Chapter 2

23.8K 2.6K 132
                                    

Aku mengerut. Paginya tetap sama, aku akan terbangun di kamar yang sama, di rumah yang sama. Ini sudah malam ketujuh aku menjadi Diana Lamonica. Si antagonis yang paling aku benci. Apa ini karma karena aku terlalu membenci tokoh Diana, ya?

"Nona saatnya sarapan," Ucap seorang pelayan pribadiku.

Dia adalah Apple Maurice. Sesuai dengan namanya, dia memiliki rambut sewarna merah apel, warna rambut khas keluarga Maurice. Dia adalah seorang anak konglomerat yang keluarganya runtuh karena usahanya ditipu sehingga rugi besar. Akhirnya keluarga Maurice mengerjakan sebuah peternakan dan perkebunan yang masih bisa mencukupi kehidupan mereka.

Diana pertama kali bertemu dengannya kala Apple dengan susah payah menjual bunga mawar yang hanga terjual beberapa. Di saat itu pun dia menawarinya bekerja sebagai pelayan pribadinya.

Aku memakan sarapanku dengan lahap kemudian setelah selesai aku pergi mandi. Badanku sudah sembuh total jadi aku memutuskan untuk berjalan-jalan di taman. Aku mengenakan gaun berwarna putih dengan garis-garis berwarna hijau muda, di sekeliling pundaknya terdapat renda yang besar.

Karena dulu aku orang yang mudah beradaptasi, jadi tidak sulit bagiku untuk dekat dengan orang-orang di rumah. Hal pertama yang akan aku lakukan hari ini adalah bertemu ayah karena aku mendapat pesan untuk pergi ke sana di pagi hari. Kira-kira ada apa ya?

Aku mengetuk pintu ruang kerja ayah. "Masuklah."

Di dalam ruangan itu terdapat seorang prajurit dengan ayah masih berkutat dengan dokumen.

"Kau rupanya. Perkenalkan dia adalah Reyland Gracetian yang akan menjadi pengawal barumu mulai hari ini."

Reyland membungkuk kepadaku, aku hanya mengangguk. Dia adalah salah satu prajurit terbaik yang dimiliki keluarga ini. Rambutnya berwarna merah scarlet dengan mata cokelatnya yang sayu, tidak ada yang menyangka jika lelaki yang sepertinya lemah lembut ini adalah seorang kesatria yang pantas diacungi jempol. Kemudian, aku pamit setelah urusan dengan ayah usai.

"Tuan Reyland."

"Panggil saja Reyland, nona."

Aku mengangguk. "Hari ini aku akan berjalan-jalan dengan adikku di taman. Jadi aku akan pergi mencarinya terlebih dahulu."

Reyland sedikit berpikir. "Sepertinya saya baru saja melihat tuan muda Edric sedang membaca buku di rumah kaca."

"Kalau begitu, ayo kita ke sana."

Kemudian kami pergi ke rumah kaca. Benar kata Reyland, Edric sedang membaca di sana. Aku menghampirinya kemudian duduk di sampingnya.

Edric memiliki warna rambut yang sama denganku dan ibu. Hanya saja warna matanya mengikuti warna mata ibu, yaitu hijau tua. Dia lebih muda dua tahun tapi meski begitu dia lebih tinggi dibanding kakaknya.

"Ed, ayo jalan-jalan ke taman!" Aku mengajaknya sambil mengambil dan menutup buku yang Edric baca.

"Aku belum menandai halamannya..." Aku terkekeh kemudian menarik Edric agar berdiri.

Edric hanya pasrah dan mengikuti apa yang aku inginkan. Edric merasa asing karena ada seorang pengawal yang mengikuti kami. Tentu saja dia tahu siapa lelaki itu, dia adalah salah satu prajurit terbaik yang dimiliki keluarga Lamonica.

"Kak, apa dia pengawal barumu?" Bisik Edric.

Sekarang kami sudah berjalan-jalan mengitari taman.

"Ya. Ayah memerintahnya pagi tadi. Aku pikir aku akan baik-baik saja."

Edric mendengus, "Kalau sampai kakak dalam bahaya lagi maka prajurit yang mengawal dirimu akan berakhir di tanganku."

Aku diam-diam merasa ngeri. Dari yang aku ingat karakter Edric adalah tipe adik yang sangat menyayangi Diana bahkan saat Diana akan segera dieksekusi, dia lah yang pertama kali menentangnya di hadapan Duke Arkwright.

Why Do I've To Be The Villainess In This Novel?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang