8. r e n c a n a j a l a n

100 69 9
                                    

@rahma_rohilatul / instagram.
.
.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!
KALO ADA KRITIK DAN SARAN KASI TAU YA!
.
.
.

Hari ini, hari minggu. Sasa sudah bangun sejak jam 7. Sasa baru saja tertidur jam 3 lalu bangun jam setengah 5 untuk melaksanakan sholat subuh. Setelah itu ia tertidur dan bangun lagi jam 7 hingga saat ini jam menunjukkan pukul setengah 11 dan Sasa enggan turun dari ranjangnya.

Keadaan Sasa sangat kacau. Matanya sembab, bibirnya pucat, rambutnya acak-acakan, pokonya benar-benar berantakan.

Ya, Sasa menangis semalaman. Tentu saja karena masalah kemarin. Ayahnya memecat Bi Imah? Itu sangat gila! Sasa tidak tau saat ini ia harus bagaimana. Sasa seperti kehilangan arah. Kehilangan sosok ibunya. Meskipun ibu kandungnya masih hidup.

"Bi Imah di mana? Bi Imah lagi ngapain? Bi Imah udah makan belum ya?" tanya Sasa berharap Bi Imah menjawab pertanyaannya.

"Bi, Sasa kangen sama bibi. Bibi balik lagi ke sini dong! Rumah sepi banget kalau ngga ada Bibi." ujar Sasa. Air matanya terus mengalir bahkan lebih deras.

Saat ini, papahnya ada di rumah. Tapi entah sedang apa. Sasa enggan bertanya bahkan untuk mengecek keadaan papahnya. Jelas papahnya sedang sibuk, karena papahnya sama sekali tidak mengkhawatirkan Sasa. Padahal Sasa belum sarapan.

Tiba-tiba Sasa merasanya nyeri di perutnya. Sasa baru ingat kalau dirinya punya penyakit maag. Seharusnya ia tak boleh telat makan.

"Arggg!!!" Sasa benar-benar kesakitan.

"Bii... Bi imahh...." Sasa menyebut nama itu. Jelas saja tidak ada yang menyahut karena pembantu kesayangannya itu telah tiada di rumah ini.

"Bii Jum..." akhirnya Sasa terpaksa memanggil nama pembantunya yang lain. Berharap ada 1 orang yang bisa menolongnya.

"Bii Jum..."

"Bii Jum..."

"Iya non, ada apa?" akhirnya orang yang dipanggil datang. "Non Sasa kenapa?"

Pembantu bernama Juminten itu terlihat panik. Ia tidak tahu apa yang terjadi kepada Sasa. Juminten tidak teralu dekat dengan majikannya ini. Tidak seperti Imah yang menjadi mamah untuk Sasa.

"Non Sasa kenapa non? Perut non Sasa kenapa?"

"Ambilin obat maag nya Sasa! Maag Sasa kambuh." ujar Sasa sambil menahan rasa sakit nya.

"Ohh iya non. Di mana non obatnya?" tanya Bi Jum. Sungguh Bi Jum benar-benar panik. Ia takut terjadi sesuatu kepada Sasa. Mengingat Sasa adalah putri tunggal dari keluarga ini.

"Kotak P3K di deket dapur." ujar Sasa membuat Bi Jum dengan segera mencari obat yang di maksud oleh Sasa. Sasa masih menahan rasa sakit di perutnya.

"Ini non. Di minum." ujar Bi Jum sambil menyerahkan obat yang dimaksud oleh Sasa. Sasa meminum obat itu lalu berbaring.

"Non Sasa punya maag?" tanya Bi Jum. Ia tidak tahu bahwa majikannya punya penyakit. Ia kira orang kaya tidak akan memiliki penyakit.

"Punya. Bukan cuman maag, tapi juga darah rendah." kata Sasa menjelaskan. Sepertinya pembantunya yang lain juga harus di beri tahu. Siapa tau suatu saat Sasa membutuhkan mereka.

"Owalah orang kaya bisa sakit ya non?" kata Bi Jum dengan wajah polos.

Sasa ingin tertawa tapi perutnya tidak mengijinkannya untuk tertawa, "Bisa bi."

"Yauda non istirahat aja. Bibi bawain makanannya ke sini ya. Non Sasa mau makan apa? Ayam goreng, steak, mie, ikan bakar, spagetti, atau apa?" tanya Bi Jum. Ia sudah hafal nama makanan-makanan mahal itu. Rata-rata tiap hari Bi Imah masaknya makanan itu terus.

AthisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang