Majapahit 1295

71 3 0
                                    


Prabu Kertarajasa jayawardhana terdiam kala mendengarkan apa yang dyah Halayudha katakan, baginya ini sudah jauh dari yang dia perkirakan.

Hembusan nafas raja majapahit ini begitu keras terdengar, setiap tarikan nafas, terdengar ada beban pikiran pada dirinya.

Kesunyian mulai begitu terasa di pendopo agung, semua pejabat istana terdiam.

Mereka cuma bisa menunggu, apa yang akan sang prabhu Kertarajasa jayawardhana perintahkan.

"apa yang harus kita lakukan gusti prabhu?"

Tanya mahapatih Nambi, karena terlihat sang prabhu Kertarajasa jayawardhana mulai kebingungan mengambil langkah.

Bukannya prabhu Kertarajasa jayawardhana tidak tegas, namun dia harus berpikir jernih, bagaimanapun juga Ranggalawe adalah orang yang berjasa atas berdirinya majapahit.

"mohon ampun gusti prabhu, kita harus bertindak tegas terhadap makar, walaupun itu orang yang berjasa bagi berdirinya majapahit"

usul dyah Halayudha.

Sejenak gusti prabhu Kertarajasa jayawardhana terdiam, terlihat raut wajahnya sedang berpikir keras.

"baiklah.....,Kebo anabrang dan paman Lembu sora, pimpin prajurit kita menghadang mereka"

Prabhu Kertarajasa jayawardhana menyandarkan tumbuhnya pada singgasana kebesarannya, sorot matanya menatap langit langit pendopo agung.

Seolah olah dia mencari jawaban dari solusi yang teramat pelik baginya saat ini.

Namun jawaban dari permasalahan ini tidak dia dapatkan, cuma sebuah tanya yang tidak memiliki jawaban.

"kenapa semua ini bisa terjadi?"

Dengan mengutus Lembu sora sebagai pimpinan prajurit, prabhu Kertarajasa jayawardhana berharap Ranggalawe mengurungkan niatnya menyerang majapahit. karena ada hubungan paman dan keponakan.

Tapi dilema yang sama juga Lembu sora rasakan, sebagai pimpinan prajurit, dia harus bertindak tegas terhadap keponakannya sendiri.

Arya wiraraja seolah olah tidak percaya dengan apa yang Lembu sora katakan.

Dengan memejamkan mata, kepalanya terus dia geleng gelengkan sambil tertunduk.

Dia mencoba untuk menepis semua perkataan Lembu sora, namun sepertinya dia belum mampu untuk mendengar kenyataan yang terjadi.

"kenapa sang prabhu memerintahkan kamu yang memimpin penghadangan Ranggalawe?"

"mungkin dengan kehadiranku nanti, Ranggalawe bisa berubah pikiran, dan perang bisa di hindarkan"

Jawaban Lembu sora ternyata meragukan bagi Arya wiraraja, dia tahu betul akan sifat anaknya tersebut.

Meskipun prabhu Kertarajasa jayawardhana memerintahkan Lembu sora, tapi itu tidak akan bisa mengubah apapun.

Karena tipikal keras Ranggalawe, dan sikap tergesa gesanya, serta dia akan terus memperjuangkan setiap apa apa yang menurutnya benar.

Arya wiraraja sudah tidak dapat berbuat apa apa lagi, baginya mungkin ini suratan takdir bagi anaknya.

Majapahit 1295  Dam Tambak BerasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang