Chenle terdiam di kamarnya, dia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Chenle masih menangis. Kamarnya pun terlihat seperti telah diterjang badai, semua barang sungguh terlempar jauh dari tempat seharusnya.
Chenle perlahan membuka selimut yang menetupi dirinya, dia menghapus kasar air matanya. Mencoba sekeras tenaga untuk tidak menangis. Dia menghela napas lalu meraih handphone miliknya.
Chenle kembali menangis, sungguh, dia tidak dapat menahan tangisnya saat melihat foto wallpaper yang terpasang di handphone-nya. Tersenyum miris saat mengingat semua kebahagiaan yang dia lakukan bersama dengan teman-temannya, termasuk Mark.
-
"Yak, Zhong Chenle kembali belajar atau aku tidak akan mentraktirmu dan yang lainnya," ucap Mark kesal karena melihat Chenle yang fokus bermain game.
"Kenapa kami pun terbawa?" tanya Haechan tidak terima.
Tentu saja. Haechan sejak tadi sudah belajar. Dan pastinya karena alasan traktiran oleh Mark Lee itu membuat Haechan semangat untuk belajar.
"Tentu saja agar kalian membantuku membujuk Chenle," jawab Mark.
"Tidak adil."
"Tak apa, lagipula aku tidak terlalu membutuhkan traktiran," ucap Renjun santai dan tetap fokus dengan buku-bukunya.
"Benar, akupun dapat membelinya sendiri," ucap Chenle yang masih fokus bermain game.
"TIDAK BISA!!" bantah Haechan keras membuat Renjun terkejut dan menatap Haechan sengit. "Kau tahu kan pepatah yang mengatakan bahwa makanan gratis itu lebih enak daripada makanan yang berbayar? Jangan menyia-nyiakan begitu saja selagi ada Huang Renjun," lanjut Haechan tidak memperdulikan tatapan sengit Renjun padanya.
Jeno hanya bisa tersenyum melihat kelakuan teman-temannya dan melanjutkan belajarnya. Sedangkan Jisung sedari tadi terus merengek untuk dibelikan es krim pada Mark. Jisung belajar dengan bibirnya yang dimajukan, merasa kesal karena tidak mendapat es krim yang diinginkannya.
"Apakah kalian belum makan sebelum belajar? Haechan apakah kau belum makan?" tanya Jaemin. Haechan mengangguk, dan menunjukkan wajah memelas agar Jaemin merasa kasihan padanya dan menyuruh Mark untuk mentraktirnya sekarang.
"Salah kau sendiri. Sudahlan ayo, lebih baik kita lanjutkan belajar," ucap Jaemin, Haechan langsung mencibir dan mengomel dalam hati.
Sudah sekitar dua jam mereka belajar, akhirnya Mark mengajak mereka untuk makan bersama. Mark yang traktir tentunya. Haechan yang paling bersemangat hingga berlari saat keluar dari perpustakaan.
"Ayolah, aku sudah sangat kelaparan. Kalian berjalan sangat lambat," omel Haechan pada teman-teman yang lainnya karena mereka beralan tepat di belakang Haechan dengan jarak cukup jauh.
"Yak, kau saja sana. Aku akan berjalan dengan Mark hyung karena dia yang akan membayar. Tidak mungkin aku meninggalkan orang yang akan mentraktir," balas Renjun.
"Kau bilang tak perlu ditraktir huh," ucap Haechan sinis, Renjun hanya tertawa kecil setelah menggoda temannya yang satu itu.
Chenle berlari mengejar Hachan yang sudah berada di depan cukup jauh. "Hyung ayo kita pergi bersama," ajak Chenle.
Haechan merangkul Chenle dan tersenyum lebar, "lihatlah, seharusnya kalian mencontoh Chenle," ucapnya pada temannya yang lain.
Chenle tertawa riang, dia sangat bahagia ketika bersama dengan ke-enam temannya. Kebahagiaan yang tak dia dapatkan di rumahnya, tapi dia mendapatkannya ketika bersama teman-temannya. Walaupun tak jarang orang tua Chenle melarangnya untuk bermain bersama mereka, namun Chenle tetap bermain dengan mereka.
Chenle mana mungkin membiarkan dan melepas teman-temannya begitu saja. Chenle tidak ingin kebahagiaan yang dia dapat bersama teman-temannya dengan mudahnya dia lepas.
"Hyung, apa kita akan selalu seperti ini?" tanya Chenle pada Haechan yang masih merangkulnya. Chenle menatap Haechan dengan tatapan lembut.
