Chapter 6

37.2K 5.6K 208
                                    

            Masih dua puluh menit lagi sesuai jadwal yang ada di tiket bioskop, Bram dan Pubi memilih untuk duduk di sebuah meja khusus dua orang sambil menghabiskan popcorn dan sebuah cola untuk Pubi sementara Bram hanya air mineral.

"Rambut kamu panjang," kata Bram yang sekilas melirik rambut Pubi yang diurai begitu saja. Biasanya diikat cepol ke atas sehingga Bram tidak tahu seberapa panjang rambut wanita itu sebenarnya.

"Cantik nggak?" pertanyaan spontan dari Pubi tidak berhasil membuat Bram tersedak air mineralnya.

Bram menjawab dengan santai, "kalau saya bilang jelek, kamu bakal jawab "semua wanita terlahir cantik, mata para pria saja yang buta" benar nggak?"

Pubi mengacungkan dua jempolnya untuk Bram.

"Sekarang memang boleh dipanjangin bebas sepanjang apa tapi harus disanggul, kamu sudah pernah lihat saya sanggulan kan di rumah makan padang waktu itu?" kata Pubi.

Bram jadi teringat pertama kali dia bertemu dengan Pubi. Sambil tertawa pria itu berkata, "mbak-mbak yang saya lihat di rumah makan, kalau jalan-jalan ke bioskop ternyata berubah jadi anak remaja."

Sepatu Zara yang menyerupai sandal sehingga dari belakang terlihat seperti sebuah sepatu, celana jins biru panjang, baju rajut gambar mickey mouse warna cream, membuat Pubi terlihat berkali-kali lebih muda.

Pubi mendekat dan berbicara dengan nada pelan pada Bram.

"Pakaian bisa menipu," kata wanita itu.

Bram mengangguk setuju kemudian menimpali, "tapi jangan kelihatan terlalu muda, saya takut kalau dikira jalan sama anak ABG."

Pubi menggeleng cepat. "Kamu keliatan muda kok. Ganteng, cool, sedikit fresh—"

"Telinga saya langsung gatel dibilang "sedikit fresh"," potong Bram.

"Umur nggak bisa bohong," timpal Pubi.

Bram terdiam dan baru mengingat sesuatu yang selama ini ingin dia bahas dengan wanita yang duduk di hadapannya saat ini.

"Kita berdua beda 9 tahun," kata Bram sengaja menggantung. "Kamu nggak masalah?" lanjutnya.

Ini juga yang Pubi ingin bahas. Sebelum memulai kencan pertamanya, Pubi juga menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan pihak Kencan Kilat yang mengacu pada kriteria pasangan yang diinginkannya. Dan jarak 9 tahun itu masih masuk dalam kriteria pasangan yang dia inginkan.

"Nggak masalah, kita berdua berhasil dipasangkan artinya kamu masuk kriteria saya," jelas Pubi yang berhasil melegakan hati Bram.

Sekali lagi Bram mengajukan pertanyaan, "saya sudah 38 tahun loh, dua tahun lagi udah mau kepala empat. Kamu nggak mau mikir-mikir dulu?"

Pubi tidak menjawab, wanita itu malah tersenyum penuh arti. Kemudian Pubi berkata, "saya sudah 29 tahun loh, setahun lagi saya udah mau kepala tiga. Kamu nggak mikir sudah berapa banyak pertanyaan "kapan nikah?" dari orang-orang di sekitar saya?"

Bram mengubah posisi duduknya menjadi duduk tegap. Dengan mata menyipit, pria itu memajukan sedikit duduknya untuk mendekati Pubi.

"Jawaban kamu nggak berhasil menjawab pertanyaan saya. Tapi yang saya tangkap, kamu sudah sangat siap nikah—sekalipun itu dengan saya," tebak Bram.

Pubi memberikan gestur menembang yang anggap saja mengeluarkan bunyi "bbanggg!!" dengan kepala mengangguk dan menggeleng bergantian.

"Saya sudah sangat siap menikah bukan karena banyak pertanyaan "kapan nikah" saja, tapi lebih karena saya sudah siap untuk menjalin rumah tangga. Dan kenapa kamu pede banget kalau saya bakal suka kamu?" di terakhir perkataannya, Pubi sedikit menaikkan suaranya.

Kencan KilatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang