Chapter 4

9 3 0
                                    

   Martha pun dibawa keruangan yang tidak jauh dari tempat Naib berkelahi di sana terdapat satu ranjang, lemari, sofa dan lampu yang temaram

"He he... sebelum main mending dikasih obat dulu yakan?" tanya pria itu pada dirinya sendiri. Pria tersebut pun membuka mulut Martha dan memasukkan obat perangsang dan obatnya pun bereaksi

"Uhhh... dimana ini? kenapa panas sekali?" tanya Martha sambil berusaha melepaskan pakaiannya dan menggosok daerah intimnya

"Hahahahaha" tawa sang pria botak sambil melepaskan pakaiannya

"Biar ku bantu untuk meredakan panas yang ada di dirimu"

  Pria plontos tadi sudah telanjang dan mendekati Martha. Martha pun masih berusaha melepaskan pakaiannya

"Biar ku ban.. urghh" ucapan pria tersebut terpotong karena Martha menendang selangkangannya, pria berbadan gempal tadi pun pingsan

"Heh..baruhh begituhh pingsanhh" ejek Martha

Brakk

"Martha kau ti...dak pa..pa?" tanya Naib heran karena laki laki botak itu tergeletak tak berdaya di lantai

"Akuhh tidak papahh hhh"

"Kau kenapa Martha"

"Hhhh sepertinyahh diahh memberiku obat perangsang hhh,akuhhh....panashh...hhhh tolong akuhh Naib" sepertinya obat perangsangnya kelebihan dosis:›

  Yah... bukan pria normal jika Naib tidak tergoda oleh Martha, belahan dada terlihat, pahanya terekspos, wajahnya merah padam serta rambutnya yang berantakan menambah kesan seksi.gleek, Naib bersusah payah menelan air liurnya

"Ermhh" erang Naib karena Martha memegang dan meremas pusaka nya

"Ahh.. kalau begini aku tidak akan tahan" Naib pun menggendong Martha keluar dari gedung tersebut, ternyata matahari hampir terbenam

"Naib sayanghh... apakah kita akan melakukannyahh di mobil? tanya Martha sambil meremas-remas milik Naib

"Ahh, Tidak" tolak Naib mentah-mentah, bagaimanapun dia pria baik-baik. dulu memang playboy tapi tidak sampai ke ranjang

  Naibpun meletakkan Martha di kursi penumpang dan kebetulan ada tali

"Maaf nona arogan" Naib pun mengikat Martha

"Uhh Naib sayanghh apa kau mau BDSM?" tanya Martha dengan nafsu tinggi.

  Glek, lagi lagi Naib susah menelan air liurnya, kalau dipikir-pikir akan mudah melakukan itu jika diikat bukan?. Uhhh... Naib pun menggelengkan kepalanya berusaha mengenyahkan pikiran kotor yang berkecamuk di otaknya

'Jika ku bawa Martha ke tempat kami menginap aku takut terjadi sesuatu , mending kubawa saja dia kerumahnya' batin Naib

Skip... rumah Martha

Dingdong, 1 detik, 2 detik, 3 detik, 4 det...

Klek

"Astaga..Martha kenapa?"panik Lisa mamanya Martha, bagaimana tidak panik melihat putrinya diikat dan mulutnya dilakban

"Emm tante sebaiknya kita masuk dulu, gak enak kalau diliat tetangga" saran Naib

"Oh ya.. masuk dulu" suruh Lisa, pintu pun ditutup

"Bawa saja Martha kekamarnya, dilantai dua, pintunya ada tulisan don't enter, tante mau menelpon papanya Martha dulu"

"Baik tante"

  Sesampainya di kamar Martha, Naib pun meletakkan Martha di kasur dan dia pun bimbang

'Bagaimana ini? lepas tidak ya? nanti dilepas dia hilang kendali, tapi kasihan juga tidak dilepas' cukup lama Naib berdebat dengan dirinya sendiri sampai suara pintu terbuka

I Don't Like You But I Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang