4. I Love U

12 0 2
                                    


Virus yang menyebabkan kerusakan fatal bagi siapapun yang mendapatkannya

Sebuah mobil hitam mengkilap berhenti tepat di gerbang sekolah. Seorang pria turun dari mobil tersebut dan membuat para siswa dan siswi menatapnya kagum.

"Selamat datang Mr.Lerman, saya sudah melakukan semua yang anda minta." Ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Peria tersebut melirik kearah sumber suara yang menyapanya.

"Terimakasih". Ucap peria itu sambil menyambut tangan Mr. Robby.

"Ya, sama-sama. Mari ikuti saya Mr. Lerman."

Mr. Robby pun mengantar Mr. Lerman ke sebuah ruangan yang telah disediakan. Disana Anastasya dan yang lain sudah menunggu mereka.

Mr. Lerman pun duduk dan menatap satu persatu orang di ruangan tersebut, lalu dia mendapati Sain tidak disana.

"Langsung saja kita mulai dengan permasalahannya terlebih dulu."

Sekertarisnya Liona Alexandra, dengan sigap menyerahkan dokumen yang telah ia siapkan. Mr. Lerman pun mulai membaca dokumennya.

.

.

"Gian, apa kamu sudah mendeteksi adanya serangan siber selama disini?"

"Saya sudah mendeteksi beberapa virus Worm pada sistem jaringan."

"Apa kamu sudah mengatasinya?"

"Tentu saja. Saya sudah membersihkan semuanya." Ucapnya sambil tersenyum lebar.

"Bagus, kita lanjut." Ucap Mr. Lerman sambil menatap dokumennya lagi.

"Tapi, ada virus yang belum bisa saya tangani." Ucap Gian tiba-tiba.

"Virus apa itu?"

"I LOVE U" Ucap Gian mengagetkan seisi ruangan.

Sean pun mengangkat sebelah alisnya.

"Lu, masih sempet-sempetnya bercanda?" Tanya James dengan setengah berbisik

Gian menatap James dan tersenyum. Lalu ia kembali menatap Mr. Lerman. "Saya juga mengira itu hanya sebuah pesan cinta. Tapi setelah saya cek melalui proteksi komputer, itu adalah sebuah virus mematikan." Terang Gian.

"Dimana kamu menemukannya?" Tanya Mr. Lerman

"Server 2"

"Server 2? Bukankah?" Tanya Mr. Robby.

"Ya, itu adalah tempat Sain." Ucap Gian sambil melirik kearah Mr. Robby.

"Lalu, dimana Sain sekarang? Kenapa dia tidak ada disini?"Tanya Mr.Lerman.

"Saya melihatnya di taman saat menuju kesini."

Mr. Lerman memalingkan wajahnya ke arah sumber suara.

"Kalau begitu, bisakah kamu membawanya kesini?"

"Biarkan saya yang-" Ucapan Aris terpotong karena Mr. Lerman sudah mengangkat tanggannya.

"Baik, saya akan membawanya."

Mr. Lerman pun menurunkan tangannya dan menganggukkan kepala.

Pandangan kosong itu, Anastasya... Sudah lama kita tidak bertemu. Begitu juga dengan anak itu. Apakah kamu masih mengingatnya?

Anastaya pun meninggalkan ruangan tersebut.

"Mr. Lerman. Biarkan saya menyusul Anastasya. Sudah menjadi kewajiban saya untuk selalu berada didekatnya." Ucap Aris dengan yakin.

Feelings DeletingWhere stories live. Discover now