Baekhyun sangat suka mengadakan pesta retro. Dia suka bermain dengan baju-baju, aksesoris, makeup, dan tatanan rambut. Dia suka melihat para wanita dan submisif bermain dengan benda-benda kesayangannya, melihat senyum di wajah dan kegembiraan mereka.
Baekhyun sempat meragukan teman-teman Jihoon, menyangka mereka tidak akan mengacuhkan kegiatan pertama yang dia rencanakan, tapi untung saja mereka terlibat sepenuh hati sepanjang sore itu.
“Hei, Le, giliranmu mencoba kombinasi motif kotak-kotak dan bunga.”
Chenle mematut di depan cermin dan berputar-putar, membuat kemeja biru kehijauan oversize khas tahun 1920-an yang dia pakai beserta celana jins biru kulot, nampak pas di kakinya yang jenjang. “Akan kulakukan jika kau pakai sweater bulu-bulu itu, Chan.”
Jihoon menyeruak di antara keduanya, tampak modis dalam mantel tidur biru merak yang terinspirasi dari Asia.
“Berhenti menutupi kacanya. Aturan rumah, pengantin pihak bawah adalah yang utama.”
Mereka tertawa, saling tubruk dan dorong memperebutkan posisi utama sementara Renjun bermain-main dengan sabuk sepatu berkilauan. Sambil melihat ke sekeliling ruangan, gelembung kebahagiaan Baekhyun semakin besar.
Sejak tadi dia mencemaskan sore ini, khawatir akan mengadakan pesta lajang dengan permainan kostum klasik. Tidak ada yang mampu menghilangkan kecemasannya, tidak juga penerbangan melintasi langit, berada di ketinggian dalam balon udara, serta pesona Chanyeol.
Namun melihat senyuman dan kegembiraan tulus pria-pria ini, serta mendengarkan tawa mereka, menjadi pertanda baik untuk sisa minggu ini.
“Hei, Baekhyun, ini untuk apa?”
Jihoon menunjukkan jaring rambut, meributkannya, dan Baekhyun menghabiskan jam berikutnya dengan menjelaskan tips mengenakan jaring rambut versus topi baret, cara mengikat pinggang tanpa membuat sulit bernapas, dan cara berjalan normal dalam set sutra China, bukannya dengan langkah pendek dan kaku.
Pria-pria itu mendengarkannya dengan antusias dan pada akhir sesi, ketika jepit topi dan bros terakhir sudah dikemasi, Baekhyun tumbang ke sofa bersama mereka, menyesap gelas sampanye ketiga pada hari itu, dan tidak memedulikan apa pun.
Dia mendengarkan saja celotehan pria-pria itu, duduk tenang dan membiarkan percakapan mereka yang tak tentu arah, penuh canda, dan ringan mengalir ke telinganya.
Percakapan itu membuainya dan setelah melewati hari yang melelahkan itu, dia akan dengan senang hati meringkuk tanpa bergerak di sini selama sisa malam itu.
“Jadi Baekhyun, apa ceritamu?”
Begitu saja, dan kedamaiannya pun lenyap. Baekhyun tidak suka membicarakan dirinya dan menjadi pusat perhatian.
Sudah terlalu lama Baekhyun menghindari menjadi pusat perhatian, namun tetap saja dia dikritik. Mulai dari caranya berpakaian, apa yang dia makan, serta siapa yang dia ajak atau tidak ke rumah.
Dia benci diamati secara detail setiap saat, dan meskipun dia sudah berhasil menampilkan citra diri yang baik selama bertahun-tahun, keberadaan wanita dan pria cantik, percaya diri, dan modis yang memperhatikan dirinya membuat Baekhyun ingin berlari sambil berteriak.
Sambil menyesapi sampanye terakhir tadi yang mungkin membuat dia berceloteh, Baekhyun berusaha tidak peduli.
“Tidak banyak yang bisa diceritakan. Lahir dan dibesarkan di Brisbane, aku bosan dengan cuaca panasnya, lalu pindah ke Korea Selatan setelah lulus sekolah dan mendapatkan ijazah bisnis. Aku mencoba peruntungan pada benda-benda vintage yang kusukai, membuka tokoku sendiri, dan sejak saat itu kuhabiskan seluruh waktuku untuk membangun City Retro.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MA VINTAGÉ BOY - CHANBAEK✅
RomanceChanyeol Park benar-benar terkejut saat masuk ke toko City Retro. Pelayan toko merebut dan menyembunyikan ponselnya di saku celananya. Ponsel dilarang di dalam toko karena benda modern tak boleh digunakan di dalam toko vintage! Kejutan berikutnya su...