menutup pintu kompartemen lalu duduk disamping remaja berambut hitam dengan iris kelabu.

"Aku baru melihatmu, kau murid baru?"tanya remaja berambut coklat.

Gadis itu mengangguk. "Aku pindahan dari Beauxbatons."

"Whoa orang perancis. Apa kau keturunan veela?"tanya remaja bermata kelabu yang duduk disampingnya.

"Bukan. Ayah dan ibuku penyihir biasa."jawab gadis itu.

"Wah, aku kira kau keturunan veela. Habisnya kau cantik sekali."kata cowok itu dengan seringai khasnya.

Pipi gadis itu merona. Sialan, Sirius.

"Namaku Sirius Black, aku kelas enam tahun ini."cowok bernama Sirius itu memperkenalkan diri. Ia mengulurkan tangannya. Manik kelabunya menatap Jeslyn dengan intens.

Ngomong - ngomong, dia tampan juga saat masih muda.. Eh..

"Jeslyn Rousseau."Jeslyn menjabat tangan Sirius.

Who is She? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang