Prolog

31 2 1
                                    


Untuk apa aku hidup jika hanya menambah kesengsaraan orang lain, untuk apa aku hidup jika hanya selalu disalahkan, dipojokkan, dicaci maki, serasa selakyaknya tidak diingikan, tidak berguna. Hanya menambah derita orang lain.

Semua itu terpendam dalam pikiran, hati dan jiwa. Tidak berani untuk menyela pun menjawab. Semua pertanyaan yang ditanya semua jawaban itu penuh kepalsuan. Karena aku tidak ingin mereka mengetahui berapa derita yang aku alami, karena aku cukup kuat untuk menanggung itu sendiri. Aku tak ingin merepotkan orang lain, bukannya aku sombong, sedari dulu aku tidak diajarkan untuk menyusahkan orang lain. Aku diajarkan untuk berjuang selama aku masih bisa. Tidak diajarkan sebuah kemanjaan. Tidak diajarkan sebuah kemewahan. Tidak diajarkan kasih sayang orang tua. Tidak diajarkan berkata kasar. Aku diajarkan dengan sederhana serba sederhana.

Selama ini aku berbicara dengan diri sendiri, itu adalah hal yang menyenangkan. Bercerita dengan diri sendiri, bertanya jawab dengan diri sendiri. aku tidak punya sahabat, teman pun terasa biasa saja. Aku merasa tidak ada orang yang memperdulikan aku, memperhatikan aku. Semua asik dengan dunianya sendiri. Aku sering melihat orang lain banyak yang perduli dengan temannya, pasanganya, bahkan sahabat mereka terasa bahagia. Aku merasa seperti tidak punya teman. Terkadang aku berpikir bagaimana cara untuk bahagia dengan cara seperti mereka. Huftt sudahlah semua ada takarannya. Itu sudah takdir mereka merasakan itu. Aku? Yaa seperti inilah, senang dengan kesendirian. Aku tidak pernah bercerita apapun kepada semua orang, aku hanya menjadi seorang pendengar saja. Karena aku kurang begitu percaya kepada mereka. Tapi bagaimana mereka bisa percaya dengan aku ketika mereka meceritakan semua tentang mereka.

Dear Life AndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang