Jisung terbangun dari tidurnya, padahal hari ini ia sudah berencana untuk tidur saja seharian. Sayang saja semuanya tidak sesuai keinginannya. Jisung meregangkan sebentar otot-ototnya lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, lalu setelah itu sarapan bersama keluarganya. Ia langsung kembali ke kamarnya setelah menyelesaikan sarapan bersama keluarganya.
Jisung menatap ponselnya, ia ragu untuk menelepon Chenle namun ia juga merindukan sahabatnya itu. Ia melihat ke luar jendela kamarnya, Jisung melihat seorang anak kecil berwajah pucat yang sedang menatapnya kosong. Jisung dengan segera mengalihkan pandangannya. Dia sedikit merinding saat melihat tubuh anak kecil itu yang terkoyak.
"Aku lelah melihat hantu-hantu itu. Dari aku kecil sampai sekarang, di manapun dan kapanpun mereka selalu saja muncul. Namun, hingga saat ini tidak ada yang mengetahui kemampuan spesialku. Ah, spesial apanya? Ini bagai sebuah kutukan bagiku, mereka menyeramkan, aku takut," ucap Jisung bermonolog sambil menatap kembali ke luar jendela, namun anak kecil tadi sudah tidak ada.
"Kemampuanku ini membuatku bisa merasakan Mark hyung akan mendapatkan hal buruk, hah menyakitkan sekali karena aku merasakan hal buruk yang di alami Mark hyung sangat besar. Mata kami saling bertemu kemarin, namun sepertinya dia tidak mengetahui bahwa aku bisa melihatnya, semoga saja," ucap Jisung lalu menghela napas.
Jisung kembali menatap ponselnya, melihat nomor Chenle lekat-lekat. Ia merindukannya, ia ingin bercerita padanya, ia ingin bersenda gurau dengannya. Walaupun pertengkaran kecil selalu terjadi, namun itulah yang membuat mereka berdua menjadi sedekat ini. Tanpa ragu, Jisung segera menekan tombol panggilan. Tak perlu menunggu lama, Chenle sudah mengangkatnya.
"Halo Jisung. Kebetulan aku sedang senggang saat ini, dan kau meneleponku. Ada apa?" tanya Chenle.
"Aku ingin bercerita padamu hyung. Ngomong-ngomong, bagaimana kabarmu di sana hyung?" tanya Jisung
"Aku baik-baik saja. Tunggu, tiba-tiba kau ingin bercerita padaku? Apakah di sana terjadi sesuatu? Kau dan yang lain baik-baik saja kan?" tanya Chenle kembali pada Jisung.
"Kemarin Renjun hyung membeli apartemen Mark hyung, dan mengatakan bahwa Mark hyung sudah tiada," jawab Jisung lirih. "Namun Jaemin hyung tidak mempercayainya dan memutuskan pertemanan dengan Renjun hyung begitu saja," lanjut Jisung.
"Benarkah? Kenapa Jaemin hyung sampai memutuskan pertemanan begitu saja? Tapi apakah kau percaya dengan ucapan Renjun hyung?" tanya Chenle.
"Ya," jawab Jisung singkat. Terdengar oleh Jisung bahwa Chenle sedang terkejut. "Itu karena aku mempunyai kelebihan, hyung," lanjutnya.
"Apa maksudmu? Jangan bercanda Jisung," ucap Chenle tak sabar.
"Aku tidak bercanda, hyung. Dari kecil aku bisa melihat yang tidak bisa orang biasa lihat. Ya, aku bisa melihat mereka dan aku juga bisa merasakan sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dan sesekali aku bisa melihat sebuah kejadian di masa lalu," jelas Jisung sedikit ragu dan khawatir.
"Wah, hebat," ucap Chenle. "Jadi, apa benar Mark hyung...," lanjut Chenle tak menyelesaikan kalimatnya.
"Ya," jawab Jisung lalu menghela napas. "Aku sudah memperingatkan Mark hyung agar tidak pergi."
"Tapi bagaimana Mark hyung bisa meninggal? Maksudku, bagaimana dia meninggal? Bukankah dia berada bersama keluarganya?" tanya Chenle.
"Aku akan menggunakan kemampuanku untuk membantu Mark hyung, kau tenang saja hyung," jawab Jisung yakin.
"Apa teman-teman yang lain mengetahui kemampuanmu?" tanya Chenle sebelum Jisung menutup panggilan.
"Tidak, hanya kau. Dan kumohon jangan katakan atau ceritakan ini pada siapapun hyung," jawab Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERITAS
Fanfiction"VERITAS & PSEUDOLOGOI" Renjun dan teman- temannya yang terus berusaha mencari keberadaan Mark yang menghilang. Mendapat bukti dan kebenaran yang di dapat dari petunjuk yang hanya dilihat oleh orang istimewa membuat Jaemin dan Jeno merasa ragu, menj...