Terancam

829 180 22
                                    

(Namakamu) menggeliat kecil, merasakan sesuatu menimpa badannya membuat ia terbangun. Ia melotot seketika ketika sadar bagaimana dirinya saat ini. Tangan Iqbaal melingkar di pinggangnya, kaki Iqbaal juga menimpa kaki (Namakamu), ia seperti menjadikan guling.

Pintu kamar terbuka, Bastian muncul menyembulkan kepala. Ia melotot lalu menganga. Ia langsung masuk begitu saja.

"YA TUHAN IQBAAL!!!!" jerit Bastian membuat Iqbaal terkejut lalu terbangun. (Namakamu) juga terkejut.

Iqbaal mengerjap lalu menatap (Namakamu) yang menatap tajam. "Kamu kenapa di sini?"

"KALIAN UDAH NGAPAIN AJA?" tanya Bastian.

"BAPAK SIALAN!!!"

Iqbaal mengingat apa yang terjadi kemarin. Ia tidak melakukan apa apa. Hanya meminta (Namakamu) tidur.

"BAJINGAN!" (Namakamu) memukul dada bidang Iqbaal dengan kedua tangannya. Bastian terduduk di lantai. Ia mengacak rambut frustasi.

"SAYA GAK NGAPA NGAPAIN!"

"Baal, Baal, gimana nanti ngomong sama Dannia?" gumam Bastian. Iqbaal menoleh menatap Bastian.

"Gue gak ngapa ngapain!"

(Namakamu) bergerak turun dari ranjang. "BAPAK UDAH LECEHIN SAYA!!!" tundingnya.

Iqbaal menganga tak mengerti.

***

Iqbaal dan Bastian duduk di meja makan untuk sarapan. Sementara (Namakamu) baru saja keluar dari kamarnya dengan pakaian formal. Iqbaal meliriknya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Iqbaal.

"Mulai hari ini saya jadi sekretaris bapak." (Namakamu) tersenyum. Iqbaal menganga menjatuhkan roti yang ia gigit. Bastian bergidik.

"Saya udah pecat kamu," ujar Iqbaal.

"Bapak mau saya bilangin ke pacarnya?" Iqbaal mengeraskan rahangnya, pertama kali ia berhasil di ancam.

"Baal, udah deh, terima aja," celetuk Bastian.

"Gak bisa gitu Bas! Kemarin aja udah terlambat, gimana nanti?"

"Kan sekarang saya tinggal sama bapak, jadi berangkatnya selalu bareng bapak." (Namakamu) melangkah duduk di sebelah Bastian.

Iqbaal memejamkan mata, kepalanya berdenyut.

"Nah bener Baal!" sahut Bastian.

Iqbaal melotot. "Kenapa lo gak bela gue?"

Bastian terdiam. "Iya juga."

Iqbaal berdecak. Ia menghabiskan rotinya, demikian juga Bastian. (Namakamu) tidak dapat jatah, ia hanya bisa meneguk saliva melihat mereka makan. Ia beranjak mengambil air. Ya, ia hanya minum.

Iqbaal dan Bastian bersiap berangkat ke kantor. (Namakamu) juga kini menyusulnya.

Sesampainya di parkiran, Iqbaal dan Bastian masuk ke mobil masing masing. (Namakamu) tak ambil pusing, ia masuk ke jok depan mobil Iqbaal.

"Kamu ngapain di mobil saya?" tanya Iqbaal.

(Namakamu) menoleh. "Ikut bapak ke kantor."

Iqbaal sepertinya benar benar harus bersabar. Ia menyalakan mesin mobil, bersiap menginjak pedal gas.

***

Iqbaal tidak berpikir akan menerima (Namakamu) sebagai sekretarisnya. Tapi ia juga sedang membutuhkan, di tambah (Namakamu) mengancamnya.  Dengan berat hati, Iqbaal menjadikannya sebagai partner.

Crazy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang