Sebuah taksi berhenti di depan sebuah bangunan tinggi, perusahaan ternama di Jakarta, IGP Crop's. Seorang cewek berambut bop dengan poni menghiasi keningnya membuatnya tampak imut, turun dari taksi setelah membayarnya.
"Makasih mbak."
Cewek ini langsung menutup pintu taksi. Ia membetulkan tali tas di bahunya sembari melangkah cepat dengan high heels yang membentur lantai. Hari ini pertama kalinya ia menjadi bagian dari IDR Crop's, baru saja ia di terima di sini. Tapi tadi pagi sudah terlambat bangun. Alhasil ia tidak mandi. Rambutnya bahkan terlihat lepek.
Cewek ini melangkah masuk ke gedung ini. Menghampiri teller yang berdiri di tempatnya.
"Mbak.." Belum menyelesaikan ujarannya, cewek di depannya langsung menyela.
"Kamu (Namakamu) ya? Pak Iqbaal udah nunggu di ruangannya. Langsung saja ke sana," ujarnya ramah.
(Namakamu) Saletta Piera, nama cewek ini. Ia menganga, mampus sudah. Ia melirik jam tangannya, ia sudah terlambat empat puluh menit.
"Makasih mbak," ujar (Namakamu). Ia berlari menuju lift. Menekan tombol, lalu masuk ke dalam lift yang terbuka, untung saja kosong. Di dalam lift tertera dimana letak ruangan pemilik perusahaan ini, lantai teratas, dua puluh. Beberapa saat kemudian, lift terbuka. (Namakamu) berlari mencari letak ruangannya.
Setelah berjalan beberapa langkah dengan mata mengendar. Ia menemukannya!
Tertera nama 'Iqbaal G. Prasetyo'.
(Namakamu) mengatur nafasnya, lalu meneguk salivanya kasar. Tangannya bergerak perlahan mengetuk pintu dengan mata tertutup. Ia harus mengatakan apa nanti?
"Masuk." Suara berat itu terdengar dari dalam. (Namakamu) membuka pintu dengan ragu. Masa bodo deh bagaimana nantinya. Ia membuka pintu dengan tak santai.
Iqbaal sedikit terkejut, (Namakamu) menatapnya dengan wajah tak beraturan.
(Namakamu) masuk lalu menutup pintu. Ia langsung duduk di hadapan Iqbaal dengan wajah menegang.
"Saya belum bilang duduk!"
(Namakamu) terkesiap. "Maaf pak," ujarnya lalu berdiri lagi membuat Iqbaal mengerutkan kening.
"Kenapa berdiri?"
"Bapak kan belum bilang duduk." Iqbaal menghela nafas. Berusaha bersabar.
"Duduk!"
(Namakamu) duduk kembali.
"Hari pertama udah terlambat empat puluh menit?!" tanya Iqbaal tak percaya. Matanya menyorot tajam.
"Kamu tau ini perusahaan besar?!"
Sombong sekali..
(Namakamu) berdecih.
Ya, hari pertama (Namakamu) menjadi sekretaris Iqbaal, sudah separah ini.
"Kamu saya pecat!" sergah Iqbaal.
(Namakamu) melotot lalu menggebrak meja Iqbaal dengan mulut menganga. "Pak! Saya baru sehari! Belum sampai sehari masa udah di pecat?! Bapak kira usaha saya masuk sini kecil?!"
Iqbaal memiringkan kepalanya, kenapa jadi cewek ini yang marah? Iqbaal tak suka dengan kriteria karyawan seperti ini, tidak menyesal barusan ia memecatnya.
Iqbaal duduk santai, kakinya terangkat sebelah. Kini melipat tangan di dada menatap angkuh ke (Namakamu).
"Kenapa? Kan memang kamu yang salah?" sengit Iqbaal.
(Namakamu) mengerjap lalu menatap tak santai. "Ya, maafin kek! Bapak kira bapak udah perfect?! Manusia gak ada yang sempurna!"
Rasanya akan enak jika Iqbaal melempar (Namakamu) dari jendela sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl
FanfictionTinggal seapartemen dengan cewek bar bar seperti (Namakamu), cukup membuat Iqbaal ingin bunuh diri.