bagian tiga : halaman dua

2K 215 2
                                    

Jaemin membuka sedikit pintu balkonnya, menikmati hujan sorenya dengan jaket dan syal yang ia gunakan, nyaman. coklat panas buatannya menjadi temannya.

Dirinya menghela nafas dan menundukkan kepalanya setelahnya, senyum terbit di wajahnya, walau bibirnya pucat.

"Hujan, kenapa baru datang?" tanyanya pada hujan yang turun. dirinya tau pertanyaannya tidak akan terjawab, tapi tak apa.

Memorinya berputar. Tentang ia dan kakaknya, temannya, para sahabatnya, dan mungkin Ayah, Mama, serta adiknya? bahkan memori tentang dirinya berputar.

memorinya yang sedang menyayat tangannya, meminum banyak obat obatan, dan banyak lainnya. jaemin menghirup bau hujan yang dapat menenangkannya.

"Bang, Bun... jaemin sekarang sendirian di rumah ini. Simbok dipaksa pulang kampung sama Ayah..." jaemin tersenyum kecil, miris.

"Jaemin mau di peluk hangat Ayah saat hujan, kayak, Ayah meluk Lami."

"Jaemin rindu, rindu Abang. Jaemin mau, mau seperti keluarga lainnya yang duduk hangat berkumpul bersama dengan beberapa cangkir teh hangat dan coklat panas. membicarakan bagaimana hari mereka, apakah menyenangkan atau tidak?"

senyum manisnya tetap terpasang disana dengan buliran air mata membasahi pipinya.

srukk!

"tak apa, disini ada kita..."

Jaemin menolehkan badannya mendapati para sahabatnya.

"Hai! Gue bawa yang hangat hangat nih!" seru Chenle.

"Gue udah buat teh anget, yuk turun kita makan bareng bareng!" seru Haechan dari arah pintu.

Jeno merendahkan tubuhnya. "Naik! kita senang senang!" ujar Jeno.

"Yo! Jaemin! Makan bareng bareng lah kuy!" ajak Mark yang sedang membantu Haechan membawa nampan berisi teh hangat.

Renjun mengelar tikar di ruang tamu dan Jisung membuka pintu rumah itu serta menyalakan lampu. Jeno mendudukkan Jaemin lalu turut membantu Chenle membawa sendok, garpu, dan makanan.

"Sung, piring!" pinta Chenle di anggukkan oleh Jisung.

bau bakmi godok dan teman temannya menyengat, membuat perut perut mereka semua berdemo memintanya.

"Jaem, mau apa lo?" tanya Renjun.

"Yang ada aja..." jawab Jaemin. Renjun menuangkan bakmi godok ke mangkuk Jaemin.

"Biar anget!" ujar Renjun di anggukkan oleh Jaemin.

mereka semua memakan makanan mereka dengan canda dan tawa diantara mereka. "ah, bang! masa lo gak tau?!" pekik Jisung. ah, mereka baru saja membicarakan berita hot dari sekolahan.

"ya mana saya tau, saya kan ikan!" jawab Jaemin.

"Berarti lo mermaid dong, anjeng!" seru Jeno.

"Mermaid jadi jadian!" ujar Mark menambahi kemudian tertawa sendirian. hening sebentar lalu terdengar tawa mereka bersamaan.

"Receh banget, bajeng!" seru Haechan.

"Le, sayang sama telinga gue!!" ujar Jaemin.

"btw, bakminya enak gak?" tanya Chenle.

"enak kok..." jawab Jisung.

"Rasanya seperti anda menjadi—"

"—ironman!!"

"Gak nyambung anjeng!!" seru Renjun. lagi tawa mereka pecah di antara suara rintik hujan.

hujan, terimakasih sudah turun dan membawa keenam sahabat lelaki ini datang dan membawa tawanya kembali terdengar. Rindu lelaki itu sedikit terobati, terimakasih...

to be continued

tentang hujan — seismograf, spotify podcast

Kamis, 17 September 2020

rendirse ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang