07. Kesepakatan.

21 1 0
                                    

"aishh ini benar kan alamatnya" Vava berulang-ulang melihat alamat yang diberikan Suga kepadanya. Ya, kertas yang diberikan Suga berisi alamat panti asuhan.

Vava berjalan menyusuri jalan setapak yang tampak sepi ditengah hari yang lumayan mendung ini. Dia masih terus mencari, tapi yang ia temukan hanyalah rumah kecil diujung jalan setapak itu.. rumah yang tidak layak disebut panti asuhan. Karena, atapnya beberapa sudah bolong, jendela yang sebagian pecah dan sangat kotor. Bisa dibilang mirip rumah kosong yang tidak terurus.

"Ini beneran panti asuhan? Dasar kulkas bisa-bisanya dia bawa anak-anak ketempat kaya beginian" gerutu Vava tidak terima.

Vava memberanikan diri melangkah mendekati rumah kosong itu,, tapi...

Aaaaaa!!!!!!

Mulut Vava dibekap seseorang berbaju serba hitam dan Vava ditarik masuk kedalam rumah kosong itu.

Tolongin gue please! Siapapun help me...

Vava hanya bisa teriak dalam hati karena mulutnya sudah dibekap dan tangannya dipegang oleh orang yang membekapnya.

Vava diletakan dikursi yang ada didalam rumah kosong itu. Vava menatap sekeliling dimana lantai dan temboknya sangat berdebu dan banyak cap-cap tangan entah milik siapa.

Vava yang sudah tidak tahan, Vava menggigit tangan orang yang membekapnya.

"Awww." Jerit orang itu.

Kok gue kaya kenal suara itu ya

Batin Vava.

"Heh! Kenapa kamu malah gigit tangan saya" ucap Suga.

Yapp orang yang membekap Vava adalah Suga.

"Whattt?!! Kulkas?!!" Teriak Vava.

Suga mengernyitkan dahi "Kulkas?"

Vava berdiri dari duduknya dan bersedakp dada." Maksud oppa apaan sih hah! Kan bisa baik-baik." Marah Vava.

Suga hanya memutar kedua bola matanya malas."itu sudah cara yang paling baik."

Apa katanya.. cara yang paling baik?! Sinting ni orang.

Vava menatap Suga dengan garang sedangkan yang ditatap hanya diam sembari menggerakkan sebelah alisnya.

"Oke.. maaf soal tadi.. saya hanya ingin bersepakat dengan anda" ucap Suga to the point.

"Kesepakatan?"

Suga mengangguk." Ya, kesepakatan... Kamu harus menjadi manager BTS. Karena, hanya cara ini satu-satunya yang bisa membantu BTS supaya tidak kehilangan banyak penggemar terutama army... Mereka pasti kecewa." Ucap Suga.

"Saya tidak mau." Sudah dibilang bukan, keputusan Vava sudah bulat.

"Ini bukan soal mau atau tidak mau... Tapi ini soal perasaan banyak orang. Kamu yang awalnya membawa masalah bukan? Kalau saja kamu tidak bersikeras untuk masuk kerestoran siap saji itu.. ini semua tidak akan terjadi. So, seharusnya kamu sudah tahu resikonya seperti apa.. kamu sendiri yang masuk ke kehidupan kami. Mau tidak mau ya harus mau." Jelas Suga dengan wajah datarnya.

Ya Vava salah.. seharusnya dari awal Vava hiraukan saja ketiga bocah kecil itu dan tidak harus bersikeras masuk kedalam restoran siap saji dan harus mendapatkan masalah seperti ini..

Vava menunduk."Vava masih sekolah.. Vava gabisa." Ucap Vava.

"Maka dari itu saya ingin membuat kesepakatan."

Akhirnya dengan terpaksa Vava menyetujui untuk melihat kesepakatan yang Suga dan dirinya buat. Ahh...lebih tepatnya yang Suga buat.

Kesepakatan antara Min Yoongi dan Kim Vava.

Manager (Bangtan) [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang