Chanyeol menunggu sampai dia mendengar pintu depan tertutup sebelum mengayunkan kakinya dan turun dari tempat tidur lalu duduk.
Setiap sel tubuhnya yang kaget ingin berlari mengejar Baekhyun, memanggilnya dan berbicara dengan pria itu.
Pria itu berlebihan, menganggap niat baiknya sebagai ikut campur dan itu sangat mengesalkan. Ketika kecil, seberapa sering dia berusaha keras, melakukan usaha ekstra dalam pelajaran dan olahraga, berharap orangtuanya akan memahami betapa berartinya pendapat mereka untuk Chanyeol?
Saat sebagian besar temannya bersenang-senang main di lapangan luncur, dia harus menjaga Jihoon, menjadi pengurus rumah dan koki, berharap orangtuanya mau menghargai usahanya.
Tetapi mereka tidak pernah menghargai. Satu-satunya waktu ketika mereka mengakui usahanya adalah saat mereka memberikan lemari berharga itu, ketika dia lulus SMA. Lemari itu perabotan pertama yang mereka beli setelah menikah.
Chanyeol sangat menghargai pemberian itu sampai kemudian mereka meremehkannya dengan berkata, “Jika kau memiliki ini, mungkin kau mau mempelajari sesuatu yang lebih berharga daripada bermain-main dengan angka dan mengejar uang.”
Tapi Chanyeol tetap menyimpannya, membiarkan benda itu menempati ruang santainya sebagai pengingat untuk tidak membuat kesalahan dengan memercayai hatinya. Meski begitu, setelah melalui minggu yang sibuk dan duduk sambil menyesap wiski, dia menatap lemari sialan itu dan tahu bahwa jauh di dalam hatinya, benda itu mewakili sesuatu yang jauh berbeda---masa ketika orangtuanya memperhatikan dirinya, salah satu waktu yang indah yang sangat ingin dia dapatkan kembali.
Satu-satunya alasan dia masih mengunjungi orangtuanya kendati masa lalunya tidak menyenangkan adalah karena rasa sayang. Sama seperti rasa sayangnya pada Baekhyun. Melakukan sesuatu untuk orang yang dia sayangi, dan mendapati niat baiknya dicampakkan, rasanya sangat menyakitkan. Dan melihat pria yang dia cintai bereaksi sama dengan orangtuanya membuat Chanyeol melompat dari tempat tidur, mondar mandir dalam kamar tidur dengan tangan terkepal sambil menarik napas panjang untuk menenangkan diri.
Dia pasti berada di alam bawah sadarnya saat dia sadar apa yang baru saja dia pikirkan.
Pria yang dia cintai…
Sial.
Sejak kapan hal ini menjadi lebih dari sekadar bersenang-senang?
Sejumlah kenangan terlintas dalam benaknya: Baekhyun bergelung di sofa dalam ruang kerjanya sambil memegang minuman cokelat, ekspresi kagum Baekhyun saat balon udara naik, kehangatan dan kelembutan Baekhyun dalam pelukannya saat mereka berdansa di bawah cahaya bulan dalam atrium, dan mata Baekhyun yang berkilauan setiap mereka berciuman.
Setiap potongan kenangan, setiap kilas balik menggoda, menyatu menjadi kesatuan besar, memenuhi rongga dadanya, dan menekan jantungnya hingga dia mengusap dadanya.
Dia tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Kenapa sekarang? Jatuh cinta pada pria yang jelas-jelas tidak memahaminya sangat menyakitkan.
Di kantor, jika sebuah perundingan berjalan kurang lancar, Chanyeol akan duduk dan membuat daftar pro dan kontra. Lalu dia akan melakukan semua yang dia bisa untuk membuat bagian pro berjalan sesuai keinginannya.
Melihat kemarahan Baekhyun tadi, Chanyeol merasa penyusunan daftar apa pun tidak akan membantu.
Dia menyapukan tangan ke wajah, lalu melangkah menuju kamar mandi. Mandi mungkin bisa menjernihkan benaknya, membantu memperjelas apa yang harus dia lakukan.
Saat ini, dia harus mencari tahu apa yang akan dia lakukan dengan perasaan asing yang menguasai otak bisnisnya dan membuatnya melakukan hal gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
MA VINTAGÉ BOY - CHANBAEK✅
Любовные романыChanyeol Park benar-benar terkejut saat masuk ke toko City Retro. Pelayan toko merebut dan menyembunyikan ponselnya di saku celananya. Ponsel dilarang di dalam toko karena benda modern tak boleh digunakan di dalam toko vintage! Kejutan berikutnya su...