XIII

52 4 3
                                    

"Kau jangan berbicara omong kosong, Renjun," ucap Jaemin setelah mendengar Renjun yang berbicara bahwa Mark semakin memudar hingga sulit dilihat. Sungguh, dia tidak akan percaya dengan semua itu.

"Sungguh, aku tak berbohong. Hyung, kenapa kau menjadi seperti ini?" tanya Renjun pada Mark dengan air mata yang sudah menggenang. Sedangkan Jisung melihat Mark dengan tatapan sendu. Mencoba menahan tangisnya.

Mark tersenyum ke arah Renjun, "aku sepertinya tidak memiliki waktu banyak," jawabnya.

Renjun ingin sekali memeluk Mark, namun melihatnya saja cukup sulit sekarang. Tubuh Mark terkadang terlihat terkadang tidak, sulit bagi Renjun untuk melihat Mark. "Maafkan aku hyung. Aku akan segera mencari kebenarannya, kumohon bertahanlah sebentar lagi," ucap Renjun sambil menahan tangisnya.

"Renjun, sudahlah. Baru saja aku percaya padamu, jangan bohongi kami dengan omong kosongmu," ucap Jaemin dengan tegas, dia sungguh tidak akan percaya bahwa Mark sudah sulit untuk dilihat.

"Terserah kau saja! Ayolah teman-teman, bantu aku. Mark hyung tidak punya banyak waktu lagi," ucap Renjun sedikit berteriak.

"Aku pulang saja. Ayo Jeno, percuma saja kita di sini. Hanya buang-buang waktu," ucap Jaemin lalu berjalan bersama Jeno menuju pintu keluar.

"Renjun hyung tidak berbohong," ucap Jisung tiba-tiba, membuat Jaemin dan Jeno yang hendak pergi kembali berbalik. Dan menatap Jisung bingung.

Bukan hanya Jaemin dan Jeno, bahkan Renjun, Mark dan Haechan pun secara bersamaan menatap Jisung untuk meminta penjelasan. Renjun berpikir kalau Jisung percaya padanya, tapi tidak. Renjun merasakan hal lain pada Jisung, perasaan yang pernah dia rasakan saat mengantar Mark di bandara.

"Aku bisa melihat Mark hyung, sejak awal memang aku bisa melihatnya. Bahkan sejak kecil aku dapat melihat yang seperti Mark hyung, ada  banyak sekali. Aku sampai hampir gila karena melihat mereka di mana-mana," ucap Jisung dengan cepat. Mark yang mendengarnya pun sangat terkejut. Bukan hanya Mark, tapi yang lain sama terkejutnya, begitupun Renjun.

Renjun sedikit merasa lega, karena dengan begini dia mendapat teman sepertinya. Dia juga dapat membuat yang lain percaya tentang apa yang dilihatnya.

"Benarkah itu Jisung?" tanya Jaemin masih tak percaya.

"Kau tidak percaya padaku juga? Terserah kau saja hyung, aku dan Renjun hyung saja yang membantu Mark hyung," jawab Jisung.

"Bukan, maksudku bukan seperti itu," ucap Jaemin gelagapan saat melihat Jisung yang menatapnya kecewa.

"Yang terpenting aku dan Renjun hyung telah mengatakan yang sebenarnya. Hyung, Aku dapat melihat wajah Mark hyung ssekarang, dia seperti kecewa padamu hyung," ucap Jisung berbohong. Jaemin pun menunduk, merasa menyesal.

Jisung menggigit kedua bibirnya mencoba menahan tawa saat melihat wajah bersalah Jaemin, Jeno dan juga Haechan. Sedangkan Renjun menatap Jisung dengan pandangan bingung.

"Maafkan aku. Aku hanya tak ingin berpikir negatif, jadi aku tidak mudah percaya. Padahal di saat seperti ini, sehaarusnya kita saling percaya. Jujur saja, aku tidak dapat menerima kenyataan yang menyakitkan seperti ini," ucap Jaemin dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Mark hyung aku minta maaf," ucap Jaemin menunduk dalam lalu menangis.

"Sudahlah, kau tidak ingin terlihat lebih parah dari pada Jisung saat menangis, bukan?" tanya Haechan mencoba menenangkan, walau sebenarnya dia pun sedang menahan tangisnya.

"Tapi aku mengecewakan Mark hyung," jawab Jaemin masih menangis. Bahkan semakin kencang.

"Kami memaklumimu Jaemin, kau hanya tak ingin mendengar hal yang buruk, bukan? Kami menyukaimu yang selalu berpikir positif di antara kami, tetapi jangan sampai kau lupa pada realita," ucap Jeno lalu memeluk Jaemin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VERITASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang