Aku Perlu Jatuh Cinta

402 22 2
                                    

Aku Perlu Jatuh Cinta


"Aku perlu jatuh cinta kepadanya.." gumam hatiku

*****

Apa yang dia katakan kepadaku bukanlah kamu dipecat Sasuke. Tapi, menikahlah denganku. Dan semua karyawan mendengarnya dengan jelas. Setelah kejadian itu, tak ada lagi ketenangan yang bisa kurasakan selama di cafe.

Pro dan kontra, dan sialnya lebih banyak kontranya daripada pro. Banyak dari rekan - rekan di cafe yang tidak suka dengan kedekatanku dengan nona Sakura. Aku tidak mendekatinya, tapi dialah yang datang padaku. Kenapa semua orang malah menyalahkan dan mengatai, jika aku adalah penjilat.

Parahnya lagi setelah kejadian itu, dia tidak ada maksud untuk mengklarifikasi atau menenangkan suasana. Dia hilang bak ditelan bumi.

Di cafe pun tidak lagi terasa nyaman seperti dulu. Ya, aku hanya seorang barista biasa saja. Namun mempunyai haters karena dia. Mereka mengatakan jika aku tak akan pantas bersanding dengannya. Aku bagaikan upik abu, aku bla bla. Mulut mereka memang sangat pandai menghujatku.

Hanya ada 4 orang yang bersikap kooperatif padaku, Sai, Jugo, Ino dan Manager Mugi. Hanya mereka berempat yang percaya bahwa aku tidak memiliki hubungan spesial dengan nona Sakura.

Dulu saat jam istirahat para karyawan sering menghabiskan makan bersama  lalu tergelak bersama. Namun setelah kejadian waktu itu tak ada lagi kebersamaan atau gelak tawa kawan - kawan. Suasana cafe menjadi mencekam.

Setelah kejadian itu, balkon disamping gudang merupakan tempat yang paling nyaman untuk menghabiskan makan siangku. Frustasi dengan suasana cafe yang tidak bersahabat lagi, satu kotak rokok kukeluarkan dari saku celana.

"Sudah lama aku tidak menghisapmu kawan.." gumamku sambil memainkannya
"Rokok tidak akan menyelesaikan masalah, Sasuke" Ucap Sai

Dia mengambil satu biji rokok yang sedang kumainkan. Lalu menghisapnya dengan santai, dan duduk disebelahku. Asap rokok mengepul dari mulutnya, dan kadang asap rokoknya diarahkan padaku.

Setelah rokok yang ia sesap tersisa setengah, ia letakkan di tepi meja. "Temui dia, dan minta penjelasan" katanya
"Dimana alamatnya..?" Tanyaku
Ia terkekeh yang terdengar seperti sedang mengejekku, "Ya cari di sosial media atau tanya kepada nona Mugi"
Kuhela napas berkali kali, "Kalau sudah bertemu, apa yang harus kukatakan, Sai"
Sai terkekeh lagi,"Katakan aku mau jadi suamimu" lalu dia terbahak - bahak

"Sialan.." umpatku
Lagi - lagi Sai mengepulkan asap rokok pada wajahku, "Sasuke, kamu beneran tidak mengenal nona Sakura?" Tanya Sai
"Tidak.." jawabku singkat
"Lalu kejadian kemarin..?" Tanyanya lagi

"Aku juga tak tahu, apa maksudnya. Kamu sudah mengenalku lebih dari empat tahun, Sai. Mana ada teman perempuan yang dekat denganku, kecuali Karin" jawabku

Sai membuang putungan rokok yang tinggal sedikit, lalu membuka kacang yang dia bawa "Betul juga katamu. Kamu kan terkenal jomblo. Lalu, alasannya dia mendekatimu..?"

"Aku tak tahu, Sai. Kami baru bertemu kemarin. Apa karena aku pernah meminjam uang cafe yang lumayan banyak, dan belum kulunasi dia jadi memanfaatkanku" kataku

Sai mengernyitkan kening "Mungkin bisa karena itu juga"
"Tapi, kuakui dia memang sangat cantik. Tubuhnya harum.." ucapku malu - malu

Sai menoyor kepalaku "Owh.. dasar pria, melihat yang bening - bening, langsung klepek - klepek"
Aku menatap Sai "Bagaimana tidak klepek - klepek, dia memang cantik banget"

Sai mendekatiku "Lalu, keputusanmu..?"
Kedua bahu kuangkat "Entahlah. Mungkin dia hanya bercanda juga"
"Kalau tidak bercanda. Bagaimana..?" Tanya sai lagi

Kuhela napas panjang "Setidaknya, aku harus tahu alasannya lebih dulu. Kenapa dia mengajakku menikah, barulah bisa kupertimbangkan"
Sai menjumput kacang yang berada di dalam plastik "Terima saja, lumayankan bisa jadi orang kaya dadakan"

Aku tersenyum kecut "Dia dari keluarga kaya raya sedangkan aku kere.."  gumamku
"Terima saja kalau saranku. Barangkali dialah jawaban dari doa - doamu selama ini" Sai menjeda sebentar
"Mungkin bersamanya mimpi - mimpi besarmu bisa terwujud, dan ingat kesehatan kakakmu. Kamu butuh banyak uang"

"Tidak bisakah kami menikah dengan cinta. Rasa - rasanya aku seperti menjual hidupku demi segepok uang" keluhku

"Cinta lahir karena terbiasa, Sasuke. Lama - lama pasti akan tumbuh cinta, jika kalian bertemu setiap hari" ucap Sai

Kutatap dia lekat - lekat, "Jujur saja, harga diriku sebagai laki - laki agak tercoreng, Sai. Bagaimana bisa seorang perempuan yang melamar, bukankah seharusnya prialah yang mengambil peran"

"Kita hidup di era emansipasi perempuan, Sasuke. Yang mana laki - laki atau perempuan sama saja" sahutnya. Melihat Sai yang keenakan makan kacang, aku pun tergoda untuk memakannya juga.

"Jika kami benar - benar menikah, lalu nasib pernikahan kami bagaimana yaaa ..?" Tanyaku
"Kalau tidak sejalan bisa cerai, Sasuke. Gampang kan..?" Jawabnya

Bibirku tersenyum hambar "Kamu pernah diputus oleh kekasihmu, bagaimana rasanya..?"
"Ya sakitlah, dicampakkan oleh kekasih hati kok gak sakit" jawabnya

Kutoyor kepalanya "Begitu juga dengan perceraian. Rasanya pasti sakit, walaupun pernikahan kami tidak berdasarkan cinta"
"Terserah kamulah, Sasuke. Kalau tidak mau ada perceraian, ya pertahankan rumah tanggamu sekuat mungkin"

"Betul juga katamu, Sai. Bertahan dan bertahan.." ucapku
"Bagaimana perasaanmu padanya, Sasuke?" Tanyanya tiba - tiba
"Jika kamu ada rasa sedikit saja padanya, kamu bisa mengembangkan menjadi besar. Jangan bertahan sendirian, pasti rasanya menyakitkan" tuturnya

Kuhela napas panjang sambil memejamkan mata, menyelami hati nurani mencari setitik jawaban "Rasa kagum karena dia cantik, tapi rasa kagum dan grogi berada didekatnya tidak bisa dijadikan dasar sebuah cinta. Aku perlu jatuh cinta kepadanya" gumam hatiku

Bersambung....

My Boss My Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang