Jisung mengantarkan So Young pulang dengan selamat, tanpa ada luka sedikit pun. Kini gilirannya untuk memasukki mansion miliknya. Ia terkejut karena mobil hitam tengah terparkir digarasi miliknya. Jisung menggeram kala melihat seseorang tengah duduk dikursi terasnya. Jisung keluar dari mobil dengan perasaan penuh kesal, sudah 2 tahun ia pergi menghindari orang itu dan sekarang malah orang itu yang mendatanginya. Jisung mendekati lelaki paruh baya yang tengah duduk dengan tangan kiri memegang benda nikotin.
"Ada perlu apa anda kemari?" ujar Jisung pada lelaki itu.
Lelaki itu berdiri dan berjalan kearah taman depan dengan asap yang mengepul hebat, Jisung tetap berdiri. Ia tak ingin duduk karena harinya merasa kesal.
"Tidak ada saya, hidup kamu cukup baik." ujar lelaki itu dengan sombong. Jisung berdecih, lalu berjalan menghampiri lelaki itu dan berdiri disampingnya namun masih banyak jarak yang memisahkan.
"Kata anda cukup baik? Menerut saya, hidup saya tanpa anda pun sudah bisa dibilang jauh lebih baik!" ketus Jisung membuat lelaki itu menoleh padanya.
"Yakin kamu masih bisa hidup tanpa papa?" tanya lelaki yang ternyata adalah papa dari Jisung.
"Papa? Bahkan untuk dipanggil pak saja tidak pantas!" telak Jisung.
So Jong Ki adalah papa Jisung. Ia CEO ternama dikota Busan, perusahaan sudah tidak diragukan lagi. Dipenjuru dunia banyak sekali Jong Ki menanam perusahaan. Tapi hidup mereka berubah kala suatu kejadian menimpa keluarga mereka yang membuat Jisung memilih untuk pergi dari rumah.
Jisung ialah putra kedua dari pasangan Song Jong Ki dan Hyun Hwa Sa, kakak laki-laki Jisung bernama Jung Jaehyun telah menempuh kuliah di Indonesia.
Tanpa disadari oleh Jisung, ada seseorang yang tengah menyaksikan percakapan keduanya dari dalam mobil. Seseorang itu menatap miris pada Jisung.
###
Jisung memukul samsak sekuat-kuatnya untuk melampiaskan rasa amarahnya. Terlintas secara terus-menerus kenangan menyedihkan dihari itu membuat rasa kesal Jisung semakin bertambah. Lelaki berusia 18 tahun yang sudah mengendalikan hidupnya sendiri tanpa kedua orang tua.
Jisung memutuskan untuk istirahat sejenak, tiba-tiba ia mendengar seseorang memencet tombol bel rumahnya. Dengan sedikit berlari, Jisung membukakan pintu. Ia terkejut kala melihat wajah sendu Hae Woon. Kenapa dengan gadis itu, apakah ada yang menganggunya? Jisung ingin sekali bertanya, namun ia masih merasa kesal.
"Boleh aku masuk?" ujar Hae Woon pelan, Jisung hanya menggeram sebagai jawabannya.
Jisung dan Hae Woon duduk secara berjauhan dangan posisi Hae Woon duduk dikursi panjang dan jisung di single sofa. Hae Woon menatap wajah Jisung seksama. Seolah mengetahui bahwa mood Jisung sesang tidak baik, maka dirinya harus mengendalikan omongannya.
"Apa perlu apa?" tanya Jisung.
Hae Woon tersenyum singkat. "Aku kesini mau tanya satu hal sama kamu?" jelas Hae Woon.
"Tanya apa?"
Hae Woon terdiam, haruskah dirinya menanyakan ini pada Jisung?
"Apa kamu udah jadian sama So Young?"
Jisung berdecih pelan lalu membuang wajahnya kasar. Ia terkekeh dengan pertanyaan Hae Woon.
"Gue sama So Young udah jadian!"
"Kenapa kamu cepet banget lupain aku?" ujar Hae Woon lirih tapi Jisung masih bisa mendengarnya.
Jisung menoleh sempurna kearah Hae Woon, lelaki itu menatap wajah Hae Woon penuh tanya.
"Apa harus gue masih suka sama lo, setelah lo nolak gue?" tanya Jisung.
"Gue suka sama lo selama tiga tahun dan tiga tahun itu gue berjuang banyak buat lo. Gue bersikap manis depan lo supaya lo suka sama gue, karena gue tau lo udah tau gue yang sebenarnya. Tiga tahun kita sering bareng, tapi apa lo gak pernah kan ada rasa sama gue. Jadi kayak percuma aja gue perjuangin lo!" tambahnya membuat air mata Hae Woon luruh.
"Seandainya kamu waktu itu berjuang dikit lagi," ujar Hae Woon.
Jisung sepertinya sudah tak mengharapkan Hae Woon lagi, buktinya terlihat dari wajahnya sudah tidak lagi menatapnya. Jisung tertawa hambar, dalam hatinya bergejolak karenanya Hae Woon menangis.
"Gue udah capek Hae Woon, mending lo sekarang pergi deh!" usir Jisung secara terang-terangan.
Hae Woon mengusap air matanya pelan. Gadis itu tersenyum paksa, lalu memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah Jisung.
###
Malam telah tiba, kini Jisung tengah menyiapkan makan malam sendirian. Ia mencoba menghubungi Jeno.
"Hallo,No?" ujar Jisung.
"Hallo! Ada paan?" balas Jeno dengan santai.
"Bantu gue!"
"Hmm, bantu apa?" balas Jeno.
"Cariin gue mangsa kali ini yang emang bener-bener layak buat gue habisin! Gue tunggu dimarkas!" titah Jisung.
Tiba-tiba saja Jisung memutuskan sambungan secara sepihak. Ia kembali menyantap makanan yang ia masak tadi. Dalam hatinya masih merasakan dongkol yang semakin memuncak. Matanya memerah, nafsu makannya sudah tak ada lagi. Ia berjalan mengambil hoodie hitam dan kunci motonya.
###
Jeno menyambut Jisung dengan senang hati. Sudah biasa bagi Jeno melihat Jisung menghabisi seseorang untuk melampiaskan amarahnya. Tetapi, Jisung juga tidak begitu bodoh untuk menghabisi seseorang, dia akan menghabisi seseorang bila dirasanya orang itu patut untuk dihabisi semisal preman atau orang-orang yang merugikan.
Jisung menyuruh Jeno untuk keluar sebentar, Jeno langsung pergi meninggalkan Jisung dan orang yang sudah terkapar lemas.
Senyum jahat mulai terlihat diwajah Jisung, ia berjongkok didepan orang itu. Menatap dengan seksama, tanpa disadari oleh lelaki cukup muda itu Jisung menusukkan pisau ke perutnya berkali-kali. Lelaki itu sudah tak sadarkan diri.
"Let's play in tonight." ujar Jisung kala melihat banyak darah dilantai yang lusuh.
Merasa hastrat membunuhnya belum sepenuhnya puas, Jisung kembali menusukkan pisau pada wajah lelaki itu sebanyak 37 kali dan kembali menusuk perutnya sebanyak 84 kali. Lelaki itu sudah tak terbentuk lagi, kakinya sudah terpotong menjadi 4 bagian begitu juga dengan tangannya.
Jisung memanggil Jeno, lalu keduanya tertawa bangga. Jisung mengambil bensin dan korek guna membakar lelaki yang sudah tak berbentuk itu dan juga jaketnya yang penuh dengan darah.
Setelah dibakar, Jeno dan Jisung memutuskan untuk pergi. Tanpa disadari keduanya, sepasang mata telah memperhatikan gerak-gerik mereka sejak awal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Psycho
Teen FictionPark Jisung, laki-laki yang menyukai gadis berambut panjang bernama Jung Hae Woon. Sejak sekolah menengah pertama ia menyukai gadis itu, tapi gadis yang akrab dipanggil Hae Woon itu mengacuhkannya walaupun ia tahu bagaimana perasaan dari seorang Par...