Masa Lalu

5 0 0
                                    

"Perkenalkan aku Rayha." kata gadis cantik bermata coklat, berambut hitam panjang mengenakan dress bewarna biru muda itu sekarang berada di hadapan Erwin.

Kalimat pertama yang didengar Erwin dalam pertemuan kedua kalinya dengan gadis itu. Sekarang dia mengenali namanya.

"Aku Erwin." kata Erwin.

"Maaf aku harus tidak sopan denganmu. Aku seperti menculikmu untuk bertemu denganmu. Kamu tidak takut padaku kan?" tanya Rayha memastikan.

"Tidak." jawab Erwin pendek. Erwin masih kebingungan dengan situasinya saat ini.

"Ada keperluan apa kamu ingin bertemu denganku?" tanya Erwin yang sebenarnya sudah tahu alasan gadis itu. Pasti gadis itu ingin bertanya soal kekuatannya.

Rayha membalas dengan senyum manisnya.

"Feri, tinggalkan kami berdua disini. Aku hanya ingin berbicara dengannya." pinta Rayha.

"Baik, Nona." jawab Feri.

Feri langsung meninggalkan mereka berdua di taman. Erwin menjadi sedikit canggung karena harus berduaan dengan Rayha. Tidak bisa menampik, Rayha memang terlihat cantik.

Lebih cantik daripada Afra, pikir Erwin.

Seketika Rayha memegang bahu kanannya dengan tangan kirinya. Ia langsung menarik bajunya dan sedikit membuka bagian bahu kanannya yang sebelumnya tertutup. Sontak mata Erwin melotot kaget.

"Hei, berhenti! Apa yang akan kamu lakukan?" kata Erwin sambil menutup kedua matanya dengan tangan kirinya.

"Kamu tidak perlu menutup matamu. Aku hanya ingin menunjukkanmu sesuatu." kata Rayha.

Erwin yang dalam kondisi buta masih belum bisa sepenuhnya percaya dengan perkataan Rayha.

"Percayalah." kata Rayha berusaha meyakinkan dengan suara lembutnya.

Erwin pun membuka matanya perlahan-lahan.

"Apakah kamu mengenali tanda ini?" tanya Rayha sambil menunjukan sebuah lambang yang ada di bahu kanannya. Terlihat seperti lingkaran, tapi ada yang berbeda dengan lingkaran itu. Bukan lingkaran biasa. Lingkaran itu berbentuk ular yang memakan ekornya sendiri dan lingkaran itu bewarna hitam. Yah..seperti tato.

"Tidak! Ini pertama kalinya aku melihatnya." jawab Erwin.

Mendengar jawaban Erwin, wajah Rayha berubah tidak secerah sebelumnya.

"Itu bukan tato biasa kan?" tanya Erwin.

"Maksud kamu?" Rayha sedikit bingung dengan pertanyaan Erwin.

"Maksudku. Kamu bisa merasakan bentuk tato itu dengan hanya meraba dengan tanganmu, seperti timbul." jelas Erwin.

"Iya benar. Aku bisa merasakannya." jawab Rayha.

Tiba-tiba ada keyakinan di diri Erwin, bahwa gadis didepannya ini mengalami hal yang sama seperti yang dia alami. Rasa kepercayaan dalam dirinya pun mulai tumbuh pada Rayha. Erwin membuka kancing kemejanya dan menunjukan bahu kanannya pada Rayha. Dia berlutut di hadapan Rayha.

"Coba kau pegang bahu kananku dengan tanganmu." pinta Erwin.

Rayha merasakan seperti ada sesuatu yang timbul dari dalam kulit bahu kanan Erwin. Tidak ada gambar tato seperti yang dia punya. Tapi Rayha ingin percaya Erwin, karena dia sudah melihat kekuatan Erwin sebelumnya. Rayha memberanikan diri memegang bahu kanan Erwin.

"Apa yang kamu rasakan?" tanya Erwin.

Rayha memejamkan matanya sejenak.

"Memang seperti ada sesuatu yang timbul dari dalam kulitmu seperti yang ada di bahu kananku. Tapi ini mempunyai bentuk yang lain, tidak seperti bahu kananku." jelas Rayha.

Planet itu bernama Bumi  | Part 1: Tentang FarbeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang