Langit cerah Tuban, dan gulungan gulungan ombak yang berkejar kejaran di lautan, menambah indah suasana saat ini."ini yang kamu inginkan?, maka pada hari ini aku turuti keinginanmu"
Ucap Ranggalawe sambil mengamati ribuan prajuritnya yang mulai bergerak meninggalkan Tuban.
Sebenarnya bagi Ranggalawe, lewat jalur laut dan sungai akan lebih cepat sampai di majapahit.
Karena tidak memiliki kapal dan perahu dalam jumlah besar untuk mengangkut para prajuritnya, dengan terpaksa dia pergunakan jalur darat untuk menuju majapahit.
Kuda Ranggalawe berjalan paling depan, sesekali pandangannya menatap langit yang berwarna biru.
Ada harapan pada dirinya, semoga sang dewa merestui langkahnya dan pulang membawa kemenangan.
Ranggalawe sadar, bahwa medan yang harus dilalui oleh prajuritnya tidaklah mudah.
Bukit kapur dengan jalanan yang naik turun sudah pasti akan mereka lalui.
Terbesit rasa kecemasan juga pada dirinya, jika nanti tiba di majapahit, para prajuritnya sudah merasa kelelahan.
Tapi Ranggalawe mencoba untuk menepis semua pikiran buruknya, dia terus memberi keyakinan pada dirinya sendiri, bahwa para prajuritnya akan mampu memenangkan pertempuran ini.
"Jalak suto, kita akan menyerang dari arah barat majapahit"
Jalak suto terdiam sejenak, sempat berpikir dalam benaknya,
menyerang dari arah barat, berarti perjalanan akan terasa agak jauh."gusti adipati, kenapa kita tidak langsung menyerang saja lewat pelabuhan canggu?"
"aku ingin menarik perhatian mereka untuk keluar dari kota raja"
Jalak suto terdiam dengan jawaban Ranggalawe tersebut, padahal dalam hati kecilnya, dia kurang setuju dengan usulan itu.
Berita mengenai bergeraknya para prajurit Tuban sudah sampai ke kota raja.
Lembu sora dan Kebo anabrang mulai mempersiapkan para prajurit majapahit, guna menghadang serbuan prajurit Tuban.
Ada kebimbangan yang menyelimuti pada Lembu sora, mana mungkin dia bisa melepas ikatan keluarga, antara paman dan keponakan.
Tapi dia sadar dengan tugas yang sang prabhu Kertarajasa jayawardhana yang di berikan kepadanya.
Tujuannya adalah menghentikan rencana Ranggalawe tanpa pertumpahan darah, namun dia juga tahu siapa Ranggalawe itu sebenarnya.
"apa kau tidak tega membunuh Ranggalawe?"
Lembu sora terdiam, dengan sorot mata tajam dia memandang wajah orang baru saja melontarkan pertanyaan tersebut.
Namun hal tidak terduga terjadi, Lembu sora tidak menjawab pertanyaan tersebut.
Tapi dia langsung berlalu dari orang itu, dan pergi meninggalkannya.
"hey...., kau belum jawab pertanyaanku Lembu sora.."
Tapi Lembu sora terus berlalu tanpa menengok lagi ke belakang.
"sudahlah Kebo anabrang, ini kesempatanmu"
Kebo anabrang yang merasa kesal karena tidak dihiraukan oleh Lembu sora agak terkejut dengan hadirnya orang di belakangnya.
"oh...rakrian dyah Halayudha"
"sudahlah....., ini kesempatan bagimu untuk membunuh Ranggalawe"
Dengan penuh keheranan, dan kurang paham dengan maksud yang dyah Halayudha sampaikan, Kebo anabrang balik bertanya.
"kenapa harus aku rakrian dyah Halayudha?"
"ha....ha.....Kebo anabrang....,Kebo anabrang, apa jasamu atas berdirinya majapahit"
Pertanyaan yang sangat menusuk bagi Kebo anabrang, namun memang itu adalah kenyataannya.
Kebo anabrang terdiam, untuk pertanyaan yang satu ini dia tidak memiliki jawaban.
"ini kesempatanmu, bunuh Ranggalawe, dan kau akan dianggap berjasa bagi majapahit"
Menjalar api tekad membakar seluruh jiwa Kebo anabrang, apa yang dikatakan dyah Halayudha ada benarnya.
Apa kata anak cucunya nanti, jika dirinya menjadi pejabat majapahit tanpa memiliki jasa yang bisa di banggakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Majapahit 1295 Dam Tambak Beras
Historische RomanePengangkatan Nambi oleh raden Wijaya sebagai mahapatih amangkubhumi majapahit,menjadi sebuah polemik yang teramat pelik. Ranggalawe dengan sikap beraninya, secara terang terangan menentang keputusan raden Wijaya ini. Bagi Ranggalawe,Nambi bukanlah o...