Happy Reading
Hari demi hari aku lalui, semua terasa biasa-biasa saja. Tidak ada yang menarik, aku seorang yang hidup terbiasa akan kesendirian, kegelapan, dan kesunyian. Bagiku semua itu sudah menjadi bagian hidup ku. Aku tak pernah benar-benar merasakan sebuah kebahagian, semua seakan hanya semu di hidup ku. Aku tak tahu apa yang salah dalam hidup ku ini, tetapi aku akan terus berusaha untuk bersyukur untuk hidupku.
Hidup ku tak jauh beda dengan mereka-mereka di luar sana, tapi ada satu hal yang membuat berbeda, hidupku dengan orang tua ku. Aku terlahir lengkap dengan ayah dan ibu, mereka nyata di hidup ku, mereka benar-benar ada di sekitarku. Tapi tidak ada di hatiku, aku tak pernah membenci mereka. Justru sangat menyayanginya. Aku tak bisa mendiskripkan jelas tentang mereka, mereka terlalu rumit untuk kupahami. Aku tak mengerti yang mereka pikirkan tentang ku, dan perlakuan mereka terhadapku. Yang sekarang ada dipikiranku adalah mereka membenciku.
Zoya Mecca Talhisa
❤❤❤
Gadis itu terbangun dari tidurnya, ia tak langsung beranjak dari tempat tidur. Ia termenung, tak lama bulir-bulir cairan bening itu menetes. Sembari memegangi dadanya yang terasa sesak, air mata itu tak henti mengalir.Teringat peristiwa malam tadi, peristiwa yang tak pernah bisa ia lupakan. Bahkan masih terngiang-ngiang kata-kata menyedihkan itu dalam kepalanya, seolah-olah membiarkan ia untuk terus meresapi setiap luka yang ada dihatinya.
Semua terasa hampa, kosong, gelap. Kau tahu itu apa? Hatinya. Tak ada yang menarik setelah peristiwa itu terjadi.Tok
Tok
Tok
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya, di iringi gerakan pintu yang di buka. Menampilkan wanita paruh baya dengan apron yang masih menempel di badanya. Segera ia mengusap kasar jejak air mata di pipinya.
"Maaf mengganggu non, mau mengantarkan sarapan." ia tersenyum " taruh atas meja belajar bik, saya mau mandi."
"Iya non."
Ada yang aneh bukan, biasanya keluarga dia luar sana semua sarapan bersama keluarga di meja makan, tapi tidak untuk nya. Ia tak akan pernah bisa satu meja bersama keluarganya, sengaja untuk mengindari kata-kata sindiran, caci, maki dari mulut orang tuanya.
Bukan hanya itu, dulu pernah ia mencoba untuk makan bersama semeja dengan keluarganya. Tapi itu membuat Ayahnya beranjak dan tidak melanjutkan makan nya, ia sekarang belajar untuk tidak egois. Ia harus bisa mengalah demi ketenangan dalam keluarganya.
Beranjak dari tempat tidur, dan segera mandi. Setelah itu ia memakai seragam, dan di lanjut sarapan.
Ia menelan nasi itu susah payah, mencoba untuk terus memasuk kanya ke dalam mulut. Agar perutnya terisi, tapi semua sia-sia. Ia merasa tak ada nafsu untuk makan. Setelah suapan ke tiga, ia menaruh piring tersebut ke meja dan meneguk air putih disampingnya.
Derap langkah sepatu mengiringi langkahnya, saat berjalan menuruni tangga. Ia menangkap sebuah momen dimana keluarganya bisa tertawa bahagia tanpa kehadirannya. Di situ ada adik nya berserta kedua orang tuanya nampak sedang menikmati makananya sambil bersenda gurau.
Ada sedikit rasa sakit terbesit dalam benaknya, tapi ia tepis dengan senyum tipisnya. Ia harus kuat untuk ini, ia tidak boleh egois hanya untuk sekedar kebersamaan keluarganya, ia harus merasa mereka baik-baik saja tanpa kehadiranya.
Saat langkah terakhir tangga, Ayahnya di ikuti semuanya menoleh sekilas tanpa menaruh senyum ataupun sapaan. Tidak apa-apa, ia sudah biasa mendapat perlakuan seperti itu. Ia melanjutkan langkahnya tanpa bertegur sapa, ataupun bersalaman kepada orang tuanya.
Sampai di pintu gerbang, ia bertemu dengan satpam dirumahnya. Tak lupa menyapanya dengan sekedar senyum tipisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANDAI
Teen Fiction[ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ] [ JANGAN LUPA VOTE & KOMEN JIKA KALIAN TERTARIK DENGAN CERITA INI ] Zoya Mecca Talhisa Si pecinta senja dan pembaca novel cinta. Mungkin hidup nya tak seindah senja, dan mungkin serumit novel cinta yang ia baca. Tapi, bu...