6• Gimana Aima?

9 2 0
                                    


Matahari terbenam, langit mulai menggelap. Angin terasa lebih kencang. Malam yang ramai di setiap jalan karena besok itu weekend.

"Aima, makasih udah ngeluangin waktunya malam ini" ucap Theo dengan gembira

"Iya Kak gapapa" Aima tersenyum

"Ai, langsung aja ya! Mau ga jadi pacar aku?"

"Ehh? Kok?" Aima kaget tangannya tiba-tiba di pegang oleh Theo. Aima merasa aneh Kak Theo berani megang tangannya dan di gengam seperti ini.

"Gimana Aima?" Tanya Theo sambil tersenyum dan mengelus-elus tangan Aima yang berada di genggamannya.

Suasana Cafe di Kota sedang ramai, banyak suara orang-orang sedang mengobrol, Cafe itu berAC tapi entah mengapa seketika Aima merasa kepanasan.

Aima bingung tidak tahu harus menjawab apa, walaupun sebelumnya sudah di niatkan untuk mencoba membuka hati tetapi mengapa tiba-tiba ia merasa gelisah dan tidak berani untuk menjawab.

Dalam keadaan kedua tangannya yang sedang di genggam oleh Theo, Aima semakin merasa tidak nyaman dan tidak tahu harus berbuat apa. Rasanya bercampur aduk.

"Hemm kakkkk.." Aima mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Theo

"Jangan kak dong manggilnya, anggap aja kita sepantaran" ucap Theo tersenyum dan masih saja mengelus-elus tangan Aima

"Ehh, iya ok aku terima Kak!" Aima tersenyum dan menarik tangannya, lanjut memakan cemilan dan meneguk minuman yang ada di atas mejanya

"Uhh lega juga akhirnya, makasih sayang!" Ucap Theo tersenyum mengelus kepala nya Aima.

Aima berpikir benar tidak ya ia menerima Theo dengan semudah ini, dulu sewaktu jadian sama Akarllen saja lebih dari setahun untuk kenal dan pendekatannya sedangkan ini hanya baru 2bulan jalan mereka dekat. Aima belum tahu rumahnya, keluarganya, dan yang ia ingat kata-kata dari ibu jangan lupa lihat bibit bebet bobot, setidaknya memilih seseorang yang tidak akan merugikan kita suatu saat nanti jika itu berjalan untuk waktu yang lama.

Ia merasa ragu terhadap pilihan nya sekarang, tapi ia berusaha berpikir positif dan tidak lupa untuk berpikir 2x, tidak apa-apa sekarang belum mengenal jauh karena proses yang akan membawa nya untuk lebih mengenal jelas tentang Theo dan keluarganya.

Ia merasa harus menghilangkan pikiran-pikiran negatif dari otaknya jika ingin mulai mencoba semuanya yang baru dan dengan orang yang baru pula karena ia terus-menerus teringat Akarllen yang sudah hilang itu dan sekarang waktunya untuk ia melupakannya.

"Tau ga yang?" Tanya Theo

"Tau apa kak?" Jawab Aima sambil memakan cemilannya

"Jangan panggil Kak, aku ga suka!" Jawab ketus Theo

"Eh, iya terus Aima harus panggil apa? Aima belum pernah manggil seorang pacar dengan sebutan lain kecuali nama aslinya"

"Ya karena sekarang kamu pacar aku, dan aku panggil kamu yang, ya kamu juga harus panggil aku dengan sebutan itu lagi dong"

"Ohh iya akan diusahakan, yang. Heheheh" jawab Aima yang merasa aneh dengan menyebut panggilan itu

"Gapapa nanti juga terbiasa kok! Eh tau ga sih yang?" Ucap Theo sambil membenarkan posisi duduknya

"Iya apa?" Aima tersenyum

"Kamu adalah cewek yang paling sulit aku dapatkan!"

"Ah!" Aima kaget dengan apa yang diucapkan oleh Theo, dan apa yang dimaksud dengan yang paling sulit itu

"Iya yang, kamu benar-benar sulit aku dapetin. Mau jadian kaya gini aja makan waktu lebih dari 2bulan" Theo meminum minuman nya

"Masa sih? Emang seharusnya gimana?" Tanya Aima untuk mengetahui apa yang di maksudkan oleh Theo

"Nih ya yang, dulu aku kalau ada cewek yang mau aku jadiin pacar ga sampe lebih dari 2 bulan kaya gini karena biasanya satu minggu juga dapet" Theo mengeluarkan sebatang rokok

"Bisa gitu yaa? Hehe" Jawab Aima

"Iya kamu hebat sayang susah banget aku dapetin!" Ucap Theo sambil membakar ujung rokok yang ia pegang

"Ehh jangan ngerokok dong inikan ruangan berAC!"

"Eh iyaiya lupa, ya sudah aku matikan nanti lanjut diluar" jawab Theo dan mematikan ujung rokoknya yang sudah terbakar

Perihal cowok perokok Aima tidak mempermasalahkan itu karena ia merasa di situasi dunia sekarang sudah hampir semua cowok merokok kalaupun ada cowok yang tidak merokok pun masih bisa dihitung pakai jari ataupun sulit untuk menemukan keberadaannya.

Namun topik pembicaraan malam ini ia merasa kurang nyaman dengan Theo, karena malam ini adalah malam jadinya mereka Aima pun berusaha untuk memaklumi itu dan kemungkinan memang seperti itulah Theo, ia berpikir mungkin karena belum terbiasa makanya pikiran negatif itu selalu ada.




Makasih banyak yang udah ngeluangin waktunya untuk membaca ✨🙏  mohon bantuannya  dan dukungannya untuk kasih aku vote, dan tinggalin sepatah dua patah di kolom komentar biar aku bisa terus belajar biar lebih baik lagi✨🙏😭😭

#salamsayangdariaku

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 05, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm WrongWhere stories live. Discover now