"Tentu saja. Jika ada yang mengganggumu di kelas, bilang saja padaku," ucap Haechan lalu menunjuk dirinya dengan berani.
"Apa kau akan melawannya?" tanya Chenle dengan semangat.
"Tidak. Aku akan lapor pada Mark hyung dan tentu saa Mark hyung yang akan melawannya. Dia sudah berjanji akan menjaga kita semua, bukan?" Haechan mengusak rambut Chenle gemas.
"Kenapa tidak aku saja yang langsung lapor pada Mark hyung kalau begitu."
"Tidak bisa begitu. Setidaknya Renjun pasti akan iri jika aku berperan aktif," ucap Haechan dengan percaya diri. Dan tentu saja terdengar oleh Renjun.
Renjun menggeram kesal dan memalingkan wajahnya, mencoba meredakan emosinya. Sedangkan Mark hanya terkekeh melihat kelakuan Haechan. Jeno, Jaemin dan Jisung segera menghampiri Chenle dan Haechan lalu saling merangkul.
"Renjun, ayo bergabung," ajak Mark pada Renjun. Renjun hanya mengangguk lalu mereka bertujuh saling merangkul dan saling tertawa bersama.
"Ingat ini. Kita akan selalu bersama sampai kapanpun. Pertemanan kita selamanya. Dan tentu saja aku akan menjaga kalian semua," ucap Mark dan mereka semakin tersenyum bahagia.
Chenle tersenyum. Chenle percaya bahwa mereka akan selalu bersama. Teman-temannya lah yang memberikan semua yang Chenle butuhkan. Ia merasa bersyukur ketika melihat teman-temannya bahagia. Dan tentu dengan dirinya yang bersama dengan teman-temannya.
-
Chenle kembali menangis setelah mengingat kenangan bersama teman-temannya. Ia mengacak rambutnya, ia sungguh frustasi. Pertemanannya kini sungguh kacau, apakah semua ini disebabkan oleh orang tuanya?
Belum lagi apa yang dikatakan Jisung bahwa Jaemin yang memutuskan pertemanannya dengan Renjun. Sungguh, Chenle tidak menyangka ini semua akan terjadi. Semua sangat diluar dugaannya.
"Mark hyung, maafkan aku bila memang ini kesalahan kedua orang tuaku. Aku meminta maaf atas mereka. Hyung, aku tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Kenapa kau pergi disaat seperti ini. Bagaimana cara menyatuka kita semua kembali hyung," lirih Chenle entah pada siapa.
Jika boleh jujur, sebenarnya Chenle masih tidak percaya bahwa orang tuanya yang membunuh Mark. Namun, Jisung tak pernah berbohong, ia menjadi sangat bingung sekarang. Chenle terdiam sejenak, ia masih belum mengetahui alasan orang tuanya membunuh Mark.
Dengan segera, Chenle menelepon Jisung. Tak butuh waktu lama, Jisung segera mengangkat telepon dari Chenle.
"Halo hyung," sapa Jisung.
"Jisung, kenapa orang tuaku membunuh Mark hyung? Kenapa?!" tanya Chenle sambil berteriak. Dia tidak ingin terlalu berbasa-basi sekarang.
"Tenanglah hyung, akan kujelaskan sekarang," Jisung menghela napas sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. "Ini semua karena perusahaan keluargamu dan keluarga Marjk hyung. Kurasa ini masalah persaingan bisnis, hyung. Aku tidak terlalu paham, tapi kupikir itu adalah kunci utama permasalahannya," jelas Jisung.
"Serakah sekali orang tuaku. Jisung, aku sungguh takut. Aku tak ingin teman-teman yang lain membenciku, aku sungguh takut sekarang," ucap Chenle disela-sela tangisnya.
"Tenanglah hyung, mereka tak akan membencimu. Lagipula ada aku di sampingmu," ucap Jisung menenangkan.
"Terimaksih Jisung. Aku ingin pergi dari sini, aku ingin kembali ke Korea," ucap Chenle dengan serius.
"Sungguh hyung?" tanya Jisung terkejut.
"Tunggu aku. Aku akan membongkar semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
VERITAS
Fanfiction"VERITAS & PSEUDOLOGOI" Renjun dan teman- temannya yang terus berusaha mencari keberadaan Mark yang menghilang. Mendapat bukti dan kebenaran yang di dapat dari petunjuk yang hanya dilihat oleh orang istimewa membuat Jaemin dan Jeno merasa ragu, menj...