CH 1. Terkunci?

307 99 90
                                    





***



Anna mengeluarkan sebuah kotak bekal makanan yang ia bawa dari rumah di laci mejanya. Ia berniat untuk memasukkan suapan pertama ke dalam mulutnya. Tetapi seseorang menyenggol lengannya hingga sendok yang berisi mie instan itu jatuh ke lantai.

"Upss maaf sengaja." ucap Arin meledek. Arin, salah satu teman kelas Anna yang mulai memasuki kelas.

Anna mengambil sendoknya yang tergeletak di lantai.

Seorang anak laki-laki berjalan tergesa melihat bawah "Eh siapa yang ngotorin lantai?" tanya Yosi selaku ketua kelas dengan nada ketus.

"Itu tadi makanan Anna yang jatuh Yos." adu Arin dengan seringainya.

"Anna cepat bersihkan! Aku gamau nanti kena marah guru karena kelas kotor." perintah Yosi dengan tegas. Sebenarnya Yosi tidak tega melihat gadis itu, namun ia melakukannya agar cintanya diterima oleh Arin yang terus-menerus menolaknya.

Anna hanya mengangguk pasrah menuruti perintah Yosi. Ia benci sekali dengan dirinya yang tidak bisa membela dan hanya diam saja.

"Yang bersih jangan lelet deh!" sahut Mia teman se-geng Arin.

"Pake senyum dong cantikk.." sambung Intan yang ikut-ikutan juga masih satu geng dengan Arin dengan nada mengejek.

Anna sudah tidak tahan, setelah selesai membersihkan lantai ia langsung membawa kotak bekalnya menuju toilet. Yah ini tempat yang paling nyaman menurut Anna. Anna perlahan menyuapkan nasi ke dalam mulutnya dengan air mata yang terus mengalir membuat rasa makanannya menjadi sedikit asin. Ingin rasanya ia ingin menghilang dari muka bumi ini.

"Ayah..ibu..Anna kangen kalian" gumam Anna dengan isakan tertahan.

Anna kembali mengingat peristiwa tragis 10 tahun yang lalu saat ia masih berusia 6 tahun. Insiden pembunuhan yang merenggut nyawa kedua orang yang paling disayanginya di depan matanya sendiri. Orang tuanya meninggal dengan kehabisan darah tetapi Anna tak mengingat kejadiannya dengan jelas dikarenakan saat itu ia masih kecil memorinya belum terbentuk sempurna. Anna memejamkan matanya untuk mengusir bayang-bayang yang terus menghantui dirinya.

Anna segera menghabiskan makanannya, karena 5 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Sebelum keluar dari kamar mandi, Anna membasuh mukanya agar tidak terlihat kalau ia habis menangis karena Anna tidak suka memperlihatkan tangisannya di depan orang lain.

Ia bergegas menuju ke kelasnya tapi gawat ternyata gurunya sudah berada di dalam kelas. Anna harus menahan malu karena dilihat oleh semua siswa dikelas.

"Darimana saja kamu?" tanya Pak Reno dengan kerutan tegas di wajahnya.

Anna menundukkan wajahnya "Em..maaf pak saya habis dari kamar mandi." jelas Anna takut-takut.

"Kok lama, habis boker ya hahaha?" ejek Arin yang diikuti suara tawaan teman-temannya.

"Sudah kembali ke tempatmu. Jika besok kamu tidak masuk tepat waktu lebih baik tidak usah ikut pelajaran saya!" tukas Pak Reno dengan nada tinggi.

Anna berjalan lemas menuju kursinya yang terletak paling belakang. Namun seseorang menjegal kakinya hingga terjatuh.

Arin menampilkan ekspresi wajah bersalah yang dibuat-buat "Ohh..Anna maaf aku ga sengaja pissss." kata Arin membuat Anna harus mengelus dada menahan gejolak amarah.

Ingin rasanya Anna merobek-robek mulut perempuan sial itu, namun apadaya ia tak memiliki kekuatan lebih ataupun dukungan dari siapa-siapa. Yang nantinya malah memicu masalah yang lebih besar. Akhirnya Anna memilih mengacuhkannya lalu duduk di bangkunya sendirian.

Deal With The VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang