Kepala nara besandar pada jendela. Seiring bergeraknya roda bus trans ibukota, mata nara terus menjelajah apa saja, ibukota tetap pada cirikhas-nya. Sibuk, padat, ramai. Ia menarik sudut bibirnya bertepatan saat sepenggal lirik yang dinyanyikan Vidi Aldiano mengalun lewat earphone yang terpasang di telinga;
Kala si fana membelenggu / bising problema deras mengguyurku / lelah bertarung dalam jiwa namun harus-ku kuat melawannya.
Mungkin ukuran masalah yang nara punya ngga ada apa-apanya dibanding masalah-masalah orang lain di luar sana. Tahun lalu nara gagal masuk universitas impian. Saat itu, bagi nara langit seakan runtuh menubruk dunia-nya. Semua menggelap seperti kehilangan matahari dan bulan. Tubuh nara diguncang habis-habisan dengan hasil yang di luar ekpektasinya. Memang benar kata sesorang, jangan menaruh ekspektasi berlebih terhadap apapun.
Belum lagi tanggapan sang ibu yang merengkuhnya pelan seraya bilang; ngga apa-apa, anak ibu tetap hebat. Pelukan yang seharusnya menenangkannya malah membuat nara semakin terisak. Dalam jiwanya nara terus-terusan menyalahkan diri sendiri. Walaupun ibu berkata ngga apa-apa tetap saja nara merasa jadi anak yang gagal.
Butuh waktu dua bulan lamanya untuk nara bisa menerima kenyataan, Percaya deh, tekanan dari lingkungan yang diterima bagi seorang pengangguran baru lulus itu jauh lebih keras. untungnya nara bisa pelan-pelan bangkit dan berjalan keluar sambil tutup telinga. Bagaimanapun juga kehidupan nara terus berjalan, kalau tetap diam di rumah, sembunyi, dan terus-terusan meratapi nasib serta memikirkan cemoohan tetangga. Bisa-bisa setan di kamar nara tertawa melihat manusia seputus-asa ini.
Ya. Pada akhirnya nara memutuskan menunda kuliah satu tahun untuk mencoba lagi di tahun berikutnya. demi mengisi kekosongan hari-harinya, nara sempat bekerja di sebuah toko swalayan sebentar, kemudian beralih menjadi barista. Sempat berpartisipasi menjadi relawan juga di berbagi event. Sampai di tahapnya nara harus fokus belajar intens karena sebentar lagi ujian masuk perguruan tinggi babak kedua bagi nara akan tiba.
Semua runtutan waktu sudah nara lalui. Nara sudah melaksanakan beragam tes ujian masuk perguran tinggi yang tersedia. Tapi sampai saat ini dari total delapan jenis seleksi masuk itu nara belum juga mendapat pengumuman yang melegakan hati. enam diantaranya membuat nara kembali bertemu dengan kata gagal, sisa dua.
Posisi nara sudah di ujung tanduk. Ini seperti dejavu yang bukan dejavu. Apa kurang ya usaha belajar nara selama ini? Apa nara kurang berdoa ya? Seingatnya setiap habis sholat atau mau tidur nara selalu memohon yang terbaik pada tuhan. Apa ini yang terbaik? Apa.. nara harus kembali menelan kenyataan pahit bahwa dirinya memang ngga bisa- cukup. Untuk yang terakhir nara minta sama tuhan jangan sampai terjadi lagi.
Nara takut banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diorama Kontinuitas
Nouvelles"kadang tuhan pilih hancurin rencana kita sebelum rencana itu ngehancurin diri kita sendiri. life doesn't give what you want, bukan karena kamu ngga pantas untuk itu. tapi karena, you deserve so much more. Ra. more and more than anything." -- Percay...