Sangkuni Masa Majapahit

111 4 0
                                    


Bukan cuma Ranggalawe yang tidak setuju atas jabatan patih amangkubhumi yang diemban oleh Nambi.
dyah Halayudha juga tidak setuju dengan diangkatnya Nambi sebagai patih amangkubhumi, namun dia tidak punya keberanian untuk menentang keputusan sang prabhu Kertarajasa jayawardhana.

Sebagai seorang bangsawan, dia merasa lebih terhormat dari yang lainnya.

"aku berdarah bangsawan, yang harusnya menjadi patih adalah aku"

otaknya mulai berpikir keras, bagaimana caranya agar dia bisa menduduki jabatan patih amangkubhumi.

Dia sadar jika tidak memiliki jasa apapun atas berdirinya majapahit, namun darah bangsawan yang dia miliki membuatnya bisa dalam lingkungan istana.

Untuk mencapai ambisi tersebut, dyah Halayudha harus bisa menyingkirkan orang orang yang dianggap punya jasa atas berdirinya kerajaan majapahit.

Saat ini ada satu kesempatan yang harus bisa dia manfaatkan, ketidak setujuan Ranggalawe atas pengangkatan Nambi sebagai patih amangkubhumi bisa dia manfaatkan.

Dia mulai mengatur siasat yang tepat, apapun caranya, jabatan patih amangkubhumi harus jatuh pada dirinya.

Hentakan kaki kaki kuda Ranggalawe membuat debu debu berterbangan, tali kekang kuda terus dia hentak hentakkan.
setiap mata yang tertuju padanya akan selalu bertanya tanya,
"ada apa dengan Ranggalawe?"

Saat derap langkah kaki kudanya telah menginjak di depan pendopo agung, dia agak tercengang.
karena suasana pendopo agung begitu sepi dan sunyi, cuma ada beberapa penjaga.

"tak seperti biasanya pendopo agung terlihat sepi?"
pikirnya dalam hati.

baru beberapa langkah menginjakkan kaki di lantai pendopo agung.

"Ranggalawe....., hendak kemana saudaraku?"

"oh.....tuan dyah Halayudha, aku ingin menemui gusti prabhu"

"oh.....saudaraku Ranggalawe, aku mohon maaf sebelumnya, gusti prabhu Kertarajasa jayawardhana tidak ingin di ganggu"

"ada apa?"

"beliau sedang merenungkan kata kata saudara waktu di pendopo agung dulu"

"aku sangat menyesal"

"kembalilah kesini sembilan atau sepuluh hari lagi,akan ada perubahan dari gusti prabhu"

"baiklah tuan dyah Halayudha,untuk sementara waktu aku akan pulang ke Tuban dahulu"

"hati hati dalam perjalanan saudaraku Ranggalawe"

Kepergian Ranggalawe ke Tuban membawa angin segar bagi rencana dyah Halayudha,
ini kesempatan mas yang ditunggu tunggu, karena dia cuma tinggal memainkan momen yang tepat.

Dyah Halayudha mulai pasang aksi dan mengadu domba, dia langsung menemui sang prabhu Kertarajasa jayawardhana.

"mohon ampun gusti prabhu"

"ada apa paman Halayudha?"

"Ranggalawe marah marah tadi di luar pendopo agung, tapi untunglah hamba berhasil mengusirnya"

"ada masalah apa?"

"tentu saja masalah jabatan yang tidak adil menurutnya"

"sekarang kemana dia paman?"

"tentu saja pulang ke Tuban gusti prabhu"

Raja Kertarajasa jayawardhana terdiam, hati kecilnya tidak menginginkan hal ini.
tapi dia juga sangat tahu, siapa itu Ranggalawe.

"paman dyah Halayudha, pergilah ke Tuban dan temui Ranggalawe"

"baik gusti prabhu"

"katakan jika aku memanggilnya untuk datang ke kota raja"

"baik gusti prabhu, akan hamba laksanakan"

Majapahit 1295  Dam Tambak BerasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang