Enam

514 61 18
                                    

Pagi telah tiba, Jisung memarkirkan motor ninjanya dengan rapi. Ia berjalan menghampiri para teman-temannya yang tengah bergurau didepan teras gerbang kaca. Jisung menepuk pundak Jeno pelan, lalu mengangguk. Jeno pun seolah mengerti isyarat yang diberikan oleh Jisung. Chenle yang melihat itu kebingungan.

"Lo pada kenapa sih, ngangguk-ngangguk gitu? Sakit leher lo?!"sewot Renjun.

Jisung hanya melirik sekilas, begitu juga dengan Jeno.

"Lo kali yang sakit lehernya, dari tadi ngoceh mulu!"ujar Jaemin sembari melempar kulit kacang.

"Yeuu, gak ada hubungannya sakit leher ama gue ngoceh tros!"ujar Renjun ngegas.

"Kebiasaan ngegas ni anak!"ujar Jeno sembari menyumpalkan kacang ke mulut Renjun.

Kelakuan mereka semua mengundang tatapan sewot dari siswa lainnya. Namun mereka sudah biasa dengan semuanya itu. Tiba-tiba saja Yoora menghampiri Jisung.

"Jisung, anterin aku ke kelas mau gak?"tanya Yoora.

Jisung memandang teman-temannya untuk berpamitan.

Yoora merasa bahagia karena Jisung berjalan dengan menggenggam tangannya. Gadis itu menjadi salah tingkah, ia senyum-senyum sendiri. Sekolah sudah mulai ramai oleh siswa-siswi. Memang disengajakan atau bagaimana, Jisung berjalan didepan Hae Woon yang sedang bercengkerama bersama teman-temannya. Hae Woon sempat melihat hal itu namun terburu ia memalingkan wajahnya.

Sampailah keduanya didepan kelas Yoora. Gadis itu tersenyum sangat lebar, membuat pipi tembemnya menggembung lebih besar. Jujur, dari hati paling dalam, Jisung merasa gemas pada Hae Woon. Ia mencubit kedua pipi Hae Woon hingga gadis itu meringis kesakitan.

"Jangan digituin dong kak, nanti kalo tambah gede gimana?"protes Yoora.

Jisung terkekeh  pelan, lalu tangannya mengusap puncak kepala Yoora. "Belajar rajin-rajin ya, jangan nakal!"

"Siap!"jawab Yoora antusias lalu pergi meninggalkan Jisung.

Jisung kembali pada teman-temannya, tak sengaja saat melewati Hae Woon. Tatapan mereka sempat bertemu, namun Jisung memetuskannya secara sepihak. Lalu kembali melanjutkan perjalanan. Sampailah Jisung digerombolan teman-temannya.

"Bucin nih sekarang!"sindir Renjun.

"Kayak lo gak pernah aja sih, Jun."ujar Chenle sembari menoyor kepala Renjun.

"Lah, gue kan emang gak pernah. Gue kan polos, gue kan ikan."jawab Renjun dengan nada yang dibuat-buat.

"Jijik!"ujar mereka semua mengatai Renjun.

Renjun mengerucutkan bibirnya kesal. Lelaki itu melipatkan tangannya didepan dada dan menghentakkan kakinya seolah ia sedang marah. Persis seperti perempuan.

"Gak tau ah, Renjun marah sama kalian!"kesal Renjun lalu pergi meninggalkan teman-temannya.

"Ya udah marah aja!"teriak Jaemin.

Hanya dengan hitungan detik Renjun kembali dengan cengiran yang seperti orang gila. Semua menghela nafas kesal, katanya mau pergi tapi kembali lagi. Dasar Renjun anak curut!

"Ngapain balik?"tanya Jisung dingin.

Renjun menyengir kuda. "Gak bisa tanpa kalian."

"Alay!"desis Jeno.

Mereka semua akhirnya berjalan bersama-sama menuju kelasnya. Banyak pasang mata yang melihat mereka dengan antusias. Sudah biasa fans. Akhirnya mereka sampai dikelas yang sudah dipiketi oleh siswa lain.

"Gimana, semalem bisa tidur nyenyak?"tanya Jeno.

Jisung terkekeh. "Iya bisa."jawabnya.

"Eh, Jisung, Jeno, Jaemin, Renjun, Chenle. Dicariin kak Yuta tuh!"pekik Seo Joon.

Mereka semua bertanya-tanya ada apa? Kayaknya mereka tidak ada masalah dengan kakak kelas, apalagi kak Yuta yang terkenal dingin dan begitu kejam sekali bertindak.

Yuta datang bersama kedua temannya yaitu Jaehyun dan Mark. Aura menyeramkan mulai menyeruak, Jisung dan teman-temannya mencoba untuk biasa saja.

"Ada apa ya kak?"tanya Jaemin.

Yuta tersenyum miring, lalu lelaki itu menaikkan satu kakinya dibangku yang diduduki oleh Renjun.

"Kalian semua, disuruh masuk geng kita. Gimana?"ujar Jaehyun.

Renjun, Chenle, Jeno mengangguk secara bersamaan namun detik itu juga Jisung mulai membuka suara.

"Maaf kak, nanti kita bicarain dulu. Kalo udah kita kasih tau."ujar Jisung begitu dingin.

Yuta hanya mengangguk mengerti. "Gue tunggu jawabannya besok!"

Lalu mereka pergi meninggalkan Jisung dan teman-temannya.

"Ngapain butuh waktu segala sih Jisung?"protes Renjun yang diangguki oleh Jeno dan Chenle.

"Iya nih, padahal kan kita udah beruntung banget diajakin join. Malah diluar sana ada yang sampe ngemis-ngemis buat gabung."ujar Chenle tak terima.

"Lo tau gimana mereka? Asal usul mereka? Hal terkejam apa yang pernah mereka buat?"tanya Jisung. Semuanya menggeleng.

"Mereka lebih parah daripada yang gue lakuin. Mereka bisa aja nyakitin sahabat mereka sendiri."ujar Jisung.

Nyali mereka mulai menciut, seperti ragu-ragu untuk menerima tawaran itu. Tapi mereka juga ingin masuk digeng itu. Perkataan Jisung selama ini memang benar adanya, selalu terwujud.

"Kalo kita nolak, kita kasih alasan apa?"tanya Jaemin.

"Gue dulu udah pernah diajak gabung. Trus gue jawab kalo gue gak bisa, karena gue masih ada hal penting yang harus gue urus. Gak tau kalo kalian mau nolaknya gimana."ujar Jisung.

"Gue saranin kalian kalo cari alasan yang bener-bener masuk akal."saran Jisung.

Belum sempat mereka semua menjawab. Tiba-tiba bel masuk telah berbunyi dengan diiringi bu Sae Hwa masuk kedalam kelas.

***

Bel pulang telah berbunyi. Teriakan siswa malas mulai terdengar. Dan 10 menit setelah bel, sekolah sudah sepi sangat.

Jisung melewati kelas 11 Bahasa 2 yang dimana disitu masih ada Hae Woon yang sedang bercengkerama dengan Nam Kyu. Samar-samar Jisung mendengarkan pembicaraan itu.

"Nam Kyu, gue udah gak kuat. Gue gak kuat liat dia deket sama cewek lain. Iya emang selama ini gue cuma jalanin rencana dari kalian. Tapi semakin rencana itu berjalan lebih dalam, rasa gue buat dia lebih kuat."ujar Hae Woon. Jisung sedikit kaget dengan pernyataan itu.

Jadi selama ini perasaannya mulai terbalas. Hanya saja Hae Woon tak berani berbicara karena ada sebuah rencana yang menghalangi. Jisung menggertakkan giginya kuat-kuat.

Dengan rasa kesal yang masih memburu, Jisung melanjutkan berjalan menuju kelasnya Yoora. Ia melihat Yoora sedang duduk dikursi depan kelasnya. Jisung mencoba menghilangkan rasa kesalnya lalu duduk disamping pacarnya.

"Bengong aja, mikirin aku?"tanya Jisung dengan pd-nya.

Yoora tertawa pelan, namun masih bisa didengar. "Haha ge'er amat sih!"ujarnya sembari memukul pelan lengan Jisung.

"Aku mau tanya sama kamu?"ujar Jisung.

"Tanya apa?"

Jisung menghela nafas berat. "Hubungan kita sampe disini aja gimana?"

Yoora menoleh. "Maksud kakak, mutusin aku?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blood PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